Suami Dingin Pilihan Ayah

Suami Dingin Pilihan Ayah

By:  Desti Angraeni  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
153Chapters
42.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Nadia, yang sudah kaya sejak lahir, tidak menyangka bahwa tiba-tiba harus merasakan hidup pas-pasan setelah Abraham, ayahnya, meninggal. Semua aset yang seharusnya diturunkan pada Nadia si anak tunggal, mendadak lenyap. Anehnya, sebelum meninggal, Abraham berpesan supaya Nadia menikahi pemilik perusahaan kondang di kota mereka. Katanya, pemuda itu memiliki hutang budi pada Abraham. Sayangnya, semuanya tidak semudah yang dibayangkan! Pria yang katanya calon suaminya sangat dingin, bahkan menolaknya terang-terangan. Bagaimana kisah Nadia selanjutnya? Apakah dia harus bertahan selamanya dengan Suami Dingin Pilihan Sang Ayah?

View More
Suami Dingin Pilihan Ayah Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
miftahul janah
jangan panjang panjang bab nya kk
2023-01-10 21:20:11
0
user avatar
Desti Angraeni
Terimakasih buat kakak" cantik dan ganteng yang sudah baca, kasih vote, masukin cerita aku ke koleksi dan buat yang mengikuti aku. Pokoknya terimakasih buat kalian semua. ♡>^_^<♡
2022-11-23 08:01:38
0
153 Chapters
Mencari Tahu
Tepatnya hari senin, Nadia melangkahkan kakinya keluar rumah sederhana sang nenek. Rumah ini didapat wanita tua itu dari peninggalan trakhir putranya. "Nek, apa Nadia harus pergi?" ragu dalam hati gadis ini sangat berkecamuk. "Pergi saja nak, demi masa depanmu." Asupan semangat dari wanita berusia enam puluh tahun bernama Saraswati. "Tapi masa Nadia harus menikah sama om-om!" Wajah gadis ini melukiskan kengerian. "Papa kamu tidak bilang harus menikahi rekannya, tapi putranya. Awas kamu salah!" peringatan tegas Saraswati. "Ish, nenek. Jadi andai Nadia salah atau benar memilih calon suami, nenek tetap menyuruh Nadia menikah?" rengeknya. "Tentu saja ..., Nadia mendengar sendiri pesan trakhir papanya Nadia yang tidak lain putranya nenek." Kerutan di wajah wanita ini sudah tidak terhitung jumlahnya, tapi rasa sendu tetap terlihat sangat mulus kerana disebabkan akan kehilangan sang cucu. "Tapi kan ...." Nadia masih tampak sangat keberatan. Telapak tangan Saraswati membel
Read more
Pria Bernama Wira
"Maaf mengganggu, seorang gadis membawa sebuah foto, dia mencari bapak." Satpam menunjukan selembar foto yang dibawanya pada Wira kala sang bos sedang senggang."Seorang gadis?" Dahi Wira berkerut, kemudian menatap dua gambar pria dalam foto tanpa menyentuh. "Dari mana gadis itu mendapatkan foto saya? Itu adalah foto lima tahun lalu ketika saya di luar negeri bersama Abraham.""Gadis itu mengatakan jika pria di samping bapak adalah ayahnya."Segera, ingatan Wira melayang pada pristiwa lima tahun lalu kala Abimana mengalami kecelakaan saat itu putranya kehilangan banyak darah, Abraham yang menjadi pendonor kala suplai darah di rumah sakit habis yang bertepatan dengan tidak mampunya Wira dan Mila mendonorkan darahnya karena tekanan darah keduanya tidak sesuai dengan persayaratan.Abraham mendonorkan darahnya dengan senang hati untuk menolong Abimana yang kala itu masih berusia dua puluh satu tahun hingga pemuda itu selamat.Alasan pria ini melakukannya karena Wira bukan rekan bisnis bia
Read more
Pertemuan Nadia dan Abimana
Malam ini, Nadia kesulitan memejamkan matanya karena ingatan pertemuannya dengan Wira nanti yang mungkin akan membuka pintu dunia yang buruk. Gadis ini merinding hingga mengubur tubuhnya dengan selimut. "Siapa yang akan saya nikahi, Pak Wira atau anaknya? Tadi pria itu tidak membicarakan anaknya sama sekali, jangan-jangan Pak Wira yang akan mengambil alih menikahi Nadia!" Kecemasan melambung tinggi hingga menembus langit malam.Nadia memutuskan menemui neneknya di kamar yang bersebelahan dengan miliknya. "Nek, sudah tidur?" bisiknya.Saraswati segera membalik tubuhnya yang sebelumnya memunggungi pintu. "Belum, ada apa menemui nenek?"Nadia bergegas duduk di atas tempat tidur empuk milik sang nenek yang juga didapatkan dari aset trakhir Abraham. "Nek, kira-kira Nadia jadi menikah atau tidak ya?""Jadi itu yang cucu nenek risaukan," kekeh wanita yang masih tampak bugar dibandingkan usianya, tapi keadaan fisik tidak menjamin umur panjang karena kematian bisa datang kapan saja, itulah yan
