Share

Suamiku Adalah Seorang Pecandu
Suamiku Adalah Seorang Pecandu
Penulis: Putri rahmania

Bab 1

“Permisi! Darso." panggil seseorang sambil mengetuk pintu.  

"Iya sebentar" teriak Sari yang sedang memasak di dapur.  

Setelah mematikan kompor dan mencuci tangan, Sari bergegas berjalan ke arah ruang tamu. Ada rasa heran dalam diri Sari, karena tidak biasanya di rumahnya kedatangan tamu saat jam sudah masuk pukul 9 malam. Setelah membuka pintu Sari terkejut akan kedatangan Burhan seorang pemilik kebun teh tempat mereka bekerja.  

"Eh, Pak Burhan. Ada apa Bapak malam-malam ke rumah kami?" tanya Sari dengan rasa penasaran.

"Saya ingin bertemu dengan Darso,  apa dia ada di rumah?" tanya Burhan dengan tegas.  

"Ada, mari silahkan duduk dulu, Pak.  Saya panggilkan suami saya dulu." jawab Sari dengan gugup.  

"Iya, cepat panggilkan Darso karena saya tidak punya banyak waktu disini. " perintah Burhan sambil berjalan ke sebuah kursi yang ada di teras rumah Darso.  

Burhan adalah seorang pemilik kebun teh terbesar di desa Sendangsari, hampir semua warga desa tersebut bekerja sebagai petani teh di kebunnya termasuk Sari dan Darso. Kekayaan Burhan membuatnya disegani dan dihormati oleh warga desa sendangsari.  Bahkan seluruh warga desa selalu menutup mata dan telinga saat melihat sikap dan tingkah Akbar yang terkesan seperti seorang preman di desa tersebut. 

"Pak, bangun." bisik Sari sambil menggoyangkan tubuh sang suami dengan perlahan.  

"Ada apa, Bu. Bapak saat ini masih sangat lelah, jadi Ibu dan Aisyah makan saja dulu." perintah Darso sambil menarik selimut yang terbuka dari tubuhnya. 

"Siapa juga yang mau ajak makan, diluar ada Pak Burhan mencari Bapak." jawab Sari hingga membuat mata Darso terbuka lebar.  

"Pak Burhan! Tumben, memang ada apa dia mencari Bapak?" teriak Darso yang langsung duduk di tempat tidur.  

"Ibu juga tidak tahu, tapi sepertinya dia ada perlu penting.  Apa jangan-jangan dia mau menagih hutang kita beberapa bulan lalu ya, Pak?" tanya Sari sambil terlihat berpikir. 

"Sudah tidak perlu bertanya-tanya lebih baik Bapak temui dulu Pak Burhan," ucap Darso sambil merapikan sarung yang melilit di pinggangnya.  

Darso dan keluarganya adalah pendatang baru di desa sendangsari, awalnya mereka adalah warga dari salah satu desa terpencil yang tidak jauh dari desa SendangSari. Kehidupan ekonomi yang sulit, serta pekerjaan yang sulit didapatkan membuat mereka terpaksa menjual rumahnya dan pindah ke desa Sendangsari. Saat itu Darso terpaksa meminjam uang kepada Burhan untuk mengontrak rumah,  karena uang yang ada di dalam sakunya ternyata tidak cukup untuk membayar rumah yang akan mereka sewa.  

"Assalamualaikum, Juragan." sapa Darso sambil membungkukkan badannya.  

"Iya. Cepat duduk, ada yang mau aku tanyakan kepadamu." perintah Burhan kepada Darso.  

Perlahan Darso mulai mendekati sebuah kursi yang berada tepat di samping Burhan. Disaat Darso sedang gugup dan takut saat menemui Burhan, Sari yang saat itu sedang membuat kopi dikejutkan dengan kedatangan Aisyah yang baru saja selesai menunaikan shalat Isya'. Sari yang saat itu kembali sibuk dengan menu masakan yang ada di atas kompor langsung meminta Aisyah menyuguhkan kopi kepada Burhan dan Darso. 

"Aisyah, tolong kamu berikan kopi ini kepada Bapak." perintah Sari sambil menyerahkan nampan kepada sang putri.  

"Memangnya ada tamu?" tanya Aisyah saat melihat dua cangkir di atas nampan. 

"Ada Pak Burhan." jawab Sari singkat sambil berjalan ke arah kompor. 

