Share

Bab 04. Ustad Haikal

Yusuf kemudian melaksanakan salat ashar dengan khusuk. Segala rasa sedih, galau dan sakit hatinya di tumpahkan di dalam doanya, air matanya sampai tidak tertahan setiap kali dia memanjatkan doa dan meminta pertolongan atas nasib yang sudah menimpanya.

"Ya Allah ampuni hamba mu ini, hamba hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Hamba memohon pertolonganmu ya Allah, saat ini hamba sedang dalam fitnah orang lain, bantulah hamba untuk mencari kebenaran dan membersihkan nama baik hamba. Ya Allah ya Robbi bila memang garis jodoh dengan istri hamba sudah putus, hamba rela dan ikhlas menerima semua takdirmu."

Yusuf berdoa begitu khusu sampai tidak sadar kalau seseorang sudah duduk di dekatnya dan memperhatikan sejak dia mulai berdoa. Orang itu tampak ikut prihatin melihat keadaan Yusuf.

"Sepertinya kau sedang dalam masalah besar." kata orang itu membuat Yusuf segera menoleh dan melihatnya.

"Maaf pak ustad saya tidak sadar kalau pak ustad ada disini."

"Sepertinya kau orang baru, saya baru pertama kali ini melihatmu di sini."

"Iya pak ustad saya memang baru sampai di sini, saya sedang bingung mau kemana?"

"Ada apa? Apa yang sudah terjadi?"

Yusuf menatap lelaki yang dipanggilnya ustad, dia sedang memikirkan apakah harus menceritakan masalah pribadinya.

"Maaf ini masalah pribadi dan menyangkut aib saya dan istri saya jadi mohon maaf tidak bisa menceritakannya."

Di luar dugaan Yusuf, ustad tersebut justru malah tersenyum.

"Saya suka dengan prinsip mas, seburuk apapun sebuah hubungan memang tidak boleh diumbar dan diceritakan begitu saja apalagi kalau sudah menyangkut masalah rumah tangga."

"Iya pak ustad."

"Sekarang mas ini mau kemana?"

"Saya belum ada tujuan ustad, saya sudah menghubungi teman lama tapi sampai dengan detik ini belum juga membalas pesan saya."

"Ini sudah menjelang magrib di mana kau akan bermalam?"

Yusuf tampak menatap ustad tersebut sebelum akhirnya berbicara.

"Apakah saya bisa numpang menginap di masjid ini malam ini saja?"

"Maaf mas kalau itu tidak boleh."

"Tidak apa-apa ustad nanti setelah salat Maghrib saya akan pergi."

"Tidak perlu pergi, mas bisa menginap di rumah saya."

"Sungguh ustadz?"

"Tentu saja sesama manusia harus saling membantu, apalagi mas ini sedang dalam masalah yang berat. Saya senang bila bisa membantu mengurangi sedikit beban pikiran mas."

Yusuf menyalami ustad itu, dia bersyukur sekali karena di pertemukan dengan orang-orang baik ditengah masalah besar yang sedang menimpanya.

Selesai salat magrib Yusuf mengikuti langkah ustad yang rumahnya ternyata tidak jauh hanya berselang dua rumah dari masjid.

"Ayo masuklah, rumahnya memang kecil tapi insyaallah saya ikhlas membantu."

"Justru saya yang harus berterima kasih karena sudah diizinkan menginap malam ini."

Yusuf memperhatikan rumah ustad yang sepertinya sepi seperti tidak orang lain.

"Apakah ustad tinggal sendiri di sini?"

"Iya, saya memang tinggal sendiri di sini."

"Istri dan anak ustad kemana?"

Ustad itu tampak terdiam dan wajahnya menampakkan sedikit rasa sedih.

Yusuf merasa bersalah karena telah bertanya sesuatu yang mungkin membuat ustad itu sedih.

"Maaf ustad jika saya terlalu lancang bertanya."

"Tidak apa-apa, setiap membicarakan masalah istri saya pasti bawaannya saya memang akan sedih."

Ustad itu terdiam sejenak lalu melanjutkan lagi kata-katanya.

"3 tahun yang lalu, istriku pergi meninggalkanku karena tidak sanggup hidup di dalam kemiskinan."

"Maaf ustad saya tidak bermaksud membuka luka lama yang pernah dialami."

"Tidak apa-apa tapi kita belum berkenalan, saya Haikal."

Ustad yang bernama Haikal itu mengulurkan tangannya kepada Yusuf.

"Saya Yusuf."

Sebenarnya kau tidak perlu memanggil ku ustad, panggil namaku saja karena umur kita mungkin hampir sama.

"Tidak boleh seperti itulah biar bagaimanapun ilmu agama ustad Haikal jauh melebihi diriku jadi sudah sepantasnya disebut ustad."

"Terserah kau sajalah tapi tidak apa-apa kan kalau aku memanggilmu Yusuf saja."

Yusuf mengangguk.

Malam itu Yusuf menginap di rumah ustad Haikal, mereka membicarakan banyak hal karena ternyata mereka sama-sama adalah suami yang tersakiti oleh istri mereka dengan cerita versi masing-masing.

Yusuf dan Haikal saling menertawakan membayangkan kisah mereka yang ternyata sama-sama disakiti oleh wanita.

"Tapi kau masih lebih beruntung dibanding aku, kau masih bisa mencari bukti untuk menunjukkan kebenarannya sedangkan aku di mana istriku sekarang saja tidak tahu, apakah dia masih ingat padaku ataukah dia sudah menikah lagi."

"Iya aku selalu berdoa agar Allah subhanahu w* ta'ala menunjukkan jalan nya untukku, tidak masalah jika garis jodoh ku dan istriku sudah putus yang jelas aku ingin membuktikan kalau aku tidak bersalah."

"Kau harus banyak bersabar insya Allah pasti akan ditunjukkan jalannya."

"Iya ustad hanya itulah yang bisa ku lakukan sekarang."

Mereka masih membicarakan banyak hal dan Yusuf mendapat banyak masukan dan pencerahan dari ustadz Haikal sehingga hatinya menjadi lebih tenang dan lebih ikhlas lagi menjalani semua masalahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status