Read more
Keputusan Abimana
Wira menyahut kalimat Saraswati karena Abimana tidak kunjung memerdengarkan suaranya, "Abimana grogi melihat gadis secantik Nadia." Tawa kecilnya di akhir.Saraswati terkekeh kecil, "Tidak apa, ini pertemuan pertama mereka."Abimana tersenyum kecil ke arah Sarawati, kemudian melirik ke arah Nadia yang sedang menunduk. Kenapa dia tidak mau menatap saya? Apa saya bukan kriterianya? Hati Abimana bertanya-tanya.Wira melanjutkan obrolan dengan Saraswati, "Saya dengar hanya ini aset yang tersisa milik Abraham. Maaf saya lancang, tapi mengapa Abraham bisa bangkrut sampai ke akar-akarnya?"Saraswati menghembus napas lirih, "Saat Naila menghilang, Abraham merogoh banyak uang untuk mencari istrinya, setelahnya Abraham sakit keras hingga mengharusnya menjalankan perawatan panjang, saat itu perusahaan hanya dipercayakan pada seorang tangan kanan, tetapi semakin lama, perusahanan semakin ambruk hingga membuat putra saya harus mengambil langkah besar dengan meminjam uang ke bank untuk menutupi ker
Read more
Wanita Idaman Abimana
"Siapa wanita yang kamu maksud?" tanya Wira penuh selidik, sama halnya dengan tatapan Mila."Wanita itu bernama Tania, dia sekretaris Abi," tutur Abimana tanpa ragu."Apa!" Wira dan Mila terkesiap, pria ini memerotes, "jadi selama ini kamu memiliki hubungan khusus dengan Tania? Tapi mengapa kamu tidak pernah mengatakannya pada papa?""Selama ini kita menjalani hubungan diam-diam karena propesional kerja, rasanya akan kurang pantas jika hubungan kami di dengar semua karyawan apalagi kami dekat setiap saat, bagaimana penilaian mereka nanti," jelas santai Abimana yang akhirnya membongkar hubungannya dengan Tania."Sejak kapan?" tanya Mila, "mama merasa tersinggung karena selama ini kamu selalu terbuka," ungkapnya."Abi minta maaf ma, pa, bukan maksud Abi menyimpan hal penting ini, tapi Abi melakukannya demi mama dan papa juga," jelas Abimana dengan sejujurnya.Wira mengulang pertanyaan Mila, "Sejak kapan kalian memiliki hubungan?""Kurang lebih sudah satu tahun, kalau tidak salah tanggal
Read more
Kabar yang Dibawa Wira
Wira menepati janjinya, pria ini mendatangi kediaman Saraswati dan Nadia, wanita tua ini menyahut hangat nan ramah. "Silakan duduk, maaf hanya ini jamuan yang bisa saya berikan.""Tidak apa, jangan repot-repot, saya tidak akan lama," kekeh Wira, "di mana Nadia?""Baru saja keluar, bermain bersama teman-temannya.""Iya sudah, biarkan saja Nadia bermain. Gadis seusia Nadia memang masih aktif bermain," kekeh Wira, "jadi kedatangan saya kesini karena ingin menepati janji saya kemarin, saya akan membiayai sekolah Nadia sampai lulus termasuk membiayai hidup Nadia dan neneknya," kekeh Wira lagi. Pembahasan ini serius, tapi dibuat santai olehnya."Syukurlah ..., pasti Nadia sangat senang bisa kembali kuliah." Bahagia Saraswati, "Nak Abi tidak ikut?"Wira berdeham kecil bersama penyesalan. "Abi tidak bisa datang." Wira menjeda sesaat, "sebenarnya saya juga ingin membahas tentang pernikahan Abi dan Nadia."Saraswati semakin dibuat bahagia mendengarnya. "Jadi kapan pernikahan itu terjadi, apakah
Read more
Kehidupan Baru Nadia
