Silakan Atur Sendiri Uangmu, Mas!

Silakan Atur Sendiri Uangmu, Mas!

By:  Fahira Khanza  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings
64Chapters
80.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Memiliki seorang suami dengan gaji tujuh juta per bulan tidak membuat Nika hidup berkucukupan sebagai seorang istri. Ia harus memutar otak untuk mencukupkan uang satu juta rupiah pemberian dari sang suami. Hingga suatu ketika, batas kesabaran Nika benar-benar telah habis. Hingga membuatnya mau tak mau memberikan pelajaran bagi sang suami. Mungkinkah tabiat suami yang begitu pelit akan berubah, atau malah sebaliknya? Ikuti terus kisahnya!

View More
Silakan Atur Sendiri Uangmu, Mas! Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Nina Fauziah
bagis sekali lamitian
2023-09-18 13:58:51
0
user avatar
MaMa INa
ceritanya bagus.. alurnya oke. penulisannya juga rapi.
2023-01-02 19:05:04
1
user avatar
Bias
kayak kisah disekitar q laki nya pelit gak ketulungan bahkan untuk makan anak istrinya Eman klo sama temen e royal banget Alhamdulillah suamiku gak gitu
2022-11-16 20:14:34
1
user avatar
Wulan Aini
ceritanya suka bgt
2022-11-07 08:58:30
1
user avatar
Slamet Riyadi
nah kapan lanjutannya
2022-10-31 14:27:00
1
64 Chapters
Bab 1
Silakan Atur Sendiri Uangmu, Mas! Part 1"Mas, stok beras habis. Aku mau beli sepuluh kilo tapi uangnya hanya sisa lima puluh ribu. Mas ada uang?" Mas Rudi yang sedang menatap fokus ke arah layar ponselnya seketika langsung melirik tak suka padaku. Aku memainkan ke sepuluh jemariku begitu Mas Rudi langsung bangkit dari sofa tempatnya berbaring dan lalu tiba-tiba ....Prank!Benda pipih yang baru ia beli satu bulan yang lalu dengan harga empat juta rupiah ia banting di lantai keramik hingga terpental di lantai beberapa kali lalu berhenti tepat di depan kakiku. Mas Rudi bangkit dari sofa lalu berdiri memasang wajah tak suka tepat di depanku. Lelaki yang telah membersamaiku selama satu tahun itu mengacak rambutnya dengan kasar. Namaku Nika Rahma Wati. Anak pertama dari dua bersaudara, anak dari pasangan Gunawan dan Sumiasih. Selama ini aku dibesarkan di kampung. Hidup sederhana dengan keluarga tapi sangatlah merasa bahagia. Rudi Dermawan Wiratomo, itu lah nama suamiku. Usianya tiga
Read more
Bab 2
Silakan Atur Sendiri Uangmu, Mas! Part 2"Jika kau merasa aku boros, hidup foya-foya dengan uang sejutamu itu, silakan atur sendiri uangmu, Mas!"Aku langsung berlalu pergi meninggalkan Mas Rudi yang berdiri di ruang tamu. "Selalu seperti itu! Saat suami ngasih masukan, main nyelonong pergi begitu saja!" Masih terdengar dengan jelas suara Mas Rudi hingga aku sudah meninggalkan ruang tamu. Saat aku melangkah menuju dapur, aku berpapasan dengan ibu mertua yang baru saja keluar dari kamar. Ibu menatapku dengan kening yang berkerut, sedangkan aku hanya melirik sekilas dan melanjutkan langkah. "Kenapa suamimu malam-malam teriak-teriak?" Ucapan Ibu seketika membuat langkahku terhenti. Aku memutar, menatap Ibu yang memasang wajah bingung. "Bukankah itu sudah menjadi kebiasaan Mas Rudi, Bu? Kenapa Ibu seperti terheran?" jawabku santai. Terlihat perempuan paruh baya berdaster bunga-bunga dengan lengan panjang itu memainkan bibirnya. Pertanda tak suka. "Sebagai istri yang baik itu, mbok
Read more
Bab 3
Silakan Atur Sendiri Uangmu, Mas! Part 3Alarm ponselku berbunyi, tanpa membuka mata tanganku meraba-raba guna meraih ponsel tersebut. Saat kulihat layar ponsel, ternyata jam menunjukkan pukul setengah lima pagi. Seketika aku teringat oleh pesan Ibu, jika Mas Rudi akan berangkat kerja lebih pagi. Aku menghembuskan napas berat, setelahnya kuusapkan kedua tanganku pada wajahku lalu kusibak selimut yang bertengger di atas tubuhku. Aku tersenyum begitu melihat sisi sampingku tak kutemukan keberadaan Mas Rudi. Itu artinya lelaki itu tak bisa masuk ke dalam kamar. Padahal jelas-jelas kamar ini dilengkapi dua kunci, dan satu kuncinya selalu aku gantung di atas televisi. Aku beringsut dari ranjang lalu berjalan keluar kamar. Kali ini langkahku tertuju ke kamar mandi, tentu untuk membasuh wajahku dan juga mengambil air wudhu. Saat aku melewati ruang keluarga, kulihat Mas Rudi masih berbaring di atas kasur lantai yang ada di depan televisi. Dengkuran halus keluar dari mulutnya. Setelah k
