Manor Zhao, Tanah Bebas
Lukisan itu tergantung di dinding ruang belajar. Sebuah lukisan seorang wanita cantik tengah memetik guzheng."Duan Xiao Jiao, akhirnya kekhawatiranku terjadi. Kau mati sia-sia." Zhao Lu Yang, penguasa Tanah Bebas, menatap lukisan itu dengan muram."Ao Yu Long masih hidup dan kau telah mati bahkan tanpa sempat dimakamkan dengan layak. Sungguh malang nasibmu." Zhao Lu Yang menyentuh lukisan itu dengan hati-hati.Duan Xiao Jiao adalah putri bungsu Tetua Duan dan adik Jenderal Duan Xiao Tian, berbeda ibu. Jiao-Jiao adalah putri dari selir, tetapi karena dia satu-satunya putri Tetua Duan, dia dibesarkan di bawah nama Nyonya Di dan dianggap sebagai putri Di Manor Duan."Kau ini konyol atau bodoh. Kau bisa menjadi seorang permaisuri tetapi kau memilih berdiam diri dan memendam semuanya hingga menjadi dendam yang membawamu dalam kematian." Zhao Lu Yang mendesah pelan.Terdengar suara langkah kaki, pelan, mendekatinya dan berhenti di belakangnya. "Tuan Zhao, ada seseorang yang ingin menemui Anda." Seorang pelayan wanita melapor padanya."Siapa?" Zhao Lu Yang menyahut tanpa mengalihkan perhatiannya dari lukisan Duan Xiao Jiao."Dia seorang wanita berpakaian dan bercadar ungu." Pelayan wanita itu masih berdiri menunduk di belakangnya."Baiklah! Bawa dia kemari!" Zhao Lu Yang menyentuh dinding tempat lukisan Duan Xiao Jiao tergantung dan dinding berbalik menampilkan dinding di belakangnya yang merupakan sebuah lemari kayu besar.Pelayan wanita itu menatap lukisan sebelum menghilang di balik dinding seraya tersenyum sinis. Setelah lukisan benar-benar menghilang dan tidak nampak lagi, dia segera meninggalkan ruang belajar, kembali ke aula utama untuk menemui tamu yang dimaksudnya ."Nona, silakan!" Pelayan wanita itu mempersilakan wanita bercadar dan berpakaian serba ungu itu untuk menemui Zhao Lu Yang.Dia hanya mengangguk dan mengikuti seorang prajurit yang mengantarkannya hingga ke ruang belajar Zhao Lu Yang. Dia melirik pelayan wanita itu sekilas dan tersenyum tipis."Yu, kemarilah!" Pelayan wanita itu memanggil seorang pelayan kecil yang tengah membantu seorang prajurit memindahkan sebuah pot."Iya Nona Hu!" Gadis kecil itu berlari dan mendekati wanita itu."Bantu aku menyiapkan makanan untuk Nona Wan!" Nona Hu, pelayan wanita itu memberi isyarat padanya untuk mengikutinya.Pelayan kecil itu mengikutinya. Mereka pergi ke bangunan utama kemudian menyeberangi taman dan menuju sebuah halaman kecil. Dengan hati-hati keduanya memasuki halaman dan menemui seorang wanita yang tengah duduk di tepi kolam ikan."Ada kabar apa?" Wanita itu bertanya tanpa menoleh seperti sudah tahu siapa yang baru saja datang."Ada Tetua Oey dari Sekte Lotus Hitam." Nona Hu melapor dengan hati-hati."Yu, pergilah ke Wisma Lonceng Naga." Wanita cantik itu berkata pelan pada gadis kecil itu."Baik Nona!" Tanpa bertanya lagi, gadis kecil itu berlari menuju halaman belakang kemudian berlari membuka pintu gerbang kayu dan berjalan dengan santai di sepanjang lorong sempit di bagian belakang Manor Zhao.Di ujung jalan ada sebuah kereta kuda. Seorang kusir kereta yang sedang duduk santai segera melambaikan tangan padanya."Ayo ke Wisma Lonceng Naga di Danau Hu!" Gadis kecil itu memerintahkan pada sang kusir.Tanpa banyak bertanya kusir kereta membantu gadis kecil itu naik ke dalam kereta dan bergegas memacu kudanya. Kereta kuda berjalan santai menelusuri jalanan di Tanah Bebas menuju Danau Hu.Sementara itu di ruang kerjanya, Zhao Lu Yang berbincang-bincang dengan tamunya. Dia Ketua Oey dari Sekte Lotus Hitam. Wanita bercadar itu berdiri di depan meja kerja Zhao Lu Yang."Apa yang membuat Ketua Oey menemuiku? Ini suatu