Hari telah berganti, ini adalah hari pertamanya kembali ke kampus. Nadia segera mendapatkan sambutan dari sahabatnya Amira dan Devan. "Wellcome back!" riang Amira."Kalian tunggu saya?" goda Nadia."Iyalah, terus tunggu siapa lagi." Pelukan Amira segera melingkar di tubuh Nadia, sedangkan Devan hanya mengucapkan kalimat sambutan senada dengan Amira atas kembalinya sang sahabat. Kini, Amira sudah melepaskan pelukannya, gadis ini segera mengungkapkan hari-harinya tanpa Nadia, "Selama satu bulan ini kita sangat kehilangan kamu, kampus terasa aneh tanpa kamu.""Masa sih, seharusnya hilangnya saya tidak akan mengubah apapun.""Tentu saja mengubah keadaan. Ish, jangan menghilang lagi ya ...," mohon Amira yang belum mengetahui penyebab dari menghilangnya Nadia."Iya, saya janji." Nadia berani mengatakannya karena kini biaya kuliahnya sudah dilunasi hingga lulus dan andai terdapat biaya lain maka dirinya tinggal membuat laporan pada Wira."Sip, akhirnya ... Nadia kembali," riang Amira mengala
Read more
Tania
Abimana mengantar Nadia dengan selamat. "Saya tidak bisa mampir.""Tidak apa, lagipula nenek sedang tidak di rumah, tidak enak sama tetangga kalau kamu mampir," jelas Nadia sesuai adanya."Iya sudah, saya pamit.""Iya, hati-hati." Datar Nadia selaras dengan sikap Abimana.Abimana segera mengunjungi Tania di tempat yang telah dijanjikan. "Maaf, saya terlambat.""Tidak apa, cuma sepuluh menit, tapi mengapa terlambat biasanya kamu selalu tepat waktu?" kekeh kecil Tania."Saya melihat seseorang yang membutuhkan bantuan, kasihan." Abimana tidak akan pernah menyebutkan nama Nadia di hadapan Tania."Kamu memang mulia, tidak bisa membiarkan seseorang kesulitan." Tania semakin menumbuhkan rasa kagum pada Abimana.Abimana hanya terkekeh kecil untuk menyahut pujian kekasihnya, "Kita akan segera meresmikan hubungan, apa kamu siap?""Hah, secepat ini. Kenapa dadakan, apa orangtua kamu yang memerintah?" kaget sekaligus heran Tania."Tidak, ini murni karena niat saya. Apa kamu belum siap?" Abimana m
Read more
Perselingkuhan Tania
Cukup singkat waktu yang Abimana gunakan untuk mengantar Nadia. Saraswati segera menyambut kedatangan cucunya seiring menyapa si pria, "Terimakasih sudah mengantarkan Nadia.""Sama-sama, tapi besok sepertinya Abi tidak bisa, paling sopir yang akan menjemput," ucap pria ini bersama sopan santun.Saraswati segera mencegah, "Tidak perlu, kalian sudah terlalu baik, tidak apa, Nadia bisa mengunakan fasilitas umum.""Tidak apa, saya dan papa hanya ingin memastikan jika Nadia pulang dengan selamat."Saraswati masih bersikerasa menolak, "Sungguh, tidak perlu."Abimana tersenyum kecil. "Baiklah kalau seperti itu. Kalau begitu, saya harus segera pergi masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan," pamitnya dengan santun."Silakan, hati-hati di jalan dan terimakasih atas kebaikan Nak Abi." Saraswati memasang senyuman tulus."Sama-sama." Abimana mulai mengendarai mobilnya seiring memerhatikan Saraswati dan Nadia yang masih berdiri memandangi kepergiannya. "Sebenarnya saya iba melihat nenek d
Read more
Kafka Si Dosen Ganteng
Nadia sedikit terperanjat karena kehadiran Amira yang tanpa terduga, dielusnya dada. "Itu loh, pacarnya dosen ganteng. "Hah, wanita itu mau sogok kamu, itu maksudnya?" Rasa penasaran Amira di mode maksimal. "Iya. Begitu ya orang selingkuh karena takut ketahuan jadinya ngogok!" kesal Nadia. Amira memegangi dagunya seiring mencetuskan kesimpulan hasil dari pengolahan pemikirannya, "Kalau wanita itu sogok kamu karena takut ketahuan, itu artinya kalian saling kenal dong!" Segera, tangannya menangkup mulut yang menganga. "Tidak, saya sama wanita itu tidak saling kenal sama sekali, tapi saya kenal sama pacar aslinya," jelas Nadia seadanya. Amira semakin mengangkup mulutnya, kali ini menggunakan kedua telapak tangan. "Oh my god, Nadia ... kenapa tidak kamu adukan wanita itu, kan kasihan pacarnya." "Tidak ah, bukan urusan saya." Datar Nadia. "Ish. gadis ini ... masa membiarkan dosa mengalir. Wkwk." Amira sudah lebih relax dibandingkan menit-menit ke belakang. "Itu kan bukan dosa saya,
Read more
DMCA.com Protection Status