Share

Bab 3

Darso dan Sari yang terkejut langsung menoleh ke arah pintu rumahnya, terlihat sang putri yang saat itu sudah berdiri dengan wajah yang terlihat murung. Perlahan Sari mulai berjalan mendekati sang putri yang masih berdiri di depan pintu. Tidak ada sepatah katapun terucap dari bibir Aisyah, hanya tatapan kosong yang terlihat dari kedua matanya. 

"Aisyah, kamu duduk dulu ya, Nak. Dengarkan penjelasan Bapak dulu." perintah Sari sambil menggandeng tangan sang putri.  

"Ibu, apa benar aku akan menikah dengan Akbar, putra Juragan Burhan?" tanya Aisyah sambil menoleh ke arah Sari yang berdiri di sampingnya. 

"Lebih baik kita duduk di dalam dulu, biar Bapak yang akan menjelaskannya padamu." ajak Sari sambil mulai menggandeng tangan sang putri.  

Aisyah yang memang adalah anak yang berbakti langsung mengikuti perintah sang ibu. Setelah duduk disebuah kursi, Darso pun mulai menjelaskan tentang ucapan yang baru saja di dengar Aisyah. Ada rasa marah, kecewa dan sedih dengan apa yang terjadi kepadanya. 

"Aisyah, Bapak janji akan mencari pinjaman agar kamu tidak menikah dengan laki-laki brandal itu." ucap Darso seolah ingin membuat sang putri tenang.  

"Iya, Nak. Bapak dan Ibu akan usahakan untuk membebaskanmu dari perjodohan ini, karena jujur saja Ibu juga tidak rela jika kamu menikah dengan bajingan itu." tambah Sari sambil memeluk pundak sang putri.  

"Tapi darimana Bapak dan Ibu mendapatkan uang sebanyak itu? Aisyah tidak masalah jika harus menikah dengan Akbar, asalkan hutang Bapak dan Ibu lunas, tapi …." Aisyah tiba-tiba menghentikan ucapannya.  

"Tapi apa, Nak?" tanya Sari sambil menatap mata sang putri dengan lembut. 

"Bagaimana dengan Abang Husein." jawab Aisyah sambil menunduk dan meneteskan air mata.  

"Husein? Husein putra Ustad Rahmad." tanya Sari dengan kebingungan.  

Aisyah yang menunduk hanya bisa mengangguk, tetesan air mata pun mulai deras membasahi pipi gadis berusia 25 tahun tersebut. Darso yang sejak tadi berdiri di hadapan anak dan istrinya perlahan mulai mendekati Aisyah yang mulai menangis sesegukan. Darso seakan mengerti akan perasaan sang putri dengan segera dia mulai memeluk Aisyah dengan erat.  

"Apa kamu mencintai Husein, Nak?" tanya Darso sambil memeluk Aisyah. 

"Aisyah sangat mencintai Bang Husein, Pak. Apalagi keluarga mereka akan datang meminang Aisyah bulan depan." jawab Aisyah hingga membuat Darso terkejut.  

"Ya Allah, bagaimana ini, Pak? Juragan Burhan hanya memberi kita waktu seminggu untuk memberi jawaban." ucap Sari yang mulai khawatir.  

“Bapak akan usahakan uang itu bagaimana pun caranya, doakan Bapak ya agar bisa mendapatkan uang itu sebelum Juragan Burhan datang." jawab Darso sambil melepaskan pelukannya kepada sang putri. 

"Sekarang kamu shalat Ashar dulu ya, Nak. Bapak juga mau ke mushola." perintah Darso sambil mencium kening sang putri.  

Darso adalah seorang ayah yang sangat menyayangi keluarganya, termasuk Aisyah putri semata wayangnya. Apapun akan dia lakukan demi kebahagiaan sang putri, walaupun nyawa sebagai taruhannya. Bahkan dengan susah payah dia mencari pinjaman uang untuk menyelamatkan sang putri dari pernikahan yang menyakitkan, walaupun dia sendiri tidak tahu harus bagaimana dan dari siapa dia mendapatkan uang tersebut.  

Di tempat terpisah Burhan yang berpikir telah berhasil membuat Darso menyetujui perjodohan yang diajukannya terlihat bahagia. Burhan yakin jika Darso dan keluarganya tidak akan mampu mendapatkan uang 50 juta sesuai dengan hutang yang mereka miliki.  Waktu berlalu dengan begitu cepat, tanpa terasa kini saatnya Darso dan keluarganya memberi jawaban akan perjodohan yang dilakukan Burhan beberapa hari yang lalu.  