Read more
Bab 4
Silakan Atur Sendiri Uangmu, Mas!Part 4"Masak apa kamu, Nik?" tanya Ibu mertua. Aku tak menolehkan kepala, pendanganku masih tertuju pada sayur yang sedang kumasak di atas kompor. "Masak sayur sop, Bu," sahutku tanpa menoleh. Derap langkah mendekat. "Masak sayur sop, sambal teri sama goreng ikan enak kayaknya, Nik." Kali ini suara Ibu terdengar dari sampingku. Aku melirik sekilas lalu kembali fokus mengaduk sayur sop yang sebentar lagi siap diangkat. "Iya, Bu. Enak banget pastinya. Tapi sayangnya bahannya nggak ada sama sekali. Habis!" ucapku penuh penekanan pada akhir kalimat. "Habis gimana maksud kamu, Nik? Jadi untuk makan siang hanya nasi sama sayur sop aja?" Aku menganggukkan kepala. Membenarkan setiap kata yang diucapkan oleh ibu mertua. "Mana bisa ketelen, Nikaa ...." Ibu menyebut namaku dengan nada panjang dan penuh kegeraman."Kamu tau sendiri kan kalau ibu nggak bisa makan kalau nggak pedes? Kamu ini gimana sih?!" sungut Ibu. Dari nada suaranya, terdengar sekali seda
Read more
Bab 5
Silakan Atur Sendiri Uangmu, Mas!Part 5"Nika! Nika! Dimana kamu?" Karena terlalu kerasnya teriakan ibu mertua, hingga aku yang sedang di toilet kamar mandi bisa mendengar suaranya. Bergegas kuselesaikan ritualku di toilet lalu berjalan keluar. "Ada apa sih, Bu? Masih pagi ini," ucapku menemui Ibu mertua yang saat ini sedang berdiri di teras rumah, mungkin tadi ibu mencariku ke luar. Ibu menolehkan kepalanya ke belakang, menghadapku. "Kok belum ada masakan? Kamu nggak masak?" tanya Ibu dengan nada yang sedikit menurun. Aku menggelengkan kepala."Kok nggak masak? Terus suamimu mau berangkat kerja dalam kondisi perut lapar? Istri yang baik itu ....""Istri yang baik, istri yang baik, istri yang baik! Begitu aja terus yang ibu katakan. Kapan ibu bilang ke Mas Rudi suami yang baik itu seperti apa?" Aku memotong ucapan Ibu. Ibu memelototkan kedua bola matanya, ngeri sekali melihatnya. Seolah-olah bola mata itu ingin lepas dari tempatnya. "Bu, kalau Nika masih pegang uang belanja, y
Read more
Bab 6
"Nggak, Mas. Makasih. Mas atur sendiri saja nanti, aku tinggal masak." Aku menunjukkan senyum termanisku. Mendengar jawabanku tentu membuat kening Mas Rudi berkerut. "Serius nggak mau?" Binar kebahagiaan terpancar dengan jelas pada wajah itu. Ah, emang benar-benar langka suamiku yang satu ini. Kupikir ia akan membujukku agar menerima uang pemberiannya, akan tetapi di luar prediksiku. Aku menganggukkan kepala dengan yakin, tak lupa pula kutunjukkan senyum termanisku walau sebenarnya gemas sekali pada lelaki itu. Ingin kuuyel-uyel, kubejek-bejek kepalanya hingga menjadi bentuk persegi panjang. "Oh, oke." Mas Rudi memasukkan kembali uang seratus lima puluh ribu itu ke dalam dompetnya. Terlihat gurat kelegaan terpancar dari wajah itu. Lihat saja, Mas, setelah ini kamu akan pusing sendiri mikirin kebutuhan dapur dan sumur. ****Siang ini aku merebahkan tubuhku di depan televisi sembari menyalakan kipas angin. Kali ini aku bisa bertingkah sesuka hatiku. Bagaimana tidak, ibu mertua y
Read more
Bab 7
