Yusuf dan Haikal sedang menikmati sarapan pagi yang mereka buat bersama. Mereka saling menertawakan status mereka.
"Sepertinya kita harus buat grup suami suami yang tersakiti deh, jadi nanti anggotanya adalah suami suami yang disakiti istrinya."
"Ustad suka benar deh kalau bercanda."
Mereka tertawa lagi seperti sudah melupakan semua masalah mereka.
"Kenapa ustad tidak menikah lagi?"
"Yang satu aja belum selesai, masa nambah masalah lagi, lagi pula siapa yang mau pada laki laki miskin sepertiku."
"Ustad masih lebih beruntung. Lah saya, sudah di gugat cerai, di usir pula jadi sempurna sudah penderitaan ku."
Mereka saling menertawakan keadaan masing masing lagi.
"Jadi temanmu sudah membalas pesan mu?"
"Iya ustad, nanti dia jemput kesini dan untuk sementara tinggal di rumahnya dulu sambil nyari kerja."
"Padahal kau bisa tinggal disini, sampai mendapatkan kerja."
"Tidak enak sama ustad takutnya merepotkan."
"Saya malah senang ada teman ngobrol, sudah lama tidak punya teman untuk berbagi cerita, lagi pula status kita sama jadi nyambung aja."
"Nanti saya akan sering sering kesini kalau ustad tidak keberatan."
"Pintu rumah ini selalu terbuka untukmu, atau siapapun yang memang memerlukan bantuan."
Yusuf mendengar suara motor dari halaman depan, dia bergegas untuk melihat dan benar saja, Surya temannya sudah datang.
Surya segera memberi salam dan dijawab salam oleh Yusuf dan Haikal. Surya dan Yusuf segera saling merangkul. Mereka teman lama berasal dari kampung yang sama.
"Lama juga kita bertemu lagi." Yusuf melepaskan rangkulannya pada Surya.
"Ini ustad Haikal yang sudah menolongku."
Surya dan Haikal saling menyalami dan menyebutkan nama masing masing.
"Mau sarapan dulu?" Yusuf menawarkan pada Surya.
"Boleh deh."
"Padahal cuma bercanda loh."
Surya memukul lengan Yusuf.
"Ayo sarapan dulu aja." Haikal mempersilahkan Surya untuk masuk.
Surya kemudian sarapan dengan lahap dan itu membuat Yusuf dan Haikal saling berpandangan.
"Jangan bilang kau juga sedang bermasalah dengan istrimu?"
"Kok tau sih? Istriku lagi rewel, biasalah tanggal tua keuangan seret."
Yusuf dan Haikal tersenyum karena punya pemikiran yang sama.
"Sepertinya anggota grup nambah lagi."
"Grup apa? Surya yang masih sarapan menatap Yusuf dan Haikal yang sudah menertawakannya.
"Grup suami suami yang tersakiti."
"Cocok." Kata Surya menimpali membuat suasana makin ramai.
"Aku duda, ustad Haikal duda dan kau sebentar lagi duda."
"Amit amit, walau sering bertengkar tapi aku masih mencintai istriku walaupun jutek dan bikin kesal." Surya membela diri.
Yusuf dan Surya akhirnya berpamitan pada Haikal dan berjanji akan sering mengunjunginya. Haikal menatap kepergian dua teman barunya yang sudah memberi warna baru dalam kehidupannya, setidaknya kini dia tau kalau bukan hanya dirinya suami yang tidak beruntung dalam urusan rumah tangga tapi masih banyak suami suami yang tersakiti oleh kelakuan istri.
Mereka tiba di rumah Surya. Yusuf yang baru pertama kali mengunjungi Surya memperhatikan rumah milik surya yang cukup sederhana dan terbilang jauh dari kesan mewah.
"Maaf bro rumahnya hanya seperti ini jadi sangat berbeda dengan rumahmu yang dulu."
"Kau masih mendingan punya rumah sedangkan aku setelah diusir jadi gembel dan terlunta-lunta."
"Tapi kau harus siap mental jika berbicara dengan istriku yang mood-nya sedang jelek, jadi bisa saja dia mengatakan yang tidak-tidak padamu."
"Santai saja bro, kalau soal kata-kata menyakitkan sih aku sudah terbiasa apa yang paling menyakitkan selain dituduh oleh istri sendiri dengan kata-kata kasar yang luar biasa menyakitkan."
"Sabar bro, aku tidak percaya dengan semua yang dituduhkan padamu, kita satu kampung dan aku tahu karaktermu dari dulu kau orang baik dan jujur jadi tidak mungkin melakukan kejahatan seperti itu."
"Aku serahkan semuanya pada Allah subhanahu w* ta'ala saja dia pasti akan menunjukkan jalan kebenaran."
Pintu rumah Surya terbuka dan seorang wanita yang cukup cantik muncul dan menampakan wajah masam pada keduanya.
"Kau dari mana mengapa baru pulang jam segini?"
"Aku baru pulang kerja sayang, semalam lembur dan pagi ini aku menjemput temanku dulu."
Pandangan Erni, istri Surya beralih kepada Yusuf, dia memandangi Yusuf dari ujung rambut sampai ujung kaki membuat Yusuf sedikit kikuk.
"Siapa dia dan mau apa dia di sini?" Erni bertanya dengan ketus tanpa mempedulikan perasaan Surya dan Yusuf.
"Namanya Yusuf dia satu kampung dengan Abang dan saat ini sedang dalam kesusahan jadi untuk sementara dia akan tinggal di sini."
"Apa tinggal di sini? Mas, kehidupan kita saja sudah susah sekarang ditambah satu orang lagi, kau ini bagaimana sih, aku saja tidak bisa kau bahagiakan sekarang kau malah menyuruh orang lain untuk tinggal di rumah ini."
"Hanya sementara sayang, Yusuf akan ikut mencari kerja besok dengan mas, dan semoga saja besok sudah keterima."
"Iya Mbak Erni, saya tidak akan lama tinggal di sini kok kalau besok sudah dapat kerja maka saya akan cari rumah kost sendiri."
"Baguslah kalau begitu, kau harus sadar Surya, temanmu ini bukan orang kaya, jadi tidak bisa sembarangan menyuruh orang tinggal di sini."
Kata-kata Erni begitu pedas sehingga membuat Surya merasa sangat malu pada Yusuf. Surya tidak menyangka istrinya akan berkata setega itu pada temannya.
"Kalau dia mau menginap di sini suruh bersihkan kamar tamu itu karena aku sedang malas untuk melakukan pekerjaan rumah." Kata Erni melangkah masuk tanpa perduli lagi dengan Surya dan Yusuf.
Surya hanya menunduk karena merasa sangat malu dengan perlakuan istrinya.
"Maafkan aku bro, kau sampai harus mendengar kata-kata istriku yang tidak manusiawi."
"Santai saja aku tidak apa-apa, mendengar lebih dari ini juga tidak akan membuatku sedih."
"Tetap saja aku merasa bersalah padamu."
"Justru sekarang aku membayangkan bagaimana hari hari mu selama ini, pasti kau selalu tertekan dengan kondisi istrimu yang seperti itu."
"Begitulah keadaanku makanya aku lebih memilih lebih banyak lembur daripada pulang ke rumah dan mendengar omelan Erni yang terkadang tidak masuk akal dan membuat kepalaku mau meledak."
Yusuf hanya terdiam mendengar kata-kata Surya, sekarang dia baru tahu kalau selama ini sahabatnya pun juga tersiksa dan tersakiti oleh kelakuan istrinya.
Yusuf tersenyum dan itu membuat Surya menjadi sedikit heran."Apa kau sedang menertawakan penderitaanku?""Bukan seperti itu hanya saja aku sedang teringat kata-kata ustad Haikal kalau kita itu adalah suami suami yang tersakiti.""Iya juga sih, sepertinya kita memang harus buat grup suami suami yang tersakiti."Yusuf dan Surya tertawa bersama dan melupakan perlakuan Erni yang membuat sakit hati. Erni yang penasaran mengintip dan melihat Surya dan Yusuf tertawa lepas seperti tidak ada beban. Erni hanya mendengus kesal."Dasar laki laki tidak berguna." Kata Erni masuk ke kamar setelah membanting pintu."Mak lampir ngamuk lagi." Kata Surya yang dibalas senyum oleh Yusuf.Pagi harinya, Yusuf ikut dengan Surya untuk melamar pekerjaan di perusahaan tempatnya bekerja.Tapi ternyata sesuatu terjadi. Surya minta maaf pada Yusuf karena pekerjaan yang dijanjikannya ternyata sudah diisi oleh orang lain."Tidak apa-apa bro ini bukan salahmu mungkin saja belum rezeki ku untuk bekerja di tempat ini.
Yusuf sengaja menunggu Selia dan Ferdi di parkiran. Ada suatu hal penting yang ingin dikatakannya pada Selia menyangkut hubungan mereka. Yusuf segera menghampiri Selia dan Ferdi yang sudah akan membuka pintu mobilnya. Selia sedikit terkejut melihat kedatangan Yusuf apalagi melihat wajah lelaki yang masih berstatus suaminya itu tampak sangat sedih dan menanggung banyak beban. Selia hendak menyapa Yusuf tapi Ferdi lebih dulu menyerang Yusuf dengan kata-kata yang menyakitkan hati. "Mau apa lagi kau lelaki pecundang? Belum puas kau menipu Selia? Atau kau mau dilaporkan polisi saat ini juga." Cecar Ferdi tidak memberi kesempatan pada Yusuf untuk berbicara dengan Selia. "Selia masih berstatus istriku sampai dengan detik ini jadi aku masih berhak untuk berbicara dengannya itu pun kalau kau masih punya malu." Yusuf sengaja menekankan kata kata masih istriku untuk membuat Ferdi sadar diri. "Kau..." Ferdi bermaksud untuk memukul Yusuf tapi dengan sigap
Yusuf mendekati Selia kemudian memeluknya dengan erat, air matanya tidak bisa tertahan dan mengalir begitu saja membasahi pundak Selia. Selia pun merasakan hal yang sama hatinya sedih membayangkan kalau setelah pertemuan ini Yusuf sudah menjadi mantan suaminya, dia pun ingin menangis tapi ditahannya karena tidak ingin terlihat lemah dihadapan Yusuf. Yusuf melepaskan pelukannya kemudian menatap Selia. "Sebelum kita berpisah mas ingin menekankan sekali lagi kalau apa yang kau tuduhkan kepada mas itu tidak benar semua itu hanyalah fitnah dan kesalahpahaman tapi mas tidak akan membuktikan apapun biarlah ini akan terbukti dengan sendirinya dan satu hal kalau nanti semuanya terbukti mas tidak bersalah, kau tidak perlu mencari mas untuk minta maaf karena mas sudah maafkan mu, mas tidak benci sama sekali kepadamu karena sampai dengan hari ini mas masih mencintaimu dan entah kapan rasa cinta itu tersimpan di hati mas." Yusuf segera berlalu dari hadapan Selia dan Ferdi
Selia membuka halaman demi halaman buku harian yang ditulis oleh Yusuf. Dia baru tau kesedihan yang dialami Yusuf diawal pernikahan mereka. Saat itu dia sama sekali tidak menganggap Yusuf sebagai suaminya tetapi hanya sebatas laki laki yang dinikahkan dengannya untuk mengobati luka hatinya. Selia juga baru tau kalau Yusuf sempat ingin menyerah karena sikapnya tidak kunjung berubah dan tetap sinis padanya. Perlakuan Selia waktu itu memang keterlaluan dia tidak mau seranjang dengan Yusuf tapi menyuruhnya tidur di sofa sampai hampir setahun. "Selia mulai membuka hatinya untukku." Itulah yang ditulis Yusuf di lembar berikutnya. Selia ingat waktu itu dia memutuskan untuk memberi kesempatan pada Yusuf setelah melihat ketulusan saat merawatnya. Yusuf selalu menemani dan tidak meninggalkannya di rumah sakit walau sedikitpun. "Akhirnya aku merasakan menjadi suami seutuhnya, Selia akhirnya membolehkan menyentuhnya dan kami sudah bercinta untuk pertama kalinya."
Yusuf segera menyeka air matanya saat Surya masuk ke kamarnya. "Ada apa bro? apa yang membuatmu menjadi sangat sedih seperti ini?" "Aku sudah sangat hancur bro, di dunia ini semua orang akan menganggap ku adalah orang jahat dan tidak ada lagi tempat untukku mencari kerja." "Bukankah sekarang kau sudah bekerja sebagai office boy." "Tapi aku tidak yakin berapa lama aku bisa bertahan karena berita perceraian ku dan Selia sudah masuk tv dan berbagai media lainnnya dan aku pasti akan dipecat karena ini bisa merusak nama baik perusahaan." Surya melihat berita yang sedang ditayangkan di tv, hatinya ikut sedih melihat sahabat baiknya dirundung masalah yang tidak kunjung usai. "Maafkan aku, bro. Aku tidak bisa bantu tapi aku yakin kau bukanlah seperti yang diberitakan di tv. Aku tau kau adalah lelaki yang baik." "Tapi sekarang semua tidak ada gunanya, Selia benar benar telah menghancurkan hidupku." Surya merangkul sahabatnya, di
Yusuf masih mencoba untuk membujuk Bryan agar bisa segera pergi tapi Bryan sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk pergi. Bryan terus memaksa agar menemaninya bermain. Yusuf menatap Bella mencoba meminta pertolongan tapi Bella yang merupakan mantan bosnya itu cuek dan tidak peduli padanya.Yusuf mencoba menahan rasa jengkel yang timbul dari dalam hatinya dengan memperhatikan Bryan yang sudah mulai menyusun robot-robotan. Wajah anak itu sangat tampan dan itu membuatnya tersenyum. Sudah lama dia ingin memiliki seorang putra tapi sayang Selia selama ini belum memberikan lampu hijau untuk mewujudkan hal itu, dia selalu berdalih bila belum siap untuk menjadi seorang ibu padahal dia sudah sangat menginginkan untuk memiliki seorang putra.Bryan memalingkan wajah dan beli mendapati Yusuf sedang tersenyum sambil melihatnya."Kenapa Om tersenyum?" Pertanyaan Bryan membuyarkan lamunan Yusuf."Om hanya sedang membayangkan betapa bahagianya seandainya punya putra sepert
Yusuf menemui Surya dan mengutarakan niatnya untuk pulang kampung. Surya ikut sedih melihat nasib sahabatnya yang tidak kunjung membaik."Aku tidak bisa melarangmu untuk pulang kampung tapi satu yang harus kau tau, aku pasti akan merasa sedih kehilangan sahabat sekaligus sudah ku anggap saudara sendiri.""Aku hanya pulang sebentar kok, hanya ingin menenangkan diri sekaligus menjenguk ibu.""Kapan kau pulang?""Besok, karena aku juga mau ke tempat ustad Haikal dulu dan mungkin menginap di sana.""Maafkan aku, sebagai sahabat tidak bisa membantu saat kau lagi kesusahan.""Tidak usah dipikirkan, setiap manusia punya jalan hidup masing masing dan yang terjadi padaku saat ini memang haruslah terjadi, mungkin aku banyak dosa dan saatnya untuk menebus dosa itu, jadi aku harus tetap bersabar.""Aku salut padamu, disaat terpuruk seperti ini kau masih saja optimis dan berpikir positif.""Hanya itu yang bisa ku lakukan."Yusuf dan Surya masih akan berbi
Bella mondar mandir didepan kamar ICU, dia sangat khawatir karena sudah beberapa jam dokter yang memeriksa Bryan putra semata wayangnya belum juga keluar dan memberikan informasi apapun padanya. Sebagai single parent, Bella sangat menyayangi putranya, berbagai mainan mewah dan mahal dibelikannya dan juga menyediakan dua orang pengasuh yang selalu setia menemani hari hatinya.Bryan adalah anak yang dilahirkannya tanpa seorang suami, dulu suaminya meninggalkan dia pada saat usia kehamilannya 2 bulan dan lebih memilih menikah dengan wanita yang dicintainya. Pernikahan Bella dan Alex memang awalnya hanyalah perjodohan orang tua sejak untuk urusan bisnis dan mengembangkan perusahaan.. Awalnya Alex sudah menolak untukku menikah dengannya tapi entah mengapa pada akhirnya menerima pernikahan itu.Pesta pernikahan pun berlangsung sangat meriah karena keluarga Bella dan juga keluarga Alex adalah pengusaha besar yang memiliki banyak mitra usaha di mana-mana sehingga pernikahan itu lebih kepada