Setelah mendengar jawaban sang ibu, Aisyah pun langsung berjalan ke arah teras dengan membawa nampan. Perlahan Aisyah mulai meletakkan cangkir kopi tersebut diatas meja kecil yang terletak diantara Darso dan Burhan. Burhan yang saat itu sedang menjelaskan tentang pengiriman teh kepada Darso langsung terdiam saat melihat kedatangan Aisyah. 

“Cantik sekali gadis ini.” batin Burhan sambil terus menatap wajah Aisyah yang terbalut hijab panjang. 

“Silahkan diminum, Pak.” ucap Aisyah sambil langsung berjalan masuk ke dalam rumah. 

“Iya, terima kasih." jawab Burhan sambil sedikit terkejut.  

"Darso, siapa gadis itu?" tanya Burhan yang mulai penasaran dengan sosok Aisyah. 

"Oh, dia putri saya Juragan. Namanya Aisyah." jawab Darso. 

"Putrimu? Tapi bukannya waktu itu kalian hanya berdua saat ke rumahku." tanya Burhan dengan tatapan bingung.  

"Iya Juragan. Saat itu kami memang hanya tinggal berdua, Aisyah baru saja pulang dari Pondok pesantren. Uang yang beberapa bulan lalu saya pinjam dari Juragan itu untuk membayar kelulusan Aisyah dari pesantren." jelas Darso dengan ragu.  

"Gila, aku tidak menyangka jika Darso bisa punya anak secantik itu." batin Burhan sambil menatap ke depan dengan tatapan datar.  

"Silahkan diminum dulu kopinya, Juragan. " ucap Darso sambil mempersilahkan Burhan yang masih larut dalam lamunannya. 

Setelah menyelesaikan pembicaraannya dengan Darso, Burhan pun langsung berpamitan untuk pulang. Setelah tiba di rumah Burhan yang sudah menyimpan ide di kepalanya langsung memanggil Ani dan Akbar. Burhan pun langsung menjelaskan maksud dan ide yang ada di kepalanya kepada anak dan istrinya. 

"Apa Bapak sudah gila!" bentak Ani setelah mendengar penjelasan sang suami.  

"Bapak benar-benar tidak waras. Pokoknya aku tidak setuju dengan ide yang Bapak bicarakan." tambah Akbar sambil menyalakan sebatang rokok.  

"Kalian dengarkan dulu, Bapak melakukan ini juga demi Akbar." jawab Burhan dengan tegas.  

"Demi aku? Apa maksud Bapak." tanya Akbar kepada sang ayah. 

"Siapa tahu dengan kamu menikahi Aisyah pandangan buruk orang tentang keluarga kita khususnya kepadamu akan hilang." jelas Burhan.

"Tapi tidak dengan gadis kampung miskin yang hanya lulusan pesantren, Pak." protes Ani sambil menoleh ke arah Burhan.  

"Tahu nih, Bapak. Sudah Bapak tidak perlu mencari jodoh untukku, karena aku akan mencari jodoh untuk diriku sendiri, gadis yang cantik,  seksi dan tentunya kaya. Agar gairah kelelakianku bisa bangkit, tidak seperti gadis pilihan Bapak yang terlihat kuno dan aneh." jelas Akbar kepada sang ayah.  

“Kalian ini bisanya protes saja, coba sekali-kali kalian ikuti apa yang aku perintahkan!” bentak Burhan kepada anak dan istrinya. 

“Kami protes karena ide Bapak itu konyol, masa Ibu harus punya menantu dengan pakaian aneh seperti Aisyah yang berasal dari keluarga miskin lagi. Ibu pasti jadi bahan ejekan seluruh Ibu-Ibu sosialita, Pak.” ucap Ani kepada sang suami. 

Ani adalah seorang ibu rumah tangga yang aktif di beberapa grup arisan dan kumpulan orang-orang kaya di kota dan di desa itu. penampilan Aisyah yang selalu menggunakan gamis dengan ukuran besar dan panjang, serta hijab yang menjulang panjang hingga menutupi hampir seluruh tubuhnya membuatnya tidak diterima di keluarga Burhan. 

Ani dan Akbar menganggap Aisyah sebagai perempuan aneh dan kuno. walaupun mereka pernah melihat kecantikan Aisyah beberapa kali saat berjumpa di jalan. Namun, bagi mereka Aisyah tetaplah wanita miskin yang aneh, bahkan yang ada dipikiran mereka Aisyah hanyalah seorang alien dari planet lain. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status