"Begini, Nik. Apa benar kalau kamu ...."Ucapan Mbak Reni terhenti, mungkin ia ragu untuk melanjutkan pertanyaannya. Akan tetapi aku memiliki firasat jika ibu telah mengadu banyak hal padanya. Termasuk soal uang belanja yang diberikan oleh Mas Rudi setiap bulannya. "Apa benar kalau Nika selama ini boros?" sahutku melanjutkan pertanyaan yang sepertinya ingin dilontarkan oleh Mbak Reni. Hening. Beberapa detik terjadi keheningan di antara kami, tak ada jawaban dari seberang sana, hingga akhirnya suara Mbak Reni kembali terdengar menelusup gendang telinga. "Hm, iya. Maaf, bukan maksud Mbak mencampuri urusan kamu, hanya saja Mbak merasa ragu saja dengan apa yang ibu katakan." Tuh, kan!Benar apa yang aku firasatkan. Pasti ibu mengadu yang bukan-bukan. "Kalau boleh tau, Mbak Reni setiap bulannya dikasih uang belanja berapa, Mbak, sama suami Mbak Reni?" tanyaku balik sebelum aku menjawab apa yang ditanyakan oleh Mbak Reni. "Mbak?""Iya." Singkat aku menjawab ucapan Mbak Reni. "Lima j
Read more
Bab 8
"Nik, ini tadi udah gajian. Ini jatah buat kamu seperti biasanya." Mas Rudi menyerahkan sebuah amplop coklat berbentuk persegi panjang ke arahku. Aku yang sedang berbaring dengan punggung bersandar di kepala ranjang membenarkan posisi. Aku duduk dengan kedua kaki bersila dan menghadap ke arah Mas Rudi. "Kan aku sudah bilang, biar kamu atur sendiri uangnya, Mas. Ucapanku kemarin bukan hanya untuk uang seratus lima puluh ribu itu saja, tapi untuk bulan-bulan berikutnya," ucapku tanpa sedikitpun rasa ragu. Bahkan sengaja kubuat setenang mungkin. "Tapi Mas malu, Nik, kalau tiap hari harus belanja ke warung itu. Apalagi selalu barengan sama ibu-ibu lainnya. Saat Mas sedang belanja, mereka saling bisik-bisik tau nggak sih. Mas ngerasa risih, Mas rasa mereka seperti membicarakan Mas loh," ucap Mas Rudi. Aku tersenyum samar. Ya jelas ditertawakan lah, Mas. Urusan dapur itu pekerjaan seorang istri, lah ini malah suaminya yang mengambil alih. "Memangnya kamu ada yang nanyain kenapa jadi
Read more
Bab 9
Hari yang kutunggu-tunggu telah tiba. Yaitu tanggal empat. Tanggal di mana aku setiap bulannya menerima gaji dari hasilku menulis. Bulan-bulan sebelumnya, setiap bulan aku hanya mendapatkan lima ratus ribu, berbeda dengan bulan ini. Kali ini aku mendapatkan lebih banyak trasnferan yaitu satu juta dua ratus. Bukan hanya nominal yang semakin banyak yang membuatku girang, tetapi uang sebanyak ini bisa kugunakan untuk memenuhi kebutuhanku sendiri. Ya, tekadku sudah bulat. Aku tak mau menggunakan uang ini untuk menutupi kebutuhan rumah tangga, tapi kugunakan untuk diriku sendiri. Rasanya aku sudah rindu sekali makan sate ayam, minum jus alpukat dingin dan juga membeli aneka cemilan di aprilmart. Kali ini aku akan membeli makanan apapun yang sejak dulu hanya bisa kubayangkan. Kupikir setelah semua keuangan diambil alih oleh Mas Rudi, maka aku bisa makan enak setiap harinya. Ternyata nggak jauh beda. Hanya saja, beban berat yang sempat menindih pundakku kini lenyap tak bersisa. Aku men
Read more
Bab 10
"Kamu ini loh, Nik, kok bisa-bisanya bikin malu! Minta traktir sama tetangga. Kayak-kayak kamu tuh nggak pernah dikasih makan enak aja sama suamimu! Malu-maluin!"Kedua bola mataku membulat sempurna begitu mendengar ucapan ibu. Bisa-bisanya ia mengucapkan kalimat seperti itu. "Lah, emang Ibu pernah lihat Nika makan enak? Jangankan untuk makan enak, Bu. Bisa makan sehari tiga kali sampai perut kenyang aja jarang-jarang," celetukku yang seketika membuat langkah ibu yang ada di depanku terhenti. Perempuan paruh baya itu memutar tubuh hingga akhirnya kami saling berhadapan. "Kamu ini kalau dibilangin jawab aja mulu, Nik!" sungut Ibu. Tanpa menjawab ucapannya, bergegas aku melanjutkan langkah yang sempat terhenti menuju ke arah dapur. Kubuang semua bekas-bekas makanan tadi, tak lupa aku membawa sekantong cemilan itu menuju ke kamar. "Nika, tunggu!" Suara Ibu kembali membuat tanganku yang akan membuka pintu terhenti. Aku menolehkan kepala lalu berkata,"Ada apa, Bu?" Kulihat ibu melang
Read more
DMCA.com Protection Status