Share

Bab 6 : Pasutri Penghasil Anak Spesial

Sementara itu di waktu yang sama,

Malam itu hujan turun semakin lama semakin deras disertai petir yang menyambar bersahut-sahutan. Beberapa wilayah sudah terendam banjir disertai pemutusan arus listrik oleh pihak penyedia jasa untuk mengurangi resiko korsleting.

Disebuah rumah kavling di daerah pinggiran kota, tinggallah sepasang suami istri yang baru saja merayakan ulang tahun pernikahannya yang pertama. Pasangan berbahagia itu sedang menunggu kehadiran buah hati mereka yang sebentar lagi akan lahir.

Terlihat seorang lelaki yang tengah menyibakkan gorden jendela ruang tamu untuk melihat keadaan di luar rumah, "Duh hujannya gak reda-reda lagi! Mana rokok udah habis!" gerutunya sembari beranjak menuju ke ruang keluarga untuk menyalakan televisinya.

Titttt

[Kami himbau kepada seluruh warga Malang Raya agar tidak bepergian keluar rumah, karena curah hujan yang cukup intens telah menyebabkan banjir hampir di seluruh wilayah Malang Selatan dan sekitarnya.]

Tittttt

"Hmm gak ada acara yang bagus, gara-gara sinyal wifi putus, jadi kepaksa lihat TV lokal!" gumam seorang lelaki yang tengah duduk di sofa. Ia terlihat bosan dan mematikan tivi layar datar itu lalu beranjak pergi menuju dapur untuk mencari makanan ringan.

"Dilla sayang, ada cemilan gak?" teriak lelaki itu kepada seorang wanita yang tinggal serumah dengannya.

"Iya Arya sayang, ada kok di top-,"

Grrrrrr grrrrrttkk

Prangggg! Klonthangggg!

Belum selesai wanita itu menyahut, tiba-tiba mereka merasakan guncangan gempa di dalam rumah mereka.

"Kyaaaaaa! Aryaaaaa!" teriak histeris seorang wanita dari dalam kamar tidur.

"Dilla!" lelaki yang bernama Arya itu beranjak dari dapur langsung berlari secepat mungkin menuju asal suara teriakan itu.

Brakkkkk!

Arya membuka pintu dengan keras, "Dilla! Kamu tidak apa-apa?" ucapnya penuh kekhawatiran mengingat kondisinya sekarang yang sedang hamil tua. Ia tak mau terjadi apa-apa dengan calon buah hatinya kelak.

"Iya sayang, aku hanya sedikit terkejut, aku takut," sahutnya lirih sembari merangkul suaminya itu.

"Udah gakpapa ada aku disini, untung gempanya cuma sebentar," ucap Arya dengan nada lembut sembari memeluk istri yang dinikahinya setahun yang lalu itu.

Telolet telolet

Terdengar suara sebuah panggilan telepon dari ponsel berwarna hitam milik Arya.

"Iya ma assalamualaikum?" salam Arya ketika mengangkat telepon dari mamanya.

["Wa'alaikum salam nak, barusan ada gempa, kamu sama Dilla gak kenapa-napa kan nak?"]

"Iya ma, alhamdulillah aku sama Dilla gak kenapa-napa kok ma, mama sendiri gimana?" sahut Arya bertanya balik.

["Alhamdulillah kalau gitu, mama sih tadi sempet lari keluar karena takut, maklum mama kan di rumah sendirian,"]

"Loh papa belum ma?" tanya Arya kembali dengan nada bicara yang sedikit tajam.

["Papamu besok lusa baru pulang, ya udah kamu hari-hati yah disana, ehh bentar mama mau ngomong sama Dilla,"]

"Owalah kirain papa gak pulang, iya ma sebentar," ucap Arya seraya memberikan ponselnya kepada Dilla yang sedari tadi duduk disampingnya.

"Halo assalamualaikum ma," Dilla mengucap salam dengan nada suara yang lembut.

["Waalaikum salam Dilla, bagaimana perutmu? Kurang berapa hari lagi kata dokter?"]

"Yah beberapa hari lagi ma kayaknya, bisa besok lusa atau setelahnya, alhamdulillah gak ada kendala ma," sahut Dilla sembari mengelus-elus perutnya yang buncit.

["Yo wes kalau gitu, pokok kabarin mama yah kalau ada apa-apa, jangan lupa jaga kesehatan dan pola makan yang teratur, terus olahraga dikit-dikit yah sayang,"]

"Iya ma, pasti itu, mama juga jaga kesehatan ya ma," ucap Dilla seraya tersenyum ke arah Arya yang juga ikut mengelus perutnya.

["Iya Dilla, ya udah kalau gitu, mama mau istirahat dulu, kamu sama Arya jangan tidur malam-malam, assalamualaikum,"]

"Iya ma siap, wa'alaikum salam," Dilla menutup telepon dari mertuanya, lalu menyerahkan kembali ponsel yang di pegangnya kepada Arya.

Tutttttt

"Ya udah yok tidur sayang," ajak Dilla kepada Arya.

"Ya udah kamu tidur aja dulu, aku nyusul, aku mau nutupin jendela dan nggembok pager depan," sahutnya seraya beranjak dari atas springbed menuju ke luar kamar.

Dilla hanya mengangguk pelan, selimut yang terlipat di bawah kakinya kini ia bentangkan lalu di tangkupkan ke atas tubuhnya yang telah dalam posisi telentang.

"Ahh semua beres, tinggal tidur, besok pagi kerja, hoaahhmm," gumam Arya sembari menguap. Arya sebenarnya merasa letih karena harus lembur di kantornya 3 jam hari ini. Tapi ia tak tunjukkan kepada Dilla, karena takut Dilla akan khawatir.

Tak berselang lama, Dilla pun terlelap dalam tidurnya. Arya yang telah melakukan aktifitas malamnya sebelum tidur, sekarang telah merebahkan tubuhnya di samping istri yang ia cintai itu.

Setelah setengah jam berlalu, tiba-tiba Dilla berteriak dengan sekencang-kencangnya, "Arghhhhh!"

*******

Comments (2)
goodnovel comment avatar
iman sahdiwan
o...ternyata Arya menikah dengan Dilla...trus Sekar......
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
terjadi gempa untung Arya sama dilla gak kenapa2 ya, waduh jangan2 itu dilla mau lahiran ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status