Share

3. Menggugurkan?

Disinilah Rika berada. Di sebuah Rumah bercat putih dengan pagar besi yang sudah tua. Rumah yang berada jauh dari pemukiman penduduk.

Rika berdiri di depan Rumah itu. Mencoba mencocokkan rumah itu dengan gambar yang ada di smartphone miliknya.

Ia menghela nafas beberapa kali. "Huh, baiklah Rika. Semua masalahmu akan terselesaikan disini," ucapnya meyakinkan diri. Jika boleh jujur ia sangat takut dengan efek yang ditimbulkan dari tindakannya saat ini.

Ia lantas mengusap perut yang terdapat janin di dalamnya. "Maaf, saya nggak akan bisa merawat kamu. Saya masih ingin melanjutkan mimpi saya tanpa kamu, " kata Rika kepada janin yang ada didalam perutnya. Wanita itu seolah-olah tengah meminta maaf kepada janin yang tumbuh di perutnya.

Dengan mantap ia melangkah untuk masuk ke rumah itu.

Ya, saat ini Rika tengah berada ditempat aborsi illegal. Ia berencana menggugurkan kandungannya demi bisa kembali melanjutkan kehidupan yang ia mau.

Tadi, ketika berada di rumah sakit ia mencari informasi tentang cara membunuh anak yang ada di dalam kandungannya. Dan satu-satunya cara yang paling efektif yaitu dengan mendatangi dukun atau bidan yang melayani praktek aborsi illegal.

Setelah berkelana mencari informasi melalui smartphone miliknya -satu-satunya barang berharga yang ia miliki saat ini- banyak orang yang merekomendasikan tempat ini. Rika tidak menyangkal ternyata banyak juga wanita yang berani membunuh anaknya sendiri, mungkin saat ini ia termasuk salah satunya.

Rika sudah berdiri didepan pintu rumah itu. Dari sana ia bisa melihat satu pasangan muda tengah duduk di ruang tamu.

Rika lantas ikut duduk bergabung dengan mereka. Sebelum duduk ia sempat tersenyum ke arah pasangan itu.

"Aakhh! Sakit bu!" Suara teriakan seorang perempuan berasal dari salah satu bilik dikamar itu.

Teriakan itu berhasil membuat Rika ketakutan. Ia meremas kedua tangannya yang berada di pangkuannya.

'Sakit banget kah?' batinnya. Secara tidak sadar perempuan itu mengusap perutnya.

"Yang, aku takut. Gimana kalo aku sampe mati gara-gara bayi ini?" ucap perempuan yang duduk di sofa dekat Rika.

"Nggak papa, dulu kan udah pernah. Aku yakin kamu pasti kuat. Kan ada aku yang bakalan nemenin kamu," jawab sang lelaki, mencoba menenangkan kekasihnya.

Rika merasa syok mendengar percakapan dua orang yang berada di ruangan itu. Pasangan itu masih terlalu muda untuk melakukan hubungan yang terlalu jauh. Jika diperhatikan mereka masih dalam usia sekolah. 'Memang dunia sudah tidak baik-baik saja,' batin Rika.

Brak!

Suara orang yang mendorong pintu yang terbuka mengagetkan tiga orang yang tengah duduk di sofa itu.

Seorang lelaki usia akhir dua puluhan berdiri di depan pintu rumah itu. Wajahnya terlihat begitu dingin, seakan membekukan siapa saja yang melihatnya. Matanya menatap tajam Rika tanpa ekspresi apapun.

"Kak Putra?"

Mata Rika melebar melihat sosok kakaknya ada disini. Rika panik. Bagaimana kakaknya itu bisa tahu keberadaannya?

"Ikut kakak," kata Putra dengan nada penuh penekanan. Ia kecewa dengan adiknya. Bisa-bisanya wanita itu membuat kesalahan lagi, sebelum menyelesaikan apa yang ia perbuat.

Putra menarik Rika untuk keluar dari rumah itu. Rika meronta meminta Putra untuk melepaskan genggaman tangannya. "Lepasin kak!" Namun, seberapa keras pun usaha yang Rika lakukan, tak akan bisa mengalahkan tenaga lelaki itu.