"Malam-malam begini kamu mau kemana, Pak?" tanya Ani yang baru saja masuk ke dalam kamar. 

"Aku mau ke rumah Darso." jawab Burhan sambil memakai pakaiannya.  

"Ke rumah Darso, memangnya ada apa malam-malam begini. Apa jangan-jangan …." belum selesai Ani bicara Burhan langsung menjawab.  

"Iya, aku sudah bilang kepada Darso untuk meminang sang putri." jawab Burhan sambil tersenyum bahagia. 

"Kamu benar-benar tidak waras, memang Bapak tidak malu punya besan dari golongan orang miskin seperti Darso!" bentak Ani sambil menarik tangan sang suami yang akan meninggalkan kamar.  

"Kamu lihat saja apa yang akan aku lakukan, dan aku yakin kamu akan setuju dengan ide orang yang tidak waras ini." jawab Burhan sambil melepaskan tangan Ani dan keluar dari kamar.  

“Sebenarnya apa yang ada dipikirannya?" ucap Ani dengan rasa penasaran.  

Burhan pun pergi ke rumah Darso dengan wajah yang terlihat bahagia, dia yakin mau tidak mau Darso pasti akan memberikan sang putri dengan suka rela. Berbeda dengan Darso dan Sari yang terlihat kebingungan. Aisyah yang ada di dalam kamar hanya bisa menangis menanti jawaban yang akan diberikan sang ayah kepada Juragan teh tersebut.  

"Ya Allah, apapun yang terjadi nanti mampukan aku untuk tetap ikhlas dalam menerimanya, karena aku yakin apa yang terjadi itulah yang terbaik untukku." ucap Aisyah sambil menengadahkan tangannya.  

"Darso! Cepat buka pintunya." terdengar teriakan Burhan dari luar sambil mengetuk pintu dengan keras.  

"Iya! Assalamualaikum, Juragan." sapa Sari sesaat setelah membuka pintu.  

"Sudah jangan banyak bicara, cepat panggil suamimu sekarang." perintah Burhan sambil masuk ke dalam rumah dan duduk di sebuah sofa.  

"Baik Juragan." jawab Sari sambil berjalan ke arah kamarnya.  

Sari yang terlihat ketakutan langsung masuk ke dalam rumahnya dengan terburu-buru. Hingga tanpa sadar dia menabrak tubuh sang suami yang ternyata sudah ada di hadapannya. Tatapan sayu terlihat dari kedua mata pasangan suami istri tersebut. 

"Bapak." sapa Sari saat melihat sang suami.  

"Ibu masuk saja, biar Bapak yang bicara dengan Juragan Burhan." perintah Darso sambil tersenyum kecil. 

"Permisi Juragan." sapa Darso kepada Burhan.

"Darso, ayo cepat duduk disini." perintah Burhan sambil menunjuk sofa yang masih kosong.  

“Bagaimana apa kamu sudah dapat jawaban atas tawaran ku satu minggu yang lalu?" tanya Burhan dengan sangat antusias. 

“Maaf Juragan. Apa boleh jika saya meminta waktu sebulan lagi untuk memberi jawaban?" tanya Darso dengan sedikit ketakutan.  

"Tidak! Aku sudah bilang kamu hanya punya waktu satu minggu untuk mengambil keputusan." bentak Burhan hingga membuat Darso terkejut.  

"Tapi Juragan …." belum selesai Darso bicara, Burhan yang sudah kesal langsung memukul meja kayu hingga membuat Darso terkejut.  

"Darso! Aku tidak punya banyak waktu untuk mendengar semua alasanmu, sekarang kamu jawab iya atau tidak. Jika kamu menolak cepat serahkan uang 50 juta itu sekarang, tapi jika kamu terima saya akan tentukan tanggal pernikahan mereka dan rumah ini menjadi milikmu." ucap Burhan sambil berdiri dan melempar sebuah sertifikat rumah.  

Burhan ternyata telah membeli rumah yang ditempati Darso dan keluarganya selama ini. Darso yang melihat sertifikat yang ada di hadapannya hanya bisa menunduk tanpa berani menatap mata laki-laki berwajah bengis tersebut. Hampir beberapa menit Darso hanyut dalam lamunan panjangnya.  

"Darso! Kedatanganku kesini tidak untuk melihatmu melamun. Cepat jawab apa yang menjadi pilihanmu." bentak Burhan hingga membuat Darso terkejut.  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status