Share

Skandal Cinta Surrogate Mother
Skandal Cinta Surrogate Mother
Author: Adny Ummi

Bab 1 : Pikiran Gila

"Dasar perempuan miskin! Pasti kamu ingin pansos ke kita, kan?"

"Cih! Anak yatim piatu aja belagu! Katanya punya kakak di panti yang diadopsi keluarga kaya? Mana dia? Pasti dia malu sama lo, Nabila makanya dia gak pernah ke sini!"

#####

Nabila menghela napas sembari mengemas barang-barangnya saat ini.

Ia sudah memutuskan menerima tawaran Hana, kakak di panti asuhannya dulu, yang kebetulan tak lama ini dia temui.

Hana tampak berbeda jauh dari yang ia ingat. Perempuan itu terlihat glamour dan kaya. Tadinya, mereka tidak saling mengenal, sampai Hana melihat dari kejauhan tanda lahir di pergelangan tangan bagian dalam Nabila ketika ia singgah di sebuah kafe di mana gadis manis berkerudung itu bekerja sebagai pelayan.Hana cukup beruntung diadopsi oleh keluarga yang baik. Semenjak mengangkat Hana sebagai anak, keluarga itu seakan mendapat curahan berkah. Keran-keran rezeki di kehidupan mereka terbuka lebar. Hana semakin disayang. Berbeda dengan Nabila. Ia justru mendapatkan perlakuan yang tidak baik oleh keluarga angkatnya.

Karena itulah Nabila selalu merasa menjadi orang yang terbuang. Di mana saja dia berada, orang-orang tidak ada yang tulus menyayanginya.

"Stop, Nabila! Gila lu, ya! Bisa-bisanya, lu terima tawaran surrogate mother? Astaga! Itu enggak boleeh, Nabilaaa!"

Nabila terdiam mendengar ucapan teman yang baru dikenalnya tiga bulan lalu.

Mungkin, Metta pikir Nabila bercanda kala mengatakan ada yang menawarinya sebagai surrogate mother di Amerika beberapa hari lalu. Padahal, Nabila bahkan sudah melakukan berbagai tes kesehatan sebagai persyaratan itu.

"Gue butuh duit. Lagipula, gue capek dihina orang terus!" tegas Nabila sembari mengemaskan pakaiannya, memasukkan helai demi helai ke dalam koper. Besok gadis manis berkerudung itu harus berangkat ke Los Angeles, Amerika Serikat.

Akhirnya Metta pun terdiam melihat Nabila sibuk berkemas.

Tampak jelas, teman Nabila itu khawatir bagaimana dirinya ke depan harus membayar kamar kost itu sendiri. Padahal, selama ini ia patungan dengan Nabila untuk memangkas biaya hidup.

Nabila menyadari kekhawatiran itu dan terdiam sejenak. Perlahan, ia mengeluarkan segepok uang tunai sejumlah lima juta rupiah di atas tempat tidur. "Ini sedikit bayaran gue. Lumayan buat lu bayar kost beberapa bulan ke depan sekaligus buat nyokap lu!"

Metta sontak membulatkan bola matanya. Ia tidak pernah memegang uang sebanyak itu selama ini. "I–ini buat gue, Nab?" tanyanya terbata sembari meraih gepokan lembaran merah dari sana dengan tatapan seakan tidak percaya.

"Yup!" seru Nabila seraya meletakkan koper yang sudah selesai di-ritsleting itu di pinggir tembok ruangan.

Metta seakan tak sanggup berkata-kata lagi karena dirinya memang sedang butuh uang saat ini. Hanya saja dia tetap khawatir dengan Nabila. "Pokoknya, jaga diri baik-baik."

***

"Oke, Nabila. Ini suamiku, Zack Robinson." Veronica memperkenalkan sang suami kepada Nabila.

Nabila tersenyum canggung sambil mengangguk di hadapan Zack. 'Ganteng juga nih, om-om bule,' pujinya di dalam hati.

Ya, Zack sudah berusia 37 tahun saat ini. Akan tetapi, wajahnya memang tampan, dilengkapi dengan postur tubuh yang atletis karena rajin melakukan gym setiap akhir pekan. Sementara Nabila, ia masih cukup muda, yakni 21 tahun. Walau masih lugu, tetapi tentu saja ia bisa membedakan mana pria tampan dengan yang tidak.

Pria bule itu mengangguk kecil tanda menyapa. Ia sudah diberitahu oleh sang istri kalau calon istri siri-nya ini tidak mau menyambut jabatan tangan pria asing.

Nabila memang baru belajar sedikit-sedikit ilmu agama dari Metta, sahabat barunya. Ia beberapa kali diajak ke pengajian bersama seorang ustadzah beberapa waktu lalu. Ya, istilahnya, ia baru berhijrah.

