Share

5. Mencari Rika

Disinilah Jevan berada, di rumah Rika, ia disambut oleh seorang perempuan seusia ibunya. Perempuan itu begitu cantik dan mirip dengan Rika. Jevan yakin dia adalah ibu dari Rika.

Ia memperoleh alamat Rika dari teman kos perempuan itu. Setelah ia keluar dari rumah sakit, ayahnya mendesak untuk segera menemui wanita yang pernah di tiduri Jevan. Jevan bahkan sempat dipukuli ayahnya karena perbuatan Jevan yang dinilai tidak bertanggungjawab.

"Nyari siapa ya?" tanya wanita itu dengan nada ramah.

"Emm, Rika nya ada tante?"

Pertanyaan Jevan membuat wajah perempuan itu menjadi sendu. Ia jadi teringat anaknya yang entah berada dimana saat ini. Sudah sebulan lamanya ia tidak bertemu Rika, setelah kejadian di rumah sakit itu.

"Rika udah nggak tinggal disini lagi. Kamu siapanya Rika? Ada perlu apa nyariin Rika?" tanya wanita itu.

"Siapa, mah?" Heri muncul dari belakang tubuh Jevan. Lelaki itu baru saja pulang dari bertemu klien untuk membahas terkait pembangunan restoran baru yang akan mereka kelola.

"Siang om, saya temannya Rika," ucap Jevan sambil menyalami Heri.

"Mau apa kamu mencari anak saya?"

"Mmm anu om, itu... Saya ada perlu penting sama Rika," kata Jevan terbata-bata.

"Perlu apa? Dia sudah pergi dari rumah ini."

"Apa jangan-jangan kamu lelaki itu. Lelaki yang sudah hamilin Rika?!"

Jevan yang ditanya seperti itu kebingungan, jika menjawab jujur apakah ia akan mendapatkan bogeman dari ayah Rika. Namun, ia tetap harus jujur, jika tidak ia tidak akan tahu dimana Rika berada.

"Jadi Rika beneran hamil, om?"

"Ohh, jadi beneran kamu yang udah hamilin anak saya? kurang ajar!"

Jevan tidak mampu menghindar dari pukulan yang diberikan Heri. Berkali-kali pria paruh baya itu memberikan Bogeman nya ke wajah dan perut Jevan. Hingga akhirnya Jevan jatuh tersungkur. Pipinya sudah penuh dengan lebam. Ia bahkan sudah terbatuk-batuk akibat dari tendangan Heri.

"Kurang ajar ya kamu!" ucap Heri yang masih terus memukuli Jevan.

"Udah, Yah. Ayah udah! bisa mati anak orang," teriak mawar sambil menarik tangan suaminya.

"Pergi kamu dari sini!" Heri mengusir Jevan.

Mawar lantas menuntun suaminya untuk masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Jevan yang masih terkapar di lantai.

Jevan merasakan badannya remuk, tulang-tulang yang tersusun didalam tubuhnya seakan rontok semua. Ia mencoba bangkit. Dengan tertatih-tatih Jevan berjalan ke arah mobilnya.

Suara orang berlari mendekat ke arah nya.

"Nak, tunggu!" suara Mawar menghentikan langkah Jevan.

"Tante minta tolong ya sama kamu. Tolong bawa Rika pulang," ujar Mawar. Wanita itu kini memegang kegua tangan Jevan, sambil menangis memikirkan nasib anaknya.

"Tante takut dia kenapa-kenapa, nak. Tolong cari dia sampai ketemu."

"Pasti tante, saya akan berusaha semaksimal mungkin buat nyari Rika. Jevan minta maaf ya tante, sudah bikin anak tante seperti itu."

Wanita itu mengangguk, air matanya masih terus turun. "Makasih ya nak, kalo nanti sudah ketemu hubungi tante ya. Ini nomer tante." Mawar menyerahkan sesobek kertas yang bertuliskan nomor ponselnya.

"Kalo nanti kamu nggak siap buat nikahin anak tante, cukup bawa dia pulang, biar tante sendiri yang rawat anak dan cucu saya," kata Mawar sebelum ia kembali masuk rumah, meninggalkan Jevan dengan pikirannya.

