Share

Bab 4 : Kedekatan

"Kamu pernah punya kekasih? Atau saat ini ada hubungan dengan seorang lelaki?" ulang Zack bertanya kembali.

Dengan kecanggihan teknologi, walaupun Nabila tidak pernah terlihat bertemu dengan seorang pria, tentu bisa saja ia mempunyai hubungan secara online—mungkin—pikir Zack.

"Oh ... nggak. Aku nggak punya," jawab Nabila dengan wajah terasa menghangat. Ia mengalihkan pandangan, takut pria tampan itu menyadari rona di wajahnya. Bagaimana tidak, ia baru saja membayangkan tubuh pria di hadapannya itu tadi.

Zack mencebik. "Gadis secantik kamu nggak punya kekasih?"

Oh, astaga ... Nabila semakin salah tingkah mendengar pujian Zack tentang wajahnya. "Aku ... aku nggak cantik," bantahnya sambil bangkit dan berjalan menuju ke ruang tengah.

Zack mengekorinya. "Siapa bilang kamu nggak cantik? Kamu cantik, Nabila," puji Zack tanpa beban.

Nabila mendaratkan bokongnya ke atas sofa di depan televisi. "Menurut kamu aku cantik?" tanyanya memastikan ketika Zack ikut duduk di sebelahnya dan mengambil remote control lalu menyalakan televisi. Wajahnya masih terasa menghangat.

"Tentu saja." Zack menoleh ke arah Nabila sebentar, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah acara berita di hadapan mereka.

"Ya, tentu saja aku cantik. Kalau ganteng itu laki-laki."

"Hahahaaa!" Zack tertawa terbahak, "aku serius. Pria mana saja pasti tertarik denganmu," lanjut pria tersebut membuat desir di dalam darah Nabila.

Nabila menatap lekat ke arah pria itu. 'Termasuk kamu?' Pertanyaan itu hanya mampu terucap di dalam hatinya. Kemudian wanita manis tersebut mengalihkan pandangan, karena wajahnya terasa semakin memanas, tentu sudah memerah sekali.

"Akh ...!" Tiba-tiba Nabila tersentak dan meringis memegang perutnya.

Zack terkejut dan refleks mendekat melihat hal itu. "Kenapa?" tanyanya cemas sembari menyentuh lengan Nabila.

Nabila melipat bibirnya menarik kemudian mengembuskan napas perlahan. "Nggak apa-apa. Cuma kaget sedikit, sepertinya bayinya bergerak." Ia masih sering kaget sebab baru-baru ini merasa sesekali ada gerakan agak kencang di perutnya.

"Oh ya?" Manik biru milik Zack tampak berbinar. Ia sangat antusias dengan perkembangan anaknya di dalam kandungan Nabila.

"Iya. Sudah beberapa kali berkedut seperti ini," jawab Nabila lirih. Usia kandungan sekian memang sudah mulai aktif.

"Boleh aku menyentuhnya?" tanya Zack ragu-ragu.

Nabila terdiam sejenak.

Zack tampak menunggu jawaban dari wanita muda di hadapannya itu.

"Iya, boleh." Akhirnya jawaban itu yang keluar dari lisan Nabila.

Dengan perlahan Zack meletakkan telapak tangannya ke perut Nabila, membuat darah wanita muda itu berdesir hangat.

Dengan ragu Nabila memegang punggung tangan lelaki itu untuk mengarahkannya. "Itu ... terasa?" tanyanya melihat wajah tampan Zack yang jaraknya cukup dekat darinya.

Zack menatap manik hitam Nabila. Ia menarik kedua sudut bibirnya ke atas sembari mengangguk pelan.

"Nah, dia bergerak lagi."

"Iya ... iya!" seru Zack dengan menahan suaranya. Telapak tangannya merasakan kedutan di perut Nabila.

Nabila menggigit bibirnya sendiri ketika denyar-denyar halus merambat dari rambut kepala hingga kakinya ketika Zack dengan intens menyentuh kulit perutnya yang sensitif.

Deg!

Nabila sedikit terlonjak ketika Zack tiba-tiba menunduk. Lelaki itu meletakkan telinganya di atas perut Nabila. Detak jantungnya seakan berhenti sejenak tadi.

"Hallo, Baby Boy ... this is your Dad."

Hal tersebut membuat degup jantung wanita itu semakin menggila. 'Ya Allah ...,' bisiknya di dalam hati sembari memejam.