"Diam!" seru Putra. Lelaki itu menarik Rika menuju mobilnya. Setelah sampai di mobil, Putra lantas mendorong Rika untuk segera masuk. "Masuk!"

Putra yang Rika kenal adalah sosok kakak yang sangat menyayangi adiknya. Berbeda sekali dengan sikap lelaki yang tengah bersamanya saat ini. Karena amarah kakaknya berubah kasar kepadanya.

'Tuhan apapun yang terjadi nanti, tolong lindungi aku,' rapalnya dalam hati.

Tidak ada percakapan di dalam mobil itu. Hanya deru mesin yang menghiasi perjalanan mereka.

Rika hanya bisa pasrah dengan apa yang akan kakaknya itu lakukan kepadanya. Sedangkan, Putra terlihat begitu fokus dengan jalan.

Tadi ketika setelah Putra menjenguk temannya, ia tak sengaja melihat adiknya itu. Gelagat wanita itu terlihat mencurigakan. Ditambah dengan pesan yang dikirim sang ayah untuk menjauhi adiknya.

Melihat Rika yang menaiki mobil jemputan. Putra bergegas untuk mengikutinya diam-diam. Dan disinilah akhirnya ia berada.

Putra berdiri didepan rumah itu beberapa saat untuk mengetahui apa yang akan adiknya lakukan. Namun, Jeritan kesakitan dan percakapan orang yang ada di dalam rumah itu membuat Putra sadar tempat apa yang adiknya datangi. Tempat hina, dimana orang-orang tidak bertanggungjawab membunuh bayi mereka yang bahkan belum lahir.

Sepuluh menit kemudian, Putra menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang jarang di lalui kendaraan.

Ia menatap tajam adiknya. Rika yang ditatap seperti itu hanya bisa menundukkan kepala.

"Apa yang mau kamu lakuin ditempat terkutuk itu Rika?" tanya Putra dengan nada dingin.

Rika diam. Ia merasa bersalah terhadap kakaknya.

"Jawab!" Suara Putra meninggi membuat tubuh Rika gemetaran.

Perempuan itu lantas mendongak, balas menatap kakaknya. Air mata sudah berderai di kedua pipinya.

"Hiks, hiks. Aku diusir sama ayah, kak," liriknya. Rika kembali menunduk.

Sedangkan Putra hanya diam saja, menunggu kelanjutan ucapan dari Rika.

Merasa kakaknya tidak memberikan Respon, Rika lantas melanjutkan ucapannya.

"A-aku hamil, kak," ucapnya sambil meremas kedua tangan yang ada di pangkuannya.

"Aku nggak mau anak ini kak! Aku benci dia! Kenapa dia harus hadir? Aku bahkan nggak tau siapa ayah dari anak ini," ucap Rika dengan penuh emosi. Rika merasa frustasi dengan dirinya sendiri.

"Aku mau bunuh dia, kak! Aku nggak mau dia! Aku mau dia mati! " ucap Rika dengan histeris sambil memukuli perutnya.

"Kamu mau dia mati? Oke. Bakalan kakak lakuin." Putra yang melihat adiknya seperti itu, semakin tersulut emosinya.

Putra memposisikan tubuhnya kembali menghadap kedepan. Pandangan lelaki itu lurus ke depan dengan wajah yang masih datar.

Putra memutar stir mobilnya untuk lebih menengah ke jalan. Lalu, pria itu menginjak dalam gas hingga mobil melaju dengan sangat kencang. Pria itu seperti kemasukan setan.

Rika ketakutan, ia berpegangan dengan erat pegangan mobil yang ada di atas kepalanya.

'Maafkan aku ya Tuhan. Maafkan aku,' rapalnya dalam hati.

Ia tidak mau mati hari ini. Ia masih mau hidup. Ia hanya ingin anak yang ada didalam kandungannya yang mati.

"Kak, sadar kak! Rika minta maaf. Rika janji nggak akan ke tempat itu lagi." Perkataan Rika sama sekali tidak didengarkan oleh Putra. Pria itu masih melajukan mobil dengan kecepatan penuh.

Sampai akhirnya, di sebuah perempatan jalan sebuah truk melaju dari kiri jalan. Truk itu juga melaku dengan cepat. Putra langsung menginjak rem, namun mobilnya masih sada melaju dengan kencang.

Citt...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status