Share

bab 6 setuju menikah

Setibanya di rumahnya, Rani langsung mencari-cari keberadaan Naya.

"Naya! Naya! Kanaya!" seru Rani sembari berjalan memasuki rumahnya.

"Ada apa, Bu? Datang-datang udah teriak-teriak aja," ucap Shelly.

"Naya udah pulang belum?" tanya Rani.

"Udah, sekarang dia lagi keluar untuk membeli makanan. Ada apa sih Bu?"

"Ibu mau bicara sama dia."

"Iya, bicara apa. Setahu aku sekarang belum waktunya bayar tagihan listrik," ucap Shelly.

"Ibu mau dia menikah dengan anak orang kaya," ucap Rani.

"Kalau nikah sama anak orang kaya, aku juga mau Ma."

"Tapi cacat, kamu mau?"

"Cacat? Ah nggak, nggak mau."

"Makanya itu, kalau ganteng dan sempurna udah pasti Ibu kenalin ke kamu dulu sebelum Naya."

"Ibu yakin, Naya akan bersedia menikah dengan seorang pria cacat?"

"Harus mau, karena orang itu bersedia memberikan uang sebanyak yang kita inginkan kalau Naya bersedia menikah dengan anaknya."

"Wah, kalau gitu kita harus memaksa Naya agar bersedia menikah dengan orang itu."

"Makanya itu, ibu harus secepatnya bicara sebelum ada orang lain yang mau menikah dengan laki-laki lumpuh itu," ucap Rani.

Tak lama, Naya datang dengan membawa tiga bungkus nasi yang ia beli dari warteg terdekat.

"Kanaya, tadi ada petugas Bank datang ke sini, katanya mereka mau menyita rumah ini kalau kita tidak segera membayar hutang-hutang Ayah kamu," ucap Rani setelah Naya tiba di rumahnya.

Rani yang sudah terbiasa berbohong itu, nampak tidak terlalu kesulitan untuk membohongi Kanaya. Dirinya selalu punya cara untuk melumpuhkan hati Kanaya yang teramat baik.

"Apa, tapi bukannya tiap bulan, Ibu dan kak Shelly membayar angsuran nya?" ucap Naya.

"Iya, yang tadi datang adalah petugas Bank yang lain ternyata Ayah kamu juga punya hutang pada Bank lain."

"Bu, aku gak punya uang. Setiap hari kan uang aku habis untuk kita makan dan kalau ada, sisanya, aku pasti kasih ke Ibu untuk menambah angsuran hutang Ayah."

"Gimana lagi Naya. Kita harus segera keluar dari rumah ini karena kita tidak berhak lagi tinggal di sini."

"Tapi kita mau tinggal di mana Bu?"

"Ibu tidak tahu, jangan tanya Ibu. Ibu ada mes yang disediakan oleh bos ibu, kakakmu juga bisa menumpang di rumah temannya. Yang harus berpikir mencari tempat tinggal itu kamu. Kamu mau tinggal di mana kalau rumah ini di sita Bank dan lagi ini satu-satunya peninggalan Ayah kamu, memangnya kamu gak sayang pada rumah ini?"

"Bu, aku benar-benar gak punya uang lagi."

"Ada cara untuk menyelamatkan rumah ini. Caranya kamu harus menikah dengan laki-laki pilihan Ibu. Dia anak orang kaya yang bersedia memberikan kita uang untuk membayar semua hutang Ayah kamu."

"Menikah ...." Naya menundukkan kepalanya.

**********

Di kediaman Alpian.

Alpian sering mengurung dirinya di dalam kamar, semenjak dirinya tak bisa berjalan. Dirinya lebih suka menyendiri dibandingkan dengan bertemu dengan orang-orang rumahnya apalagi sekarang, setelah Jessica meminta membatalkan pernikahannya, membuatnya semakin benci pada semua orang.

"Kenapa harus aku yang seperti ini? Kenapa aku tidak mati saja saat kecelakaan itu? Untuk apa aku hidup di dunia ini dengan keadaan cacat seprti ini. Sekarang jangan Jesica, kedua orang tuaku saja jarang menemuiku dan memperhatikan aku," batin Alpian.

Sudah tiga bulan lebih, dirinya mengalami kelumpuhan, selama itu pula dirinya tak juga dapat menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tak sempurna lagi.