"Mmm ... sebaiknya aku tidur sekarang," kata Nabila setelah Zack merenggangkan posisinya. Wanita muda itu berusaha menetralkan rasa aneh yang seketika datang sebab kedekatannya dengan Zack barusan.

"Masih awal begini?" Kedua alis lebat kecoklatan milik Zack bertautan.

"Rasanya aku sudah lelah." Nabila pun bangkit dari sofa.

"Oke kalau begitu. Istirahatlah," ucap Zack seraya menarik kedua ujung bibirnya ke atas.

Nabila lantas melenggang menjauhi ruangan itu menuju ke kamarnya. Sesampai di kamar, ia meletakkan bokong ke bibir ranjang sembari mendongakkan kepala dan menghela napas panjang. "Huuuuft ... aku tak boleh menyukainya," lirihnya pada diri sendiri.

***

Pagi itu langit masih tertutup sedikit awan. Mentari merangkak malu-malu menyapa alam semesta.

Dari jendela dapur netra Nabila tidak bisa lepas dari sesosok pria yang tengah berolah raga di pinggir kolam renang di taman belakang rumah.

Pria yang tengah fokus memainkan barbel di sana mengenakan kaus abu-abu tanpa lengan yang mengekspose ketiak serta dada bidang yang kini basah karena keringat. Terlihat begitu menarik bagi Nabila. Otot bisep dan otot dada yang menonjol itu begitu memanjakan matanya.

"Akh! Shhh ...!" Nabila mengempaskan lengannya ke udara. Tanpa sengaja wanita manis itu mengiris jarinya sendiri ketika sedang menyiapkan sarapan.

Dengan segera ia membuka keran lalu membersihkan darah yang keluar dari jari telunjuk kanannya itu dengan air yang mengalir. Ia meringis karena merasa perih.

"Kenapa? Luka?"

Nabila terlonjak kaget sebab tiba-tiba saja Zack sudah berada di sampingnya. "Ah, i–ya. Nggak sengaja kena pisau," sahutnya gugup seraya menunjukkan jarinya yang terluka kepada pria yang menjadi penyebab dirinya tidak fokus beberapa waktu belakangan ini.

Zack mendekat, lantas meraih tangan Nabila.

Sekali lagi pria itu membuat Nabila tertegun karena memasukkan jari yang terluka itu ke dalam mulutnya.

Deg!

Nabila sontak menundukkan pandangan dan menggigit bibirnya sendiri karena hangat kuluman di mulut Zack membuat sensasi yang sangat aneh pada perasaannya. Darahnya terasa berdesir seketika. Denyar-denyar halus membuat perutnya terasa tergelitik.

Kemudian Zack membuka salah satu laci di meja dapur, ternyata di sana terdapat sebuah kotak P3K. Ia mengambil sehelai plaster kemudian memasangkan benda itu ke jari telunjuk Nabila yang terluka. "Lain kali hati-hati, Nabila."

Bibir Nabila sedikit berkedut. Ia tersenyum tipis. "Maaf," sahutnya.

"Hehehee ... kenapa minta maaf?" tanya Zack heran.

Nabila menjadi salah tingkah. "Mmm ... maksudku oke, lain kali aku akan lebih hati-hati," ujarnya meralat ucapan sebelumnya.

Zack tersenyum manis ke arah Nabila. "Hallo, Boy ... how are you today?" Tiba-tiba Zack memegang perut Nabila dan menunduk di hadapannya. "Wah, dia menendang!" seru Zack sambil mengangkat kepalanya melihat ke arah Nabila yang seketika saja terdiam. Wajah pria itu tampak sangat semringah.

"Iya ...," lirih Nabila menanggapi. Bulu-bulu halus di wajahnya terasa meremang.

Cup!

Untuk ke sekian kali Zack membuat Nabila terkaget-kaget dengan sikapnya. Lelaki itu tiba-tiba saja mengecup perut wanita muda itu. Astaga ... Zack tidak sadar apa yang telah ia lakukan itu sangat berpengaruh pada kondisi jantung wanita berwajah manis di hadapannya.

Nabila perlahan mundur beberapa langkah, kemudian pura-pura kembali berkutat dengan masakannya. Wajahnya terasa sangat panas dengan perlakuan Zack yang benar-benar di luar dugaan. Jantungnya berdebar sangat kencang saat ini.

Next

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status