kehormatan bagiku." Zhao Lu Yang berdiri dan menyambut wanita bergaun ungu itu dengan senyum lebar."Anda berlebihan Tuan Zhao." Ketua Oey tersenyum tipis di balik cadar ungunya."Tentu tidak! Apakah ada sesuatu yang Sekte Lotus Hitam inginkan dariku?" Zhao Lu Yang tersenyum dan tidak lagi berbasa-basi."Seperti yang Anda tahu, kami mengalami kekalahan saat menyerang Wisma Nyonya Ning. Kami tidak menyangka akan bertemu dengan Pasukan Mo Yu dan bahkan menyaksikan kebangkitan Ao Yu Long." Ketua Oey menjeda ucapannya sebentar."Wisma Ning adalah tempat yang strategis di Dataran Tengah. Satu-satunya daerah yang memiliki tanah yang subur dan juga tepat berada di jalur utama lalu lintas perdagangan dari Utara dan Tanah Bebas," lanjutnya dengan tegas."Lalu apa yang Lotus Hitam inginkan dariku berkenaan dengan Wisma Nyonya Ning?" Zhao Lu Yang, yang sedari tadi mendengarkan ucapan Ketua Oey kini menatap serius."Kami tidak mungkin mendapatkan kembali Wisma Nyonya Ning karena meski Ao Yu Long dan Pasukan Mo Yu sudah tidak di sana lagi, ada Klan Tang yang bergabung dengan Nyonya Ning. Sebagai gantinya kami menginginkan Wisma Lonceng Naga." Ketua Oey tersenyum tipis dan menatap Zhao Lu Yang dengan mata indahnya yang mengintip dari celah cadarnya."Anda bercanda, Ketua Oey!" Zhao Lu Yang terkekeh dan kembali duduk di kursinya.Ditatapnya wanita di hadapannya lekat-lekat. Sekte Lotus Hitam merupakan salah satu kekuatan di Dataran Tengah yang sulit ditaklukkan. Selama beberapa dekade mereka berpindah-pindah tempat dan hampir tidak terdeteksi keberadaannya.Kini tiba-tiba saja salah satu Ketuanya menemui Zhao Lu Yang. Tidak ada hal yang dapat membawa Tetua Oey berjalan-jalan hingga ke Tanah Bebas jika bukan karena suatu kepentingan. Namun permintaannya mengenai Wisma Lonceng Naga itu diluar perkiraan Zhao Lu Yang."Tentu aku sedang tidak bercanda, Tuan Zhao. Kami menawarkan bantuan padamu. Bisa kau bayangkan jika Jenderal Duan kembali ke ibukota Kaili, dibantu Sekte Keabadian, Sekte Elang Emas dan Sekte Sembilan Pintu Kematian. Kau pasti kalah!" Suara Ketua Oey tidak lagi terdengar lembut dan ramah, tegas tanpa keraguan. Bola matanya yang sekelam malam menatap tajam Zhao Lu Yang."Kami hanya menginginkan Wisma Lonceng Naga, hanya itu. Dan kami akan membantumu menaklukkan Kaili sekaligus Dataran Tengah. Bukankah itu impianmu sedari kecil?" Ketua Oey kembali memprovokasi Zhao Lu Yang."Kenapa Anda begitu percaya diri? Lotus Hitam memang sangat kuat tetapi jika berhadapan dengan Pasukan Jenderal Duan dan tiga sekte sekaligus, sekali pun bergabung denganku, itu tidak akan menjamin sebuah kemenangan." Zhao Lu Yang menatap Ketua Oey dan tersenyum tipis."Trik dan strategi, itu yang kami tawarkan. Jangan biarkan ketiga sekte itu memiliki kesempatan untuk bergabung apalagi membantu Kaili, maka mereka semua akan berantakan dan kacau balau. Bukankah kau sudah melihat hasilnya tiga belas tahun lalu?" Ketua Oey memperdengarkan suaranya yang lembut."Anda benar!" Zhao Lu Yang menganggukkan kepalanya.Tiga belas tahun lalu, saat pemberontakan muncul di Kaili, ketiga sekte, tengah disibukkan dengan urusan internal masing-masing. Ada banyak mata-mata yang menyusup ke dalam sekte dan menimbulkan kekacauan.Kedai Arak Qiutian, Tanah BebasUdara panas sangat menyengat disertai angin kering yang membawa debu berterbangan, semakin membuat gerah suasana. Orang-orang mengeluhkan musim panas yang kering dan gersang serta diramalkan akan berlangsung lebih lama."Panasnya!" Nyonya Ling mengeluh seraya mengipasi wajahnya dengan kipas dari bambu yang memiliki ukuran indah di bilah-bilahnya."Nyonya Ling, di cuaca seperti ini meminum