Share

Bab 4 : Sosok di Bagian Alam Lain

Ada suatu tempat disisi lain alam manusia, yaitu dimensi ghaib alam jin. Dunia lain yang masih menjadi misteri bagi sebagian umat manusia di dunia. Selain bagaimana bentuk spesifiknya, manusia juga tak banyak mengetahui tentang makhluk apa saja yang mendiami alam tak kasat mata itu.

Sementara itu di sudut padang rumput yang hijau disertai pepohonan yang tinggi dan berdaun lebat, terlihat seorang wanita cantik dengan pakaian khas kerajaan Jawa kuno tengah berlatih ilmu kanuragan. Ia berlatih menggunakan pedang tipis perak bersarung emas.

"Sekarang aku akan mencoba ajian yang baru saja aku dapat dari Begawan Jolosutho!" gumam wanita cantik itu seraya mengambil kuda-kuda.

"Shaaaaah! Hiyaaaaa!"

Wanita itu meliuk-liuk sembari menyabetkan pedang tipisnya kesana kemari, bak sedang menari tarian indah pembawa maut. Rambutnya yang panjang hitam serta bermahkota, mengibas-ngibas mengikuti ayunan pedangnya.

Swingggg swingggggg

"Hiyaaaa!" teriak wanita itu saat melayang di udara.

Jedharrrr jedhuarrr!

Beberapa energi spiritual yang berasal dari sabetan pedangnya, menabrak bongkahan batu dan beberapa pohon, menyebabkan pohon tersebut tumbang dan batu besar itupun hancur berkeping-keping.

Ia mengakhiri serangannya, lalu menyarungkan kembali pedang peraknya, "Ahhhh, capeknyaaaa, aku akan istirahat dulu sebentar," gumamnya seraya merebahkan tubuhnya di atas rumput yang lembut itu.

Wanita cantik itu mengenakan sebuah selendang berwarna kuning, serta memakai kemben batik berwarna kecoklatan yang nampak anggun. Kulitnya berwarna kuning langsat, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang merah merekah, membuat siapa saja tak akan percaya jikalau wanita cantik itu berasal dari alam jin.

Ketika wanita itu tengah beristirahat, tanpa disadari tiba-tiba dari udara kosong muncullah seorang kakek-kakek yang berpakaian serba putih, mirip seperti seorang pertapa atau resi. Kakek itu berjenggot putih sedada, serta membawa sebuah tongkat kayu berukir yang digunakan untuk menopang tubuhnya.

"Sekar!" panggilnya kepada wanita cantik itu.

Wanita itu menjingkat sedikit terkejut, ia bangkit dan membalikkan tubuhnya ke arah sumber suara yang telah memanggil namanya itu, "Guru Arthasena? maaf aku sedang istirahat, aku tidak tahu kalau guru datang," ucapnya buru-buru membungkuk untuk memberi hormat.

"Haha, tidak apa-apa Sekar, apa kau masih melatih ilmu pedang Bajrang Tirto?" tanya Arthasena sembari duduk di sebelah Sekar.

"Tidak guru, aku tadi melatih ilmu pedang Adyawiku Sanjana dari gulungan yang diberikan Begawan Jolosutho," jawab Sekar seraya menunjukkan gulungan perkamen berwarna coklat yang sedikit lusuh.

Diambilnya gulungan itu dari tangan Sekar, lalu ia dibuka sejenak, kemudian ia mengembalikannya kembali kepada Sekar, "Hmm, ilmu pedang Jolosutho memang sudah tak perlu dipertanyakan lagi, tetapi kekuatan ajian itu hanya bisa dikeluarkan secara maksimal jikalau penggunanya memakai pedang besar seperti golok, sedangkan kau hanya memakai pedang tipis seperti itu," ucap Arthasena sembari membelai jenggotnya yang panjang.

Mendengar itu, Sekar lalu mengernyitkan dahinya, "Iya juga sih guru, hmm, lantas aku harus bagaimana guru?" tanyanya penasaran.

"Lebih baik kau lebih mendalami ilmu yang menurutmu nyaman digunakan, baik dari senjata maupun dari gerakan, aku lihat kau sudah mahir menggunakan ajian Jagad Sungsang, coba perlihatkan kepadaku," ucap Arthasena sembari bangkit dari duduknya.

"Baik guru," sahut Sekar lalu beranjak menjauh untuk menunjukkan ilmunya.

Sebelum itu, Sekar terlihat menghunuskan pedang tipisnya lalu memejamkan matanya seraya menggumamkan sebuah mantra,

Niat ingsun amatek ajiku,

Aji Jagad Sungsang,

Sungsang ing pagalaran,

Yekti sukmo yekti rogo,

Rogoku ambeko seguran alit,

Dadi gedhi, dadi ruso

Tansah dadi mongso

Dawuh sukmo sejatiku!

Seberkas cahaya kuning yang berasal dari telapak tangannya menyebar ke seluruh bagian pedang yang ia genggam, lalu Sekar mulai menyabetkan pedangnya ke segala arah, "Hiyaaaa! Hiyaaaaa!" teriaknya sembari bergