Share

Bab 06. Memulai Dari Awal

Yusuf tersenyum dan itu membuat Surya menjadi sedikit heran.

"Apa kau sedang menertawakan penderitaanku?"

"Bukan seperti itu hanya saja aku sedang teringat kata-kata ustad Haikal kalau kita itu adalah suami suami yang tersakiti."

"Iya juga sih, sepertinya kita memang harus buat grup suami suami yang tersakiti."

Yusuf dan Surya tertawa bersama dan melupakan perlakuan Erni yang membuat sakit hati. Erni yang penasaran mengintip dan melihat Surya dan Yusuf tertawa lepas seperti tidak ada beban. Erni hanya mendengus kesal.

"Dasar laki laki tidak berguna." Kata Erni masuk ke kamar setelah membanting pintu.

"Mak lampir ngamuk lagi." Kata Surya yang dibalas senyum oleh Yusuf.

Pagi harinya, Yusuf ikut dengan Surya untuk melamar pekerjaan di perusahaan tempatnya bekerja.

Tapi ternyata sesuatu terjadi. Surya minta maaf pada Yusuf karena pekerjaan yang dijanjikannya ternyata sudah diisi oleh orang lain.

"Tidak apa-apa bro ini bukan salahmu mungkin saja belum rezeki ku untuk bekerja di tempat ini."

Yusuf hampir putus asa tapi segera ditepisnya perasaan itu karena putus asa itu tidak akan membuat permasalahannya menjadi selesai.

Yusuf menguatkan dirinya sendiri agar tidak mudah menyerah dan yakin pasti masih ada jalan yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas semua masalahnya.

Saat Yusuf akan pergi salah seorang teman Surya memberitahu bahwa ada lowongan kerja sebagai office boy.

Surya terkejut saat Yusuf berencana untuk mengambil pekerjaan itu. Dia merasa kasihan melihat Yusuf yang sangat terpuruk dan harus menjadi office boy sementara sebelumnya dia adalah direktur utama perusahaan besar.

"Aku akan memulainya dari awal. Dulu aku bukan siapa-siapa hanya saja nasibku sedang beruntung sehingga di pertemukan dengan papanya Selia, jadi sekarang aku akan berusaha sendiri dengan keberuntungan ku sendiri."

Surya tidak bisa lagi mencegah Yusuf yang sudah beranjak untuk menemui bagian penerimaan pekerja.

Setelah diwawancarai saat Yusuf akhirnya diterima dan hari itu juga langsung bekerja sebagai office boy di perusahaan itu.

Tidak lupa Yusuf sujud syukur sebelum memulai pekerjaannya dan itu membuat teman-temannya sesama office boy terkejut sekaligus kagum melihat Yusuf yang tidak lupa bersyukur walaupun pekerjaannya sangatlah rendahan.

Yusuf kemudian memulai pekerjaannya. Dia mendapat tugas untuk membersihkan lobby sampai ke halaman depan. Sementara teman yang lain membersihkan ruangan yang lain yang sudah di bagi-bagi sesuai dengan porsi masing-masing.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Yusuf mengucapkan basmalah sebelum memulai pekerjaannya dia mulai menyapu lantai kemudian mengambil pel dan membersihkan lantai yang sedikit kotor bukan hanya mengepel Yusuf pun juga membersihkan barang-barang yang terpajang dengan menggunakan kemoceng sehingga semua terlihat bersih.

Teman-teman sesama OB memuji Yusuf karena pekerjaannya yang rapi dan juga tidak banyak protes.

Yusuf sedang mengepel lantai saat sepasang kaki berdiri di dekatnya. Yusuf segera melihat orang itu dan sangat terkejut karena pemilik sepasang kaki itu ternyata adalah Selia.

Selia pun tampak sangat terkejut melihat Yusuf yang bekerja sebagai office boy. Dia tidak menyangka laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya kini menjadi office boy, sebuah pekerjaan yang dipandang rendah hampir semua orang.

"Assalamualaikum Selia, bagaimana kabarmu?" Yusuf tetap mencoba ramah pada Selia walaupun rasa sakit hatinya muncul kembali mengingat semua penghinaan dan tuduhan yang sudah dilontarkan padanya.

"Jadi kau sekarang jadi office boy, kasihan sekali padahal dulu kau bisa hidup mewah tapi kau sia-siakan itulah balasan untuk lelaki serakah dan jahat sepertimu." Kata Selia ketus tanpa perasaan.

Rasa sakit hati Yusuf semakin bertambah tapi masih bisa ditahan nya dengan mengelus dadanya.

"Iya sekarang mas bekerja sebagai office boy tapi ini bukan karma untuk mas. Sampai dengan saat ini mas tidak akan mengakui semua tuduhan mu karena yang kau tuduhkan itu adalah salah."

"Maling mana ada yang mau ngaku."

"Terserah bagaimana tanggapanmu tapi kau tidak bodoh Selia seandainya mas memang mencurangi mu, mengambil keuntungan dari perusahaan untuk apa mas bekerja seperti ini? Kenapa mas tidak menikmati uang hasil kecurangan mas?"

Kata-kata Yusuf berhasil membuat Selia terdiam. Diam-diam dia membenarkan apa kata Yusuf, untuk apa dia bekerja rendahan seperti ini kalau memang sudah menggelapkan banyak uang perusahaan memikirkan ini saja kepala Selia langsung merasa pusing.

"Kau pasti punya urusan dengan pemilik perusahaan ini jadi sebaiknya kau segera pergi tidak perlu berbicara dengan office boy sepertiku nanti orang-orang menganggapmu hina."

Yusuf segera membereskan alat alat pel nya kemudian pergi meninggalkan Selia yang masih berdiri terpaku.

Seseorang menepuk pundak Selia dan membuatnya tersadar kembali orang itu adalah Ferdi yang ternyata mengantarnya ke kantor.

"Ada apa kenapa kau berhenti di sini bukankah kau punya urusan dengan ibu Bella pemilik perusahaan ini."

"Iya."

Ferdi kemudian mengecup kening Selia lalu menggandeng tangannya.

"Tenang saja, kau akan aman selama bersamaku."

Selia berpikir apakah harus memberitahu Ferdi tentang pertemuannya dengan Yusuf tapi setelah berpikir dia memilih untuk tidak bercerita.

Selia dan Ferdi segera berlalu dan masuk ke lift dan menuju ke ruangan ibu Bella pemilik perusahaan itu.

Yusuf yang yang sedari tadi mengintip keluar dari tempat persembunyiannya. Matanya berkaca-kaca menahan kesedihan dan sakit hati.

"Ternyata hubungan kalian sudah sedekat itu padahal sampai dengan saat ini statusmu masih istriku tapi kau sudah berani menampakkan kemesraan di tempat umum seperti ini."

Yusuf menghapus air mata yang jatuh dari sudut matanya, biar bagaimanapun sebagai suami hatinya benar-benar tersakiti oleh sikap Selia.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status