"Sebenarnya ini ide dari Veronica. Aku masih bisa bersabar ... memang kami belum mempunyai anak sampai sekarang, tetapi aku tidak begitu mempermasalahkan ...."

"Babe! Ayolaaah, kita sudah pernah membahasnya dan kamu sudah setuju. Jangan mulai lagi ...." Veronica protes kepada suaminya.

Zack pun mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Oke ... oke. Cuma aku rasa tidak perlu menikah. Dia cuma surrogate mother!"

"A–aku yang meminta syarat itu." Nabila menyela pembicaraan.

Zack menoleh ke arah Nabila. Sebelumnya Veronica tidak menjelaskan secara detil kepadanya. Lelaki itu menatap ke arah Nabila dengan sorot tanda tanya.

"Ya. Aku yang meminta itu. Anda tahu, sebenarnya hal ini jelas terlarang di agama kita. Mmm ... Anda sudah muslim, 'kan?" Nabila memastikan. Dia teringat kalau Zack sudah mualaf.

"Ya. Apa bedanya? Anak ini juga anak kami, bukan anak ...." Zack mau menyebut 'kita', tetapi tidak enak hati.

"Ya, aku tahu ... cuma karena benih kalian berada di rahimku. Jadinya otomatis bayi itu juga tumbuh dari darah dan dagingku," ujar Nabila walau jantungnya berdegup kencang, hal seperti ini baru pertama kali ia alami, "hanya secara agama. Aku tak akan menuntut hak lain, kecuali dari apa yang kalian janjikan. Itu saja."

Nabila juga berpikir, ia mau bebas bergerak di rumah kedua suami-istri itu tanpa khawatir ribet jika mesti menggunakan kerudung setiap harinya.

"Sudahlah, Zack. Aku sudah menjelaskannya kepadamu berulang kali!" potong Veronica lagi.

"Babe ...." Zack menatap pelas ke arah sang istri.

Nabila hanya diam melihat ke arah kedua orang suami-istri di depannya. Sorot mata Zack terlihat jelas, kalau ia begitu mencintai sang istri.

"Kau sudah setuju, ingat?" Veronica menatap tajam ke arah suaminya.

"Fine! What ever you want!" Zack mengempaskan bokongnya di atas sofa sembari mengembuskan napas bosan.

Tak lama, prosesi akad nikah pun digelar.

Tidak ada pesta sama sekali. Nabila seorang yatim-piatu. Walau tidak begitu pasti. Intinya dia tidak tahu di mana kedua orang tuanya. Ia dibuang di depan sebuah panti asuhan. Jadi, masalah perwalian diwakilkan oleh wali hakim yang dicari oleh asisten Zack.

Setelah itu, beberapa hari kemudian dilakukan proses inseminasi buatan. Mereka pun disuruh untuk menunggu beberapa waktu lagi. Tidak butuh banyak masalah, karena tubuh Nabila memang sudah siap. Ia masih muda dan sehat. Ia pun dinyatakan hamil dan inseminasi dinyatakan berhasil.

Betapa bahagia Veronica dan Zack mendengar hal itu.

"Terima kasih, Nab ...." Dengan tatapan penuh haru Veronica memeluk gadis manis itu.

Nabila tersenyum menyambut pelukan wanita yang berstatus sebagai kakak madunya itu.

Setelah Veronica melepas pelukannya, tiba-tiba Zack menghampiri dan langsung mencium pipi gadis itu sembari memeluknya. "Thank you, Nabila."

Nabila terkejut. Ini pertama kali Zack menyentuhnya. Zack tersenyum ke arahnya setelah merenggangkan pelukan, menatap dengan sorot penuh suka cita.

Gadis tersebut mengangguk dan mengalihkan pandangan dengan wajah yang tiba-tiba terasa menghangat. Rasa malu membuat wajahnya memerah.

Bukan tanpa alasan Veronica mencari surrogate mother jauh-jauh dari Indonesia, negeri asalnya. Hal itu karena ia khawatir jika darah ibu pengganti mempengaruhi rupa sang anak. Ia mau kelak anaknya akan benar-benar tampak natural sebagai hasil blasteran. Bukan asli bule. Apakah itu berpengaruh atau tidak, dirinya saja tidak begitu yakin.

Yang jelas, Nabila adalah rekomendasi dari Hana, sahabat Veronica. Jadi, ia yakin Nabila tidak akan mengancam posisinya.

"Pokoknya, kami jamin kamu tak akan kekurangan apa pun selama di sini."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Queen vaseema
Yuhuu Thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status