arak krisan yang dingin pasti lebih nikmat." Seorang wanita cantik yang duduk di depannya tersenyum dan menatapnya penuh harap."Hei Nona, kau sudah minum terlalu banyak. Jika kau mabuk, aku bisa mendapat masalah." Nyonya Ling menyahut dengan kesal.Bao Yu, wanita cantik itu adalah pelanggan setianya. Hampir setiap hari dia datang ke kedainya untuk memesan arak yang terbaik. Seperti yang dikatakan Nyonya Ling, hari ini Bao Yu telah menghabiskan beberapa kendi araknya."Baiklah! Bagaimana situasi akhir-akhir ini?" Bao Yu menuangkan arak ke cangkirnya. Ini adalah kendi y
Wisma Lonceng Naga, Tanah Bebas"Tuan Xie, sinyal Pedang Es telah muncul kembali. Apa yang harus kami lakukan?" Seorang wanita cantik berpakaian serba hitam menatap Xie Jing Cuan yang seperti biasanya tengah menghibur diri dengan memetik guzhengnya.Lagu merdu mengalun lembut ke seantero wisma. Seakan-akan tengah mengibur para tamu yang tengah kepanasan."Kang Li, informasi apa saja yang kau dapatkan setelah munculnya sinyal Pedang Es?" Xie Jing Cuan bertanya dengan santai tanpa menghentikan petikan senar guzhengnya."Tidak banyak selain orang-orang mulai gelisah. Zhao Lu Yang masih belum bereaksi apapun. Sedangkan kota-kota di Kaili mulai bergerak untuk mempersiapkan musim dingin yang akan datang. Banyak wilayah di Kaili yang gagal panen tahun ini dan dapat dipastikan musim dingin tahun ini akan menjadi musim yang berat. Selain itu Kaisar Ao Yu Long memutuskan untuk pergi ke Pegunungan Selatan." Kang Lin melaporkan penyelidikannya.Kang Li adalah Ketua Pintu Keempat. Salah satu dari
Manor Duan, Perbatasan Utara Kaili"Jenderal Duan!" Seorang pria berlari kencang menuju kediaman sang Jenderal."Ahao kenapa kau lari seperti dikejar hantu?" Seorang pelayan wanita menatapnya dengan heran.Dia tengah menyapu halaman dan menyiram bunga-bunga di halaman. Cuaca yang panas membuat semuanya kering dan berdebu."Bibi, aku harus bertemu Jenderal Duan. Ada berita penting dari Dataran Tengah." Ahao berkata dengan terbata-bata karena napasnya tersengal-sengal setelah berlarian dengan kencang."Baiklah! Aku mengerti, tetapi sebaiknya tarik napas pelan-pelan dan setelah napasmu normal pergilah melapor pada Tuan Jenderal!" Wanita paruh baya itu menyarankan."Baik Bibi!" Ahao menuruti sarannya dan menarik napas pelan-pelan."Aku ke sana Bibi." Setelah napasnya normal dan tidak tersengal-sengal, Ahao bergegas menuju ruangan utama kediaman Jenderal Duan.Jenderal Duan Xiao Tian merupakan putra pertama dari Tetua Duan dari Istri Di, istri sahnya. Meski dia tidak mewarisi kehebatan kla
Pondok Willow, Kaili"Paman Gu, aku sangat bahagia!" Nyonya Tua Feng menatap langit pagi hari yang bersih.Awan putih berarak-arak tertiup angin dan menyisakan langit biru yang cerah. Matahari pagi bersinar dan mulai terasa menyengat."Benar Nyonya, sinyal Pedang Es sudah cukup membuat kita memiliki harapan. Yang Mulia Kaisar Ao Yu Long tidak akan membiarkan rakyatnya menderita." Paman Gu, pria tua yang sudah mengabdi di Pondok Willow sedari sebelum Lady Ming lahir itu tersenyum tipis."Nyonya Tua Feng!" Seorang pelayan berlari menuju tempat mereka."Aiyo ada apakah? Kenapa kau berlarian seperti itu?" Nyonya Tua Feng menatap gadis itu dengan heran."Ada utusan dari Kota Jiang dan Kota Xia. Mereka ingin bertemu Nyonya!" Gadis pelayan itu melapor dengan rentetan kata-kata yang sangat cepat dan napasnya tersengal-sengal."Aiyo hanya ada tamu dan kau berlarian seperti telah melihat hantu." Nyonya Tua Feng terkekeh dan menepuk bahu gadis itu."Istirahatlah! Setelah itu bantu Nyonya Hu untu
Beberapa bulan kemudian di Padang Muhly, Dataran Tengah"Hya! Hya!" Lecutan cambuk dan suara teriakan bercampur ringkikan kuda terdengar di tengah padang rumput merah muda.Angin musim gugur yang dingin bertiup cukup kencang mengibarkan rerumputan merah muda yang meliuk bak ombak air yang mengalun di pantai. Menciptakan pemandangan indah jika dilihat dari kejauhan."Tian Min!" Seseorang berteriak keras memanggil sang penunggang kuda."Ada apa?" Tian Min berseru menyahut dan mengarahkan kudanya ke tempat orang itu."Ada berita mengenai mata-mata Lotus Hitam." A Gui, mengambil gulungan kertas yang terselip di leher merpati yang bertengger di lengannya."Benarkah?" Tian Min mengambil gulungan kertas itu, membukanya dan membacanya."Hemm, aku tidak tahu apa yang diinginkan Lotus Hitam. Mengapa mereka menyerang Wisma Nyonya Ning waktu itu?" Tian Min mengerutkan keningnya."Aku tidak tahu. Aku rasa karena mereka
Gurun Barat"Tempat ini sepi sekali," gumam seseorang yang baru saja tiba di sebuah desa.Angin gurun yang kering bertiup dan membawa debu pasir. Membuat jarak pandangnya terhalang."Benarkah ini sebuah desa?" gumamnya lagi seraya melompat turun dari kudanya. Hanfunya yang berwarna putih turut berkibar tertiup angin. Wajahnya tertutup caping bercadar hingga sulit untuk dikenali apakah dia wanita atau lelaki."Apakah ada orang di sini?" teriaknya, berseru memanggil siapa saja yang mendengar seruannya.Masih tak terdengar tanda-tanda adanya seseorang di tempat ini. Hanya desau angin yang terdengar. Perlahan-lahan orang itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling."Desa mati?" gumamnya lagi seraya menatap rumah-rumah beratap lumpur kering yang terlihat lengang. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, meski hanya seekor ayam saja.Namun orang itu tetap waspada meski tidak ada seseorang yang muncul di tempat itu. Dia tidak memba
"Kau gila!" Fei Yu berteriak saat tubuhnya turut terseret ke dalam air.Pria itu hanya tertawa dan keduanya tergulung ombak yang dibuat oleh Fei Yu sendiri. Setelah beberapa saat air pun menjadi tenang dan keduanya berenang menuju tepi oase."Maafkan aku! Aku tidak bermaksud menyerangmu atau mengganggumu." Pria itu tersenyum dan duduk di tepi oase."Ketua Qilin, apakah begitu caramu meminta maaf?" Fei Yu mendesah kesal saat melihat pria itu justru duduk dengan santai.Ketua Qilin tertawa tergelak melihat ekspresi Fei Yu yang menurutnya sangat lucu."Baiklah aku akan mencari kayu dan membuat api. Kau tunggulah di sini dan jangan kemana-mana!" Ketua Qilin beranjak menuju Qiu yang tertambat di salah satu bebatuan setelah mengeringkan rambutnya."Aku pinjam kudamu!" Serunya seraya melompat ke punggung kuda."Aiyo dasar pria tidak sopan! Kemana kudanya sendiri?" Fei Yu semakin merasa kesal tetapi tidak bisa berbuat apapun.
"Naiklah!" Ketua Qilin membantu Fei Yu untuk menaiki kudanya."Bagaimana denganmu?" Fei Yu menatap pria yang kini memegangi tali kekang kudanya."Aku berjalan kaki. Desa tidak begitu jauh lagi." Ketua Qilin tersenyum dan menunjuk ke suatu arah.Fei Yu memicingkan matanya, tetapi hingga cukup lama memperhatikan, tidak dapat dilihatnya tanda-tanda sebuah pemukiman. Sejauh mata memandang hanyalah pasir yang diselingi dengan pokok kaktus, palem dan kurma."Baiklah!" Fei Yu tersenyum. Perlahan ditepuknya punggung Qiu. Kuda itu meringkik kemudian mulai berjalan pelan-pelan."Fei Yu, bagaimana kabar Gurun Barat?" Ketua Qilin bertanya dengan hati-hati."Aku rasa suku Xiaong Nu mulai bergerak. Namun anehnya mereka seperti kehilangan minat untuk mendobrak pertahanan pasukan Kaili di Barat." Fei Yu menyahut dengan santai.Bagi Fei Yu selama tidak menyentuh dirinya dan menganggu kehidupannya, itu bukanlah urusannya. Suku Xiaong Nu h