Share

Bab.4 Berpelukkan Dengan Wanita Lain

Pagi hari seperti biasa aku menyiapkan sarapan untuk Mas Razan yang akan segera berangkat bekerja. Meski ada beberapa asisten rumah tangga, aku tidak mengizinkan mereka memasak untuk suamiku. Karena Mas Razan pernah bilang, dia hanya ingin makan masakanku saja.

Aku tersenyum saat melihat Mas Razan baru saja turun dari tangga, tapi dia tak membalas senyum juga sapaanku.

Di berjalan keluar membuatku segera mengikutinya.

"Mas, aku sudah siapkan sarapan, kamu gak mau sarapan dulu?" tanyaku lembut padanya yang baru menaruh tas kerjanya di mobil.

"Enggak, aku mau sarapan di RS aja!" jawabnya ketus sekali.

"Ya sudah, kalau gitu aku buatkan kamu bekal buat sarapan," aku hendak membalikkan badan tapi Mas Razan mencegahku.

"Gak usah!" ucapnya lalu melirik ke arah Farel yang berada dalam gendongan Kak Nita.

Dia berjalan melewatiku ke arah bayi itu. Lalu mencium pipi gembul menggemaskan milik keponakanku.

"Om berangkat kerja dulu ya sayang," ucapnya pada Farel yang tersenyum seolah mengerti.

Deg!

Sakit rasanya mendapat perlakuan dingin dari suamiku sendiri. Karena hal sepele yang aku perbuat padanya semalam, Mas Razan sampai ngambek tak mau bertegur sapa denganku. Secepat itukah kamu berubah Mas?

Padahal sebelum ada Kak Nita sikapnya begitu manis padaku. Penuh dengan perhatian, dia juga tidak pernah mempermasalahkan hal spele seperti ini.

Aku hanya diam saja memperhatikan Mas Razan yang kini sudah berada dalam mobil menghidupkan mesin untuk segera melajukan kendaraan itu.

"Kalian lagi berantem?" tanya Kak Nita.

"Ah, enggak kok Kak," jawabku karena tak ingin menjadi beban pikiran juga untuknya yang kini menumpang dirumah kami.

"Jangan bohong Amira, kalau ada masalah kan bisa diselesaikan dengan baik, jangan sampai orang lain mengetahuinya." Peringatnya.

Aku mengangguk saja mengiyakan. Ada benarnya juga ucapan Kak Nita barusan, aku harus sgera menyelesaikan masalah ini agar tidak merembet kemana-mana ujung-ujungnya nanti kita malah pisah ranjang.

Sebuah ide bagus mampir di kepalaku yang kini berjalan cepat menuju dapur. Aku berniat akan mengantarkan makanan secara langsung ke tempat Mas Razan bekerja agar dia tidak berlama-lama ngambek. Dengan begitu, kita bisa kembali akrab seperti kemarin.

Setelah menyiapkan bekal makanan untuk Mas Razan aku bergegas mengendarai mobilku untuk mengantarkannya kesana agar suamiku tak sempat makan di luar.

Tidak memakan waktu lama, aku sudah tiba di Rumah Sakit "BAKTI" Dan segera memasuki ruangan suamiku dengan tujuan ingin memberi kejutan untuknya.

Deg!

Jantungku serasa berhenti berdetak saat kulihat pemandangan buruk dihadapanku. Aku melihat Mas Razan tengah dipeluk seorang wanita yang berpakaian sama dengannya.

Dia terkejut saat melihatku datang dengan menggengam sekantung bekal untuknya. Aku tak bisa menahan amarah kali ini, aku langsung pergi tanpa sepatah katapun.

Air mata berlinanngan membasahai pipiku dengan sejuta rasa sakit juga pikiran negatif berkecamuk mengisi otakku.

"Amira! Tunggu!" panggilnya yang tidak aku gubris.

Perasaanku hancur bersamaan dengan bekal makanan yang aku buang saat itu juga di hadapannya. Aku muak! Aku tidak ingin mendengar apapun, cemburu buta sudah menguasai hatiku saat ini.

Segera aku menaiki mobil menghidupkan mesinnya. Aku melirik sekilas Mas Razan yang memungut bekal makanan yang sudah tumpah karena aku banting.

"Jadi dia penyebab kamu berubah padaku Mas? Dia yang kamu bilang mirip Song Hye Ko nyatanya cuma mirip dengan gagang teko!" ujarku kesal sekali sambil mengahapus air mata.

Drt..drt..

Suara panggilan telpon dari Handphoneku terdengar beberapa kali namun aku abaikan saja.

Aku masih kesal pada Mas Razan, siapa yang tidak kesal melihat suami sendiri berpelukkan dengan wanita lain di depan mata.

Ckieet!

Kuparkirkan mobil di garasi rumah ketika aku sudah sampai. Aku segera memasuki kamar untuk menangis sejadinya

Brak!

Aku tutup dengan keras pintu kamarku sambil manangis.

"Tega, kamu Mas! Ternyata kamu berselingkuh dengan teman kerjamu itu..hiks..hiks.." ucapku sambil menangis.

Tok! tok! tok!

"Amira, ada apa? Kenapa kamu menutup pintu keras-keras?" suara Kak Nita beserta tangisan Farel terdengar dari luar.

Aku menghapus air mata karena merasa bersalah mungkin saja Farel terbangun akibat suara pintu yang aku tutup dengan keras.

"Aku gak apa-apa Kak, Farel kenapa? Kok dia nangis? Apa gara-gara aku tutup pintu terlalu keras?" tanyaku yang sudah membuka pintu.

"Enggak kok Amira, bukan karena itu, aku juga gak tau dari tadi dia nangis terus, apa kita periksa aja Farel ke Rumah Sakit?" tanya Kak Nita.

"Sebaiknya kita lihat dulu apa penyebab dia menangis Kak, jangan langsung bawa dia ke Rumah Sakit." Jawabku.

"Tapi giaman caranya supaya kita tahu penyebab dia menangis?" tanya Kak Nita.

"Amira!" panggil Mas Razan yang baru datang dengan nafas ngos-ngosan.

Melihatnya datang dengan kondisi seperti itu membuatku merasa kasihan. Mungkin saja Mas Razan meninggalkan pekerjaannya untuk menemuiku disini. Sepertinya dia berlari menuju lantai atas.

"Mas, Farel nangis terus dari tadi, kamu bisa periksa dia gak sekarang?" Kak Nita berjalan menghampiri suamiku dengan mengayun-ayun Farel yang tidak berhenti menangis.

Mas Razan melirikku sekilas lalu dia berjalan menuruni tangga bersamaan Kak Nita. Sepertinya mereka berjalan menuju kamar Kak Nita, sebegitu dekatkah mereka sampai tak menghargaiku tanpa meminta izin juga padaku untuk berduaan di kamar?

Meskipun hanya sekedar memeriksa, setidaknya mereka meminta izin dulu padaku.

Aku memang wanita pencemburu, tapi jika itu adalah hal yang wajar, aku tidak akan merasa kesal. Beberapa menit lalu baru saja ku lihat kedekatan Mas Razan bersama temannya. Dan kini, aku harus melihat lagi kedekatan dia bersama Kakak kandungku sendiri, apa yang sebenatnya dia sembunyikan dariku?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Raga Selly
ini novel yg menyebalkan. Tokohnya perempuan insecure yg menjemukan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status