Helaan nafas terdengar dari mulut lelaki itu. "Jevan pasti nikahin Rika, tan." Jevan sangat yakin dengan apa yang akan dia lakukan.

***

Waktu berjalan begitu cepat. Sudah tujuh bulan lamanya Jevan mencari Rika. Namun, tak ada jejak dari wanita itu. Jevan sudah mengobrak-abrik kota ini. Ia juga sudah bertanya kepada semua kenalan Rika, namun tak ada seorang pun yang tahu keberadaan perempuan itu.

Seakan-akan Rika benar-benar hilang ditelan bumi.

"Kemana lagi aku harus nyari kamu, Rika?" Jevan sudah sangat lelah. Setiap hari, sepulang dari kantor ia akan berkeliling kota, menyusuri gang sempit untuk mencari Rika.

Saat ini Jevan bekerja sebagai seorang web development di salah satu perusahaan IT. Sudah lima bulan lamanya Jevan menekuni pekerjaannya itu. Berkat bantuan dari Tyo, ia bisa memiliki ijasah yang tertinggal di rumah, sehingga ia bisa mendaftar pekerjaan itu.

Sore ini, Jevan kembali mencari Rika. Dengan mobil HRV milik kakaknya, ia ikut mengantri di jalan raya yang penuh sesak itu.

Saat ini Jevan tengah menunggu warna lampu lalu lintas menjadi hijau. Mobil HRV yang ditumpangi Jevan berada di posisi paling depan, sehingga memudahkan lelaki itu untuk menyeberang jalan.

Traffic light berubah warna menjadi hijau. Jevan menginjak gas mobilnya. Namun, ia tidak sadar ada sebuah mobil berwarna silver tengah melaju kencang dari jalur kanan.

Suara decitan antara ban mobil dengan aspal jalan begitu memekakkan telinga. Miris untuk didengar.

Tabrakan pun tak bisa dihindari. Mobil Jevan terseret beberapa meter kearah kiri, hingga menabrak pohon di bahu jalan.

Orang yang menyaksikan kejadian itu merasa miris, mereka berbondong-bondong mendekati kedua mobil itu.

Seseorang segera menghubungi ambulans untuk membantu para korban.

Beruntungnya Jevan, ia tidak terluka begitu parah, hanya dahinya saja yang tergores percikan kaca mobil.

Jevan tidak terluka parah, karena mobil yang menabraknya tadi mengenai badan mobilnya bagian belakang. Sedangkan sisi kiri depan mobil yang menabrak pohon. Jadi, tubuh Jevan tidak terkena benturan yang terlalu keras.

Beberapa menit kemudian mobil ambulan datang dan membawa mereka ke rumah sakit terdekat.

Di rumah sakit, Jevan hanya mendapatkan empat jahitan di jidat kirinya. Sedangkan, orang yang menabrak Jevan masih terbaring tidak sadarkan diri di ruang operasi.

"Gue harus hubungin bang Tyo." Jevan mencari kontak nomer kakaknya.

"Halo, bang. Bang gue habis kecelakaan."

"Kecelakaan? Kok bisa? Keadaan lo gimana?"

Jevan pun menceritakan kronologi kejadian kecelakaannya. Tak lupa ia juga menceritakan keadaan mobil kakaknya yang sudah ringsek.

"Apa?! Jadi mobil gue hancur?" suara Tyo terdengar panik diseberang sana.

Jevan meluruskan kakinya, ia saat ini tengah duduk di bangku lorong rumah sakit.

"Sorry bang, janji deh gue ganti." Jevan memijat keningnya sambil menutup mata. Meskipun ia tidak terkena benturan yang keras, namun efek dari guncangan dari mobil itu membuatnya pusing.

"Lo nggak khawatir sama keadaan gue apa?"

Saat ia membuka mata tak sengaja ia melihat seorang perempuan dengan perut buncit tengah duduk di kursi roda. Seorang lelaki membantu perempuan itu untuk mendorong kursi roda yang ia naiki.

Perempuan itu terlihat familiar bagi Jevan. Walaupun ukuran tubuh wanita itu tidak seperti terakhir kali mereka bertemu, namun Jevan masih mengenali perempuan itu.

"Rika!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status