Share

Suami Truth or Dare
Suami Truth or Dare
Penulis: Moomi

1. Kesalahan satu malam

Duk!

Seorang wanita meringis kesakitan, akibat keningnya yang terantuk punggung dengan cukup keras.

Ditambah lagi efek dari minuman keras yang ia minum semalam, membuat kepalanya semakin pusing.

“Aduh!” ucap wanita sambil mengusap keningnya.

Rika, wanita itu mencoba mengubah posisi tidurnya untuk berbaring. Namun, ia kembali meringis. Area kewanitaan miliknya terasa sakit dan tidak nyaman.

“Kenapa sih gue?” kata Rika.

Rika belum menyadari keadaan dirinya saat ini yang tengah berbaring dengan seorang lelaki disampingnya. Bahkan, ia juga tidak sadar bahwa dia tidak mengenakan sehelai benang pun, kecuali selimut yang menutupi tubuh polosnya.

Merasa hawa dingin dari air conditioner yang menusuk, Rika kembali membetulkan letak selimut yang sedikit melorot dari tubuhnya. Ketika Rika menarik selimut, matanya menangkap dua bukit kembarnya yang terekspos begitu saja, tanpa adanya bra yang melindungi.

Kedua mata Rika seketika melotot. ‘Astaga! Apa yang udah gue lakukan?’ tanyanya dalam hati.

[Flashback]

Seorang gadis dengan dress ketat berwarna hitam itu tengah duduk di sofa melingkar disebuah club bersama dengan teman-temannya. Gadis itu adalah Rika. Jika dilihat dari gerak-gerik dan racuannya, sudah dipastikan bahwa gadis itu berada pada pengaruh minuman beralkohol.

Rika dan teman-temannya itu, saat ini tengah merayakan gelar baru yang mereka peroleh siang tadi, sekaligus sebagai acara perpisahan sebelum mereka kembali ke asalnya masing-masing.

“Truth or dare?” tanya seorang gadis kepada Rika. Ya, mereka duduk melinngkar untuk memainkan permainan itu, truth or dare.

“Dare!” Rika yang tidak sadar sepenuhnya memilih untuk mendapatkan tantangan dari temannya itu daripada harus jujur kepada mereka.

Mendengar jawaban dari Rika, gadis itu kegirangan. Gadis yang bertanya kepada Rika tadi berpikir sesaat. Lalu, ia beerkata, “Oke. Gue kasih tantangan buat elo. Emm…Lo harus ajak seorang lelaki untuk tidur bersama malam ini.”

“Nggak harus sampai tidur beneran, buat buktinya lo harus kasih rekamaan ke gue,” ucap gadis itu kepada Rika.

“Gila lo! Lo mau ngrusak temen lo sendiri?!” ucap salah seorang teman Rika yang lain setelah mendengar tantangan yang diberikan kepada Rika terdengar tidak masuk akal.

Memang benar apa yang dikatakan teman lelaki Rika itu. Jika sampai Rika salah memilih orang, bisa-bisa Rika berakhir di ranjanng yang sama dengan lelaki itu. Apa lagi kondisi Rika saat ini yang tidak sadar sepenuhnya.

“IIh, gue kan Cuma nyuruh Rika buat ngajak stranger buat tidur bareng aja, nggak sampai nyuruh rika buat tidur beneran sama dia,” ucap gadis itu masih membela diri.

Tak ingin mendengar perdebatan antara kedua temannya itu kembali berlanjut, Rika segera berdiri.

“Sst, nggak usah berantem kawan-kawanku, gue bakalan lakuin tantangan yang diberikan oleh Gita,” ucap Rika sambil menunjuk kearah Gita duduk.

Rika lantas mengambil handphone yang ia letakkan didalam tas. Ia mengota-atik benda itu, kemudin berkata, “Oke, alat rekam sudah siap.” Rika menunjukkan layar gawainya itu kedepan muka masing-masing temannya. Gadis itu tiba-tiba tertawa sendiri, entah hal lucu apa yang membuat Rika tertawa.

“Gue bakalan balik kesini lagi, tunggu 15 menit, Okay. Dan gue pastikan HP ini sudah terisikan suara laki-laki yang mau tidur sama gue. Kalo bisa sekalian sama orangya, gue ajak kesini.” Rika berkata sambil mengerjap-ngerjapka matanya. Berusaha untuk mengembalikan kesadaran yang sudah hilang setengah.

“Let’s go, Rika!” kata Rika sebelum meninggalkan teman-temannya. Dengan sempoyongan Rika berjalan kearah lautan manusia yang tengah meiukkan badan mengikuti alunan music.

Tanpa Mereka sadari, salah seorang yang duduk bersamanyai itu tengah menatapnya khawatir. Ingin rasanya di dalam pikiran lelaki itu untuk menarik Rika pulang.

Rika berjalan mendekati tiga orang pria yang tengah duduk di kursi bar, sambil meneguk minumannya.

“Halo, ganteng. Boleh kenalan nggak?” Rika bertanya kepada lelaki yang duduk di kursi paling ujung kanan, ia mendudukkan dirinya di samping lelaki itu.

Lelaki berusia pertengahan dua puluhan itu lantas menatap teman disampingnya. Seakan memberikan kode bahwa mangsa baru telah tiba.

Rika yang setengah mabuk itu memasang senyum nakal mencoba untuk menggoda lelaki disampingnya.

“Boleh, dong. Kenalin aku Ken, nama kamu siapa cantik?”

“Aku Rika.” Mereka berdua berjabat tangan sebagai tanda perkenalan.

“Oiya, cantk. Aku punya minuman khusus buat kamu.”

Segelas miuman berwarna kekuningan tersaji di depan Rika. “Thankyou, Ken.”

Tanpa merasa curiga, Rika lantas meneguk minuman itu.

Sedangkan lelaki disampingnya tersenyum dengan misterius.

***

Lima belas menit berlalu, tak ada tanda-tanda bahwa Rika akan muncul dari kerumunan orang di lantai dansa yang ia datangi tadi.

Seorang lelaki merasa begitu khawatir karena Rika tidak kembali sesuai waktu yang sudah dia janjikan. Jevan, lelaki itu, tengah mengetukkan jari telunjuknya di atas meja. Ia khawatir kalau sampai Rika kenapa-napa.

Jevan mengusap wajahnya yang masih segar. "Sial! Kemana perginya itu cewek?!"

Karena tidak tenang akhirnya Jevan beranjak dari duduknya dan berjalan kearah kerumunan orang yang tengah menari dibawah sorot lampu warna-warni. Tubuhnya yang tinggi mampu dengan mudah membelah lautan manusia itu.

Sialnya, ia tidak menemukan Rika di sana. Rasa khawatir semakin memuncak pada dirinya.

"Argh, kemana sih lo Rika?" ucap Jevan dengan nada frustasi.

Ia bersumpah akan menghajar siapa saja yang berani menyentuh Rika.

Jevan kembali berjalan menyusuri lorong demi lorong yang ada di lantai satu club itu. Merasa tak mendapatkan hasil apapun, Jevan lekas naik ke lantai dua.

Setelah sampai di lantai dua, Jevan melihat dua orang yang tengah berciuman didepan pintu sebuah kamar yang biasanya disewa para pelanggan club.

Karena penerangan yang minim, ia tidak dapat melihat dengan jelas siapa orang itu. Namun, semakin ia mendekati kedua orang itu, Jevan baru menyadari perempuan yang tengah bercumbu itu adalah Rika.

"Bangsat!"

Bug bug

Pukulan bertubi-tubi Jevan layangkan kearah lelaki itu.

"Mati lo, bangsat! Berani-beraninya lecehin temen gue! "

Amarah mendominasi lelaki itu. Hingga Jevan tidak sadar bahwa orang yang ia pukuli saat ini sudah tidak sadarkan diri.

"Ssttt, panas." Rika mendesis, merasakan tubuhnya yang kepanasan. Perempuan itu terus menggerakkan tubuhnya yang terasa kepanasan, bahkan kedua tangannya terus meraba tubuhnya sendiri.

Mendengar suara Rika, Jevan seakan tersadar dan menghampiri perempuan itu.

"Lo, nggak papa?" tanya Jevan kepada Rika. Disentuhnya kedua pundak Rika untuk memastikan perempuan itu baik-baik saja.

"Panas, tolong aku!" Namun, ada yang aneh dengan Rika. Rika terlihat tidak menyadari siapa orang yang ada didepannya saat ini. Sepertinya perempuan itu berada dalam pengaruh obat.

Perempuan itu menarik tangan Jevan yang ada di pundaknya untuk menyentuh dadanya yang menyembul. Ia meminta Jevan untuk meremas kedua bongkahan kenyal itu.

Jevan membeku, ia belum bisa mencerna dengan baik apa yang dilakukan Rika saat ini.

Merasa belum puas, Rika menempelkan bibirnya ke bibir Jevan. Rika melahap dengan rakus bibir milik lelaki itu.

Sebagai lelaki normal, Jevan tidak mampu menahan godaan dari Rika. Apalagi ia juga menaruh rasa pada perempuan itu. Ia lantas balas mencium Rika dengan tidak kalah rakus.

Jevan yang sudah tidak sabar, segera mengangkat tubuh Rika dan membawa perempuan itu masuk ke kamar di belakangnya. Meninggalkan lelaki yang masih terkapar di lantai itu sendirian.

Dan disinilah malam panjang mereka dimulai.

[Flashback end]

Rika yang mengingat tantangan yang diberikan temannya semalam, bergegas memunguti semua pakaiannya, lalu ia segera memakai pakaian yang sudah kusut dibeberapa tempat itu.

Ia ingat bahwa semalam, ia menerima tantangan dari Gita untuk mengajak tidur seorang lelaki. Namun, ia tidak ingat siapa yang lelaki yang menemaninya semalam dan masih terlelap disampingnya itu.

Setelah selesai, ia langsung meninggalkan kamar itu. Rika tak berencana untuk mengetahui siapa lelaki yang masih tertidur itu. Ia hanya ingin pulang. Ia takut jika lelaki itu bangun, dan ia akan meminta pertanggungjawaban kepada Rika.

Sepuluh menit setelah Rika pergi, Jevan terbangun dari tidurnya. Ia merasa seluruh tubuhnya remuk.

Saat semua nyawanya terkumpul, lelaki sadar bahwa Rika sudah tidak ada di sampingnya.

Perempuan itu sudah pergi meninggalkannya sendiri.

Jevan lantas mendudukkan dirinya. Masih celingukan mencari Rika. Mungkin saja perempuan itu berada di sudut ruangan dan ia tidak bisa melihatnya jika berbaring.

"Dia beneran udah pergi kah? Kenapa dia ninggalin gue sendiri? Apa dia malu sama gue atau dia malu udah lakuin itu sama gue?" Jevan menghela nafas. Wajahnya cemberut.

Bisa-bisanya ia di tinggal sendiri setelah melewatkan malam panas bersama.

"Ya sudahlah, nanti gue samperin aja deh ke kosnya," ucap Jevan dengan enteng.

Jevan menyibak selimut yang digunakan. Ia berencana akan membersihkan tubuhnya sebelum pulang.

Setelah selimut itu tersibak, mata Jevan menangkap sebuah bercak darah di seprei putih itu.

"Hah, darah? Ja-jadi Rika masih perawan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status