"Aarghhh!" Alpian berteriak sembari meratakan meja di depannya dari pajangan yang tersusun rapi di atasnya.

"Astaga, Alpian. Jangan begini terus, lama-lama barang-barang Mama bisa habis," ucap Yuristha yang baru tiba di rumahnya.

"Jadi, sekarang Mama lebih sayang dengan barang-barang itu dibandingkan dengan aku?" ucap Alpian.

"Bukan begitu, Nak. Mama harap kamu bisa lebih tenang dan menerima kenyataan ini. Dokter bilang kamu masih bisa sembuh, bersabarlah, Nak," ucap Yuristha sembari meraih kedua belah pipi Alpian dan membawanya ke dalam dekapannya.

"Tapi kapan, aku gak mau seperti ini terus Ma."

"Sabar, Alpian. Kamu pasti akan sembuh," ucap Jay.

"Iya tapi saat aku sembuh, Jesica sudah bersama orang lain," lirih Alpian.

"Masih ada banyak perempuan yang lebih baik dan lebih cantik dari Jesica. Kamu tidak usah khawatirkan itu. Biarlah ini menjadi pelajaran untuk kamu dalam mencari pasangan hidup," ucap Yuristha.

"Iya, Alpian. Mama kamu benar, dengan keputusan Jesica ini, kita menjadi tahu kalau sebenarnya dia tidak mencintai kamu dengan setulus hatinya," sambung Jay.

"Tapi kalau aku tidak seperti ini, Jesica tidak akan membatalkan pernikahan kami," ucap Alpian.

**********

Di rumah Kanaya.

"Ya udah, kalau kamu gak mau menikah dengan laki-laki itu, berarti kamu harus siap tinggal di jalanan karena rumah ini akan disita oleh pihak Bank. Mereka memberi kita waktu selama satu minggu, kalau gak kita harus angkat kaki dari rumah ini sebelum diusir," ucap Rani.

"Kamu tuh egois banget ya Nay, kejadian seperti ini tuh gara-gara Ayah kamu tahu gak? Kalau saja dia gak banyak hutang, mungkin aku dan Ibu tidak perlu bersusah-payah kerja buat membayar semua hutangnya," ucap Shelly.

"Jangan bawa-bawa Ayah, kak. Biarkan Ayah beristirahat dengan tenang," ucap Naya.

"Gimana gak menyalahkan Ayah kamu, emang benar kok, ini salah Ayah kamu!" Shelly berucap dengan nada keras hingga suaranya menggelegar di ruangan itu.

"Baik, Bu, aku mau menikah dengan orang itu. Tapi aku minta, lunasi semua hutang Ayah agar Ibu dan kak Shelly tidak harus bersusah-payah membayar hutangnya lagi," ucap Naya.

Rani tersenyum lebar dengan mata yang menatap Shelly penuh arti.

Entah apa yang ada dalam otaknya yang pasti, mereka hanya memikirkan tentang uang saja.

Dengan cepat, Rani memberikan pesan pada Yuristha dan mengatakan dirinya ingin bertemu karena Naya sudah setuju untuk menikah.

Beberapa jam kemudian.

Di sebuah kafe, mereka bertemu.

Rani datang dengan Naya sedangkan Yuristha datang bersama Jay Rahadian.

"Jadi ini, anak kamu yang akan dinikahkan dengan anak saya," ucap Yuristha sembari menatap ke arah Naya.

"Iya, Bu. Ini putri kedua saya," ucap Rani.

"Berapa yang kamu minta untuk anak pembayaran anak kamu ini?" tanya Yuristha lagi.

"Anda, beraninya memberikan saya berapa?" Bukannya menjawab pertanyaan Yuristha, Rani malah bertanya balik, seakan meragukan keuangan mereka.

"Berapa pun yang kamu minta, akan saya berikan dengan jamin anak kamu ini mengurus anak saya dengan baik," ucap Jay.

"Kamu mau berapa? Dua ratus juta, lima ratus juta, atau satu milyar pun akan saya berikan asalkan anak kamu benar-benar mengurus semua kebutuhan dan keperluan anak saya," sambung Jay.

Sementara mereka membicarakan tentang harga, Naya hanya terdiam dalam hatinya yang terasa sakit. Dirinya merasa, ibu tirinya itu sedang menjualnya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status