Share

13. Gara-gara Lilis

13

"Ra."

Aku mendongak. "Iya, Pak?"

"Di sini gak ada gula?"

Aku menyemburkan tawa. "Ada, kok. Mau ditambahin?"

Bapak menggeleng sambil terkekeh. "Jangan terlalu tegang begitu. Kayak lagi ngomong sama tukang kredit langganan Ibu saja."

Kami terbahak bersama. Namun, senyumku langsung memudar ketika Bapak kembali bicara.

"Arga banyak berubah selepas putus dengan Aida. Sepertinya dia jadi banyak bicara sekarang."

"Memangnya dulu enggak banyak bicara, Pak?"

Aku mencoba mengingat saat Mas Arga sering mengantar Mbak Aida pulang. Aku yang tidak pernah peduli pada mereka atau memang saat berpacaran dengan Mbak Aida, Mas Arga itu tidak banyak bicara? Entahlah.

Beliau hanya tersenyum kecil. "Masuk sore, ya? Bapak jadi kangen jemput kamu waktu pulang malam lagi."

Kali ini aku benar-benar dibuat mellow. Ah, Bapak. Sepertinya baru kemarin kita berangkat kerja bersama. Aku yang selalu ketiduran saat menunggu jemputan dari Bapak. Lalu, akhirnya kita akan berhenti di pasar malam hanya agar aku tidak m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status