Share

Bab 02. Ini Fitnah

Yusuf perlahan mengambil map yang berserakan dilantai dan melihat isinya. Yusuf terkejut dan menggeleng tidak percaya dengan apa yang terlihat didalam map itu.

"Apa ini?"

"Seharusnya aku yang bertanya mengapa mas tega melakukan perbuatan ini padahal selama ini aku sudah percaya sepenuhnya dengan mas Yusuf, tapi ternyata mas menyalahgunakan kepercayaan ku dan ingin mengambil semua harta warisan ku."

"Aku tidak tahu menahu tentang soal ini, mas sama sekali tidak pernah membuat surat ini, ini fitnah, Selia."

"Apanya yang fitnah jelas jelas di surat itu tertulis nama dan ada tanda tangan mas jadi tidak perlu mengelak lagi."

"Pak Ferdi, tolong jelaskan ini, Pak Ferdi tahu semua yang sudah terjadi kalau saya tidak pernah melakukan apapun."

"Maaf Yusuf kali ini saya tidak bisa membantumu, aku tidak mau membohongi Selia. Selia ini adalah istri yang baik yang harusnya kau lindungi tapi kau suami yang jahat dan punya niat ingin menguasai semua harta kekayaan Selia."

"Kebohongan apalagi yang ingin mas sampaikan." Selia menatap penuh amarah pada Yusuf.

"Pengacara ini bohong sayang, dia yang mengatur semua ini. Aku tidak tahu apapun  tapi semua yang kau tuduhan adalah tidak benar."

"Cukup, aku tidak mu dengar penjelasan apapun dari mulut kotor mas."

"Tapi ku harus dengar." Yusuf masih berusaha untuk meyakinkan Selia kalau yang terjadi hanyalah fitnah semata.

"Dan satu lagi sebelum menuduhku selingkuh seharusnya kau sadar diri kalau kau yang memulainya."

Selia mengambil sebuah foto dan menunjukkan pada Yusuf.

"Ini selingkuhan mas yang sudah membuat mas berubah dan hampir menipuku."

Yusuf terkejut melihat foto itu. Itu memang fotonya tapi wanita yang sedang bersamanya bukanlah selingkuhan seperti yang dituduhkan Selia. Yusuf berpikir kapan foto itu diambil karena seingatnya dia tidak pernah foto berdua dengan perempuan lain sejak menikah.

"Mas tidak kenal wanita itu, ini pasti rekayasa."

"Cukup mas, hentikan semua sandiwara mas karena semuanya sudah berakhir."

"Apa maksudmu sudah berakhir?"

Baru saja Yusuf menyelesaikan kata-katanya dua orang polisi masuk dan berdiri di sampingnya.

"Ada yang bisa kami bantu, bu Selia?"

"Tangkap laki-laki ini dan bawa ke kantor polisi dia sudah melakukan kejahatan besar."

"Tunggu ini pasti ada kesalahpahaman." Yusuf berusaha membela diri.

"Tangkap dia pak."

"Selia mas mohon, semua yang terjadi adalah salah paham, berikan waktu untuk mas membuktikan kebenarannya."

"Baiklah, mas tidak akan Selia penjarakan tapi mas harus menandatangani berkas gugatan cerai ini."

"Cerai?"

"Ya... Aku tidak mau mempunyai suami penipu."

"Tapi mas tidak ingin bercerai denganmu, mas sangat mencintaimu."

"Tapi aku tidak mencintai mas. Cintaku sudah hilang karena mas menipuku."

"Yusuf sebaiknya kau tanda tangan saja daripada kau mendekam di penjara." Ferdi semakin membuat suasana semakin panas.

"Kau pasti terlibat dalam hal ini, sejak dulu kau memang tidak pernah menyukai pernikahanku dengan Selia."

"Bawa laki laki ini pak dan pastikan dia membusuk di penjara."

"Selia tolong mas." Yusuf memohon dan meratap pilu Selia sama sekali tidak peduli.

"Kau yang menentukan nasibmu, penjara atau cerai."

Yusuf terpaku dalam kemarahan, kesedihan dan rasa sakit hati yang campur aduk. Dia sedang memikirkan pilihan apa yang akan diambilnya.

Yusuf menatap Selia dengan pandangan penuh pengharapan agar sang istri merubah semua keputusannya, jujur Yusuf sama sekali tidak ingin bercerai dengan istri yang masih sangat dicintainya, tapi melihat kemarahan Selia karena salah paham membuat akal sehatnya seolah tertutup.

Yusuf menarik nafas berat beberapa kali sebelum akhirnya mengambil keputusan.

"Baiklah jika itu yang memang kau inginkan, aku akan menandatangani surat gugatan cerai ini, tapi satu hal yang harus kau ketahui, mas tidak pernah rela untuk menceraikanmu apalagi dalam keadaan salah paham seperti ini."

"Tidak usah banyak bicara, sebaiknya mas tanda tangan saja secepatnya, setelah itu pergi dari rumah ini karena aku tidak mau melihat wajah mas lagi mulai hari ini."

Yusuf mengambil pulpen dan membaca sekilas isi surat gugatan cerai tersebut. Matanya berkaca-kaca melihat semua yang tertulis di surat gugatan cerai itu.

Sekali lagi Yusuf menatap wajah Selia penuh pengharapan seolah memintanya untuk tidak melanjutkan hal ini, tapi sayang Selia membuang muka sehingga membuat Yusuf semakin yakin kalau istrinya benar-benar tidak ingin lagi mempertahankan rumah tangga mereka.

Dengan tangan bergetar Yusuf menandatangani surat gugatan cerai yang bermaterai sepuluh ribu itu.

Yusuf mendekati Selia dan menyerahkan berkas gugatan cerai itu. Selia mengambil berkas itu tanpa senyuman bahkan tidak terlihat kesedihan sedikitpun di wajah cantiknya.

"Mas melakukan ini bukan berarti mengakui semua yang kau tuduhkan tetapi semata-mata mas melakukan ini karena ini salah satu-satunya cara untuk membuktikan kalau mas tidak bersalah."

"Tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi, semuanya sudah berakhir kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Sekarang mas Yusuf bisa melanjutkan hubungan dengan wanita itu."

"Tidak pernah ada wanita lain dalam hidup mas setelah menikah kecuali kamu, hanya ada namamu di dalam hati mas."

"Cukup tidak perlu bersandiwara lagi, ambil barang barang mas dan pergi dari rumah ini."

"Kita bisa bicara kan ini baik-baik." Yusuf masih berusaha meyakinkan Selia.

"Atau mas memilih bapak polisi ini menyeret mas secara paksa keluar dari rumah ini, itu yang mas inginkan! Kalau memang begitu mas akan merasakannya." Selia memberi kode pada polisi itu agar menyeret Yusuf.

"Baiklah mas akan pergi tapi bukan berarti berhenti di sini saja, mas akan mencari kebenarannya sampai kau yakin mas tidak pernah menghianatimu."

"Tidak perlu melakukan apa-apa."

"Tetap akan kulakukan, bukan untukmu tapi untuk membersihkan nama baik ku, aku masuk ke keluargamu dengan baik-baik maka aku juga ingin keluar dengan baik-baik."

"Waktumu tidak banyak, 10 menit dari sekarang kau sudah harus meninggalkan rumah ini." Kata Selia tanpa rasa prihatin sedikitpun.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status