Share

Bab 3 : Akhir Pertempuran di Awal Takdir

"Rasakan ini, Lembu Swana!"

Naga Besukih juga melancarkan serangan tiba-tiba dari arah berlawanan, menyebabkan tubuh Lembu Swana terhuyung ke depan.

"Bangs*t! Berani-beraninya kalian mengeroyokku!" umpat Lembu Swana seraya memberikan serangan balasan kepada mereka berdua.

Sinar berwarna warni yang berasal dari energi magis terlihat menghiasi langit kelabu malam itu, manifestasi kekuatan dari tiga sosok yang tengah bertarung sengit di atas langit itu, malah seolah seperti sebuah perayaan tahun baru yang penuh ledakan kembang api.

Serangan demi serangan saling mereka lontarkan, energi yang berbenturan membuat beberapa awan menghilang sehingga membuat beberapa lubang di langit. Hingga akhirnya salah satu serangan dahsyat dari Naga Besukih mengenai Lembu Swana dengan telak.

"Arghhhhh! Baj*ngan kalian! Hiyaaa!" teriak Lembu Swana penuh amarah karena merasa terpojok oleh dua sosok ini. Terlihat Lembu Swana sedang dalam posisi kuda-kuda ajian andalannya.

"Gawat! jangan sampai ia mengeluarkan ajian itu! Ayo serang bersama, Besukih!" raut wajah Sidhimantra berubah semakin serius dan terlihat sedikit cemas.

"Aku tau! tak perlu kau memerintahku!" sahut Naga Besukih sedikit kesal karena merasa di perintah oleh Sidhimantra.

"Terima ini! Haaaaa!" teriak Lembu Swana seraya melemparkan pusaran energi raksasa berwarna ungu kehitaman ke arah mereka berdua.

Dengan segenap kemampuan, mereka berdua mengeluarkan kekuatan terbesarnya untuk melawan ajian pamungkas milik Lembu Swana yang bernama Kala Chakra. Ajian tingkat tinggi yang mampu menggetarkan bumi dan langit, serta memiliki daya hancur yang sangat besar.

Ledakan kekuatan dahsyat yang sedang beradu itu membuat langit tiba-tiba berlubang dan tanah bergetar hebat, dari bawah terdengar puluhan manusia tengah berlarian dan berteriak penuh kepanikan, "Gempa! Gempa bumi! Selamatkan diri kalian!"

"Haaahhh haaahhh" terdengar nafas Sidhimantra yang tersengal dan terengah-engah.

"Apa dia sudah tamat?" ucap Besukih seraya memicingkan mata ke arah kepulan asap yang membumbung bekas benturan energi dahsyat beberapa saat yang lalu.

Siyuttttt bzztttt dhuarrrrr!

"Arghhhhh!" teriak Sidhimantra tiba-tiba. Ia terkena serangan yang berasal dari balik asap tebal itu dan membuat tubuhnya terpental jauh.

"Sidhi!" teriak Besukih seraya melesat terbang menghampirinya.

"Hahaha, rasakan pembalasanku! kali ini aku mengaku kalah, itu juga karena kalian telah bersekongkol untuk mengalahkanku, tapi ingat! Aku tak akan menyerah untuk membuat perhitungan denganmu dan juga pemuda pemilik Cincin Rojomolo itu! Tunggu saja pembalasanku! Hahaha!" ucap Lembu Swana yang tiba-tiba menghilang di tengah retakan ruang diiringi tawanya yang terdengar bergema di penjuru langit.

"Kurang ajar kau, Lembu Swana! Sidhi! Apa kau tak apa?" umpat Besukih geram. Ia tak serta merta mengejar Lembu Swana yang telah melarikan diri, ia malah lebih mengawatirkan keselamatan Sidhimantra yang tengah terkapar tak berdaya.

"Urghhh, aku sudah mencapai batasku, aku juga merasa umurku tak lama lagi, Besukih," ucap Sidhimantra lirih.

"Jangan kau berkata seperti itu, Sidhi! Kau harus tetap hidup!" bantah Besukih seraya mengguncangkan tubuh Sidhimantra dengan kuat.

"Haha, terima kasih kau telah mengkhawatirkanku, Besukih, aku sudah tak kuat lagi, uhukkk!" terdengar suara Sidhi semakin lirih.

Besukih menelentangkan tubuh Sidhimantra di depannya, lalu ia duduk bersila, "Aku punya cara agar bisa menunda kematianmu, Sidhi. Aku melakukan ini juga sebagai balas budiku kepadamu!"

Naga Besukih menutupi matanya seraya memegang dahi Sidhimantra yang tengah sekarat itu. Dengan hembusan nafas dari mulutnya, ia merubah tubuh Sidhimantra menjadi sebuah buku tebal seperti kitab.

"Kau tunggu sampai saat kebangkitanmu tiba, Sidhi! kitab ini akan mencari tuannya sendiri, dan saat pemilik kitab ini sudah cukup kuat, maka kau akan segera bisa di bangkitkan dari tidur panjangmu," pesan Naga Besukih seraya melempar kitab berwarna jingga itu ke udara, dan dengan ajaib kitab itu langsung terbang melesat tak tahu kemana.

"Aku harap kau bersabar menunggu sampai saat itu tiba, Sidhi."

Besukih kembali berubah ke wujud naga dan menghilang di tengah-tengah awan petir yang kelabu.

"Bersabarlah, Sidhi!"

******

PARADE 1000 JIN : KITAB SIDHIMANTRA

Komen (1)
goodnovel comment avatar
iman sahdiwan
menarik juga...lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status