Liv! Perbanyak sabar Liv! Feeling kak Upe mengatakan kalau penderitaan mu baru saja di mulai! Yuk bisa yuk Liv!
“Hei bro!! Kenapa nggak bilang kalau kau pulang?” seru Bagas sambil menepuk pelan pundak Samuel yang baru saja tiba di diskotik itu. “Mendadak. Maklum bokap.” Balas Samuel Ya, malam itu Samuel tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja mengerjai Olivia untuk lari terbiri-birit ke rumah, sedangkan dirinya malah langsung putar arah ke diskotik yang dikelolah oleh sahabatnya yang bernama Bagas. Diskotik itu sebenarnya satu kesatuan dengan hotel milik keluarga Samuel dan kepulangan Samuel ke Jakarta kali ini salah satunya adalah untuk mengurusi hotel dan diskotik itu. “Bos nggak bilang apa-apa memangnya?” tanya Samuel ke Bryan, tentang kakak tirinya. “Dario, maksud mu?CK! kau ini seperti tidak tahu kelakuan kakak tiri mu itu! Kalau pun dia datang ke hotel atau pun ke bar, kerjanya ya kalau tidak judi, ya paling main wanita sampai pagi.” Jawab Bagas yang terdengar muak membicarakan kakak tiri Samuel. “Kalau begitu aku tidak perlu khawatir. Paling tidak dia masih Dario yang sama.” Sahut Sa
"Sialan!!" Samuel memukul-mukul stir mobilnya berkali-kali saking besarnya rasa kesal yang saat ini di ujung ubun-ubun kepalanya. "Awas saja dia!" serunya masih dengan nada kesal, kemudian melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Samuel langsung melihat tajam ke arah kamar Olivia. "Bagus kalau kau sudah tidur!" ucapnya dengan kilatan mata yang menyimpan sebuah niat nan sangat jahat. Tab.. Tab.. Tab.. Langkah kaki Semuel terdengar sangat jelas di malam nan sunyi dan sepi itu. "Apa dia pikir setelah dia mengadu pada papa, aku tidak mengantarkannya dia sampai rumah malam ini maka malam nya akan berakhir tenang? Bukankah sudah aku katakan jangan mengadu, tapi cewek murahan ini sepertinya sedang menguji ku!! Dikiranya aku main-main dengan ucapanku?" Ndumel Samuel sambil berjalan menuju kamar Olivia. "Kklek.. kleekk!!" Samuel berkali-kali mencoba membuka pintu kamar Olivia tapi sepertinya pintu itu terkunci dari dalam. "Ah, sialan!" umpatnya marah. Tapi kalau
"Ah, Shiiiiit!!" Makinya kesal saat melihat bukannya Olivia yang berada di balik selimut yang ia tarik tadi, melainkan bantal guling yang di susun sedemikian rupa agar menyerupai orang yang sedang tidur. “Dasar cewek sialan!”Makinya lagi dan lagi sambil mengenakan kembali celana yang telah dia buka meski hanya bagian atasnya saja. Masih dengan mode mendumel, Samuel mencari kontak lampu untuk melihat dengan jelas seisi kamar. DIMANA CEWEK SIALAN YANG MURAHAN ITU BERADA! Kira-kita itu yang ada di dalam benak Samuel saat ini. “Tek!” Cahaya sinaran dua lampu yang berada di dalam kamar Olivia langsung memperlihatkan pemandanganya yang menjengkelkan untuk Samuel. Dimana ia melihat ada banyak sekali kertas yang di tempel di berbagai tempat di kamar itu. “Kau mencari ku?” Tulis Olivia di sebuah kertas yang di sertai emoticon mengejek. Kertas ini Samuel dapatkan di meja hias di kamar itu. Samuel langsung meremas kertas itu saking kesalnya. Mata nya kini melirik ke arah kertas yang di temp
Kecuali... “Kau mau diam, atau aku harus menyumbat mulut mu dengan mulutku?” Ancam Samuel yang tentunya sangat manjur. Lihatlah, Olivia yang tadinya merontak dan berteriak, kini terdiam seribu bahasa. “Bagus! Artinya kau masih waras!” Celetuk Samuel yang terus membawa Olivia keluar. “Jangan kau kira kau sudah menang om-om mesum! Lihat saja! Begitu kita sudah di luar rumah, akan ku buat kau dipukuli massa!” Seru Olivia dalam hati, penuh tekad. Tapi sayangnya apa yang Olivia harapkan tidak terjadi. Sebab apa? Sebab entah mengapa suasana di luar rumah bik Inem sangat senyap. Olivia yang tadinya berpikir ia bisa meminta bantuan ke orang-orang yang sekitar, auto tertegun diam. “Lah? Ini orang-orang pada kemana?” serunya dalam hati, menatap heran ke sekeliling. “Apa kau kira aku tidak memikirkan hal ini?” Sebuah senyum smirk tergambar jelas di wajah Samuel. Dia sangat puas melihat Olivia terbengong melihat tiada siapa pun di sana. Olivia yang melihat mobil sudah berada di depan matany
“Pinggirkan mobil mu!” Perintah Olivia yang terus mencoba membuka paksa mobil Samuel. Tapi sayangnya mobil itu telah di lengkapi dengan kunci otomatis yang hanya bisa di buka oleh Samuel. “Kau harus ikut dengan ku!” “Ikut dengan mu? Kau pikir aku bodoh!!” Balas Olivia yang sudah sangat yakin kalau Samuel pasti lah akan berbuat sesuatu yang buruk padanya. “Apa kau takut? Seharusnya kalau kau takut, kau tidak perlu banyak tingkah! Sudah untung aku membiarkan mu untuk tinggal di rumah ku, tapi kau malah sengaja mencari gara-gara dengan ku!” Firasat Olivia semakin tidak enak setelah mendengar kata-kata Samuel. Apalagi ketika Samuel tiba-tiba mengarahkan mobilnya ke arah sebuah jalan sepi. Olivia yang melihat jalanan yang dipilih oleh Samuel adalah jalan yang sepi tentunya langsung panik. “Gawat! Pria ini pasti berniat jahat padaku.” Batinnya, menatap takut pada Samuel. “Kau ini mau kemana sebenarnya?” Tanya Olivia dengan tatapan takut, yang tidak dapat dia sembunyikan. Dia sama sekal
Mobil Rolls Royce Ghost warna hitam itu pun berhenti di depan sebuah Vila. Vila tersebut sangat besar dan terlihat sangat mewah dari luar. “Apa lagi yang kau tunggu?! Ayo cepat turun!” perintah Samuel, tanpa menjelaskan mengapa Olivia harus ikut turun. Manik mata Olivia menatap lekat Samuel. Jari-jari nya sudah saling mengait satu sama lainnya, saking takutnya dirinya saat ini. Coba bayangkan saja. Dia bawa paksa dan bahkan setelah sama-sama deal tentang sebuah kesepakatan, pria ini masih saja membawanya menempuh jalanan yang sunyi. Dan kini mereka berdua berada di depan sebuah vila di sebuah kawasan asing. Memang sih, vila ini bukan satu-satu nya Vila di tempat itu. Masih ada satu Vila lagi di depannya. Tapi tetap saja Vibe nya itu sangat mencurigakan. Kalau tidak akan di bunuh lalu di mutilasi, maka kemungkinan yang lain mengapa dia akan di bawa kesini ya untuk di perkosa. Saat pikiran itu terlintas di dalam kepala Olivia, spontan Olivia bertanya pada Samuel. “Kau tidak akan ber
Giska Amelia Danuarta. Dia merupakan putrinya dari Irfan Danuarta, kolega bisnis dari Kenzo Alberto, yang nyaris saja menjadi istri Samuel Mitchell. Dia lah yang telah membuat Samuel batal untuk kembali ke rumah bersama Olivia, padahal saat itu Samuel dan Olivia sudah mendapatkan kata sepakat. Hari itu, sebenarnya Samuel sudah akan memutar arah mobilnya, andaikan dia tidak membaca pesan suara yang di kirim oleh Dandi, asistennya. Dandi mengabarkan bahwa mantan tunangan Samuel yang bernama Giska kembali membuat ulah. Wanita yang tidak tahu malu itu, mengancam akan pergi menemui ayah Samuel dan mengatakan kalau Samuel telah memerawaninya kalau Samuel tidak segera menemui nya. Padahal, jangan kan memerawaninya, menciumnya saja Samuel tidak pernah. Karena apa? Karena Samuel ingin menjaga kesucian Giska hingga malam pertama mereka. Tapi apa yang Giska perbuat? Dia malah tidur dengan kakak tiri Samuel yang bernama Dario. Hal inilah yang membuat luka Samuel kembali menganga. Dirinya yang
Olivia melihat ke sekeliling, tapi sejauh matanya memandang, tidak ada satu pun yang di pahami. “Mati aku! Aku harus masak apa pagi ini untuk om-om mesum itu?” cicitnya di dapur dengan penerangan seadanya itu. Olivia membuka kulkas untuk melihat apakah ada bahan-bahan untuk masak yang dikenalinya, misalnya telur atau apalah itu. Tapi saat dia membuka kulkas, BOOM! Matanya melihat ada banyak sekali bahan-bahan makanan disana. Namun permasalahannya, tidak ada satupun yang Olivia kenali. Olivia melihat ke setiap rak, dan dia sama sekali tidak menemukan yang namanya telur. Memang sih, di dalam kulkas itu Olivia menemukan ikan, daging dan serta sayur-sayuran yang tidak Olivia kenali apa namanya, namun permasalahannya, Olivia sama sekali tidak bisa mengolah itu semua. Dengan hembusan nafas putus asa, Olivia menutup pintu kulkas. Dan saat dia berbalik- “Astaga naga!!” Teriaknya kaget saat melihat Samuel yang telah berdiri di tepat di depannya. Masalahnya bukan apa-apa, hanya saja Samuel d