bab 4 batalnya pernikahan

Tiga bulan kemudian.

Dikediaman keluarga Alpian.

"Alpian, aku mau membatalkan pernikahan kita," ucap Jesica ~ kekasih Alpian.

Tiba-tiba Jesica datang dan langsung berbicara apa yang ingin dia katakan pada Alpian.

Gadis itu tanpa ragu meminta membatalkan pernikahannya yang akan dilaksanakan satu minggu lagi dari hari ini. Dia tak perduli meski di sana ada kedua orang tua Alpian.

"Tapi kamu tidak bisa mengambil keputusan secara sepihak seperti ini, Jesica. Aku tidak mau membatalkan pernikahan kita. Kamu tahu waktunya hanya tinggal satu minggu lagi," ucap Alpian yang menolak keinginan kekasihnya itu.

Kedua orang tua Alpian terkejut mendengar permintaan Jesica yang tidak mungkin dikabulkan oleh mereka.

Waktu pernikahan mereka hanya satu minggu lagi, tidak mungkin pernikahannya dibatalkan karena surat undangan pernikahan mereka sudah tersebar dimana-mana, keluarga Alpian tidak ingin menanggung malu dengan batalnya pernikahan putra satu-satunya itu.

"Jesica, apa yang kamu bicarakan ini? Tidak mungkin kita membatalkan pernikahan ini," ucap Yuristha ~ Mamanya Alpian.

"Aku tidak mau membatalkan pernikahan kita. Kita akan tetap menikah," ucap Alpian.

"Aku tidak mau menikah dengan laki-laki lumpuh. Aku tidak mau punya suami cacat seperti kamu Alpian."

Perkataan Jesica sungguh menyakiti hati Alpian dan juga keluarganya, mereka tak menyangka ternyata Jesica tak benar-benar mencintai Alpian.

"Jesica, kamu tahu kalau keadaan ini hanya sementara. Alpian akan sembuh, hanya saja butuh waktu untuk itu," ucap Jay Rahadian ~ Papanya Alpian.

"Sampai kapan Om? Ini sudah tiga bulan tapi belum juga ada perkembangan. Alpian masih betah duduk di kursi rodanya." Jesica berucap dengan nada tinggi. Tak perduli ia tengah bicara pada siapa, kondisi Alpian yang tak kunjung menunjukkan perkembangan membuat dirinya kalap dan tak bisa bersabar lagi bersama Alpian.

Ya, sudah tiga bulan Alpian, duduk di kursi roda. Tiga bulan lalu setelah semalaman bersama dengan Kanaya, Alpian mengalami kecelakaan mobil saat sedang dalam perjalanan pulang.

Kecelakaan itu menyebabkan kedua kakinya lumpuh. Dokter menyatakan bahwa kelumpuhan pada kaki Alpian hanya bersifat sementara tapi sudah tiga bulan Alpian, duduk di kursi rodanya sama sekali tak memperlihatkan kemajuan dalam kesembuhannya.

Flashback on.

𝘗𝘢𝘨𝘪 𝘪𝘵𝘶, 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯. 𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘪 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘳𝘢𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘋𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘺𝘢𝘳 𝘤𝘢𝘴𝘩 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶, 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢.

𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢!

"𝘈𝘺𝘰 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨," 𝘶𝘤𝘢𝘱 𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘩𝘰𝘵𝘦𝘭𝘯𝘺𝘢.

𝘋𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘢𝘬𝘢𝘪𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘵𝘢𝘮 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘬 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯!

𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨, 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘳𝘦𝘮 𝘮𝘰𝘣𝘪𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘧𝘶𝘯𝘨𝘴𝘪. 𝘚𝘰𝘱𝘪𝘳 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘫𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘥𝘢𝘭 𝘳𝘦𝘮 𝘯𝘺𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘧𝘶𝘯𝘨𝘴𝘪.

"𝘈𝘥𝘢 𝘢𝘱𝘢?" 𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯.

"𝘗𝘢𝘬, 𝘳𝘦𝘮 𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘧𝘶𝘯𝘨𝘴𝘪," 𝘴𝘢𝘩𝘶𝘵 𝘴𝘰𝘱𝘪𝘳 𝘪𝘵𝘶.

𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘱𝘢𝘯𝘪𝘬 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘮𝘦𝘬𝘢 𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘣𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢.

"𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘏𝘦𝘯𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘰𝘣𝘪𝘭 𝘪𝘯𝘪," 𝘵𝘪𝘵𝘢𝘩 𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯.

"𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘗𝘢𝘬."

𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘫𝘶 𝘮𝘰𝘣𝘪𝘭𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘥𝘪 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘯.

𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘰𝘣𝘪𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘰𝘣𝘪𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘶𝘮𝘱𝘢𝘯𝘨𝘪 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦 𝘫𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘪.

𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘫𝘢𝘮, 𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘮𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘰𝘯𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢 𝘱𝘢𝘳𝘢𝘩. 𝘛𝘪𝘮 𝘚𝘈𝘙 𝘱𝘶𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨𝘢𝘯.

𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘋𝘰𝘬𝘵𝘦𝘳, 𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘮𝘱𝘶𝘩 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘢𝘯𝘦𝘯. 𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘭𝘢𝘮𝘢.

𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘈𝘭𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘶𝘬𝘶𝘭, 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨-𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘯𝘪 𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘣𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘳𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘥𝘪𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪.

𝘍𝘭𝘢𝘴𝘩𝘣𝘢𝘤𝘬 𝘖𝘰𝘧.

Di rumah Kanaya.

"Naya, masak apa kamu hari ini?" tanya Shelly yang sengaja pulang untuk makan siang div rumahnya.

"Ada ikan goreng dan sayur asem," sahut Naya sembari terus me_lap kompor bekas ia masak.

"Aku mau makan siang. Ambilkan aku air minum," titah Shelly sembari menarik kursi makan untuknya duduk.

Tanpa berkomentar apa-apa, Naya mengambilkan satu gelas air minum lalu meletakanya di atas meja makan tepat didepan kakak tirinya.

"Kak, sebentar lagi aku mau berangkat bekerja. Kakak mau kembali ke kantor kakak atau tidak?" tanya Naya.

"Ya mau lah, kalau gak kerja nanti siapa yang mau bayar hutang Ayah kamu hah," ucap Shelly dengan nada sinis.

Naya hanya diam dengan kepalanya yang tertunduk ke bawah.

"Kamu mau kerja di mana? Biasanya jam segini kamu udah gak ada kerjaan."

"Sekarang aku kerja di dua tempat kak. Pagi aku kerja di rumah Bu Saadah dan siangnya setelah zuhur aku kerja di kampung sebelah," sahut Naya.

"Oh, baguslah kalau gitu. Biar kamu bisa nambahin uang buat bayar hutang Ayah kamu."

"Permisi kak, aku mau siap-siap dulu," ucap Naya sembari pergi menuju kamarnya yang sempit dan penuh dengan tumpukan pakaian yang belum disetrika.

"Pakai acara siap-siap segala. Kerja jadi pembantu, apa yang mau disiapin?" gumam Shelly lalu menyuap makanannya.

*************

"Gimana ini Pa, kita gak mungkin membatalkan pernikahan ini," ucap Yuristha.

"Kita cari pengganti Gadis lain yang mau menikah dengan Alpian. Papa akan membayarnya berapapun asalkan dia mau menikah dengan anak kita," ucap Jay Rahadian.

"Aku gak mau Pa, Ma. Aku mau nikah sama Jesica," protes Alpian.

"Kamu harus terima apapun keputusan Papa. Kalau pernikahan kamu batal, keluarga kita akan menanggung malu, Papa juga malu pada rekan-rekan bisnis kita, Alpian," ucap Jay.

"Pa, aku gak mau menikah dengan orang lain terkecuali Jesica!" Alpian menekan tombol di kursi rodanya agar kursi roda itu berjalan dan membawanya pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Yuristha dan Jay menatap kepergian Alpian. Mereka tak bisa berbuat apa-apa lagi selain mencari seorang gadis penggantinya Jesica.

Di kamar Alpian.

Alpian berteriak sembari memukuli kakinya, dirinya tak terima atas keputusan kedua orang tuanya.

"Kenapa jadi seperti ini? Kenapa kaki aku tidak mau sembuh? Aaaaah!" Alpian kembali memukuli kakinya yang tak dapat merasakan apapun itu.

"Gara-gara kaki aku yang tak berguna. Jesica jadi pergi bahkan dia terlihat begitu jijik padaku." Tak terasa Alpian meneteskan air matanya, begitu beratnya cobaan hidupnya yang ia rasakan.

Alpian begitu tersakiti dengan perkataan Jesica yang tak ingin lagi berhubungan dengan laki-laki cacat sepertinya ditambah lagi dengan pernyataan Papanya semakin dirinya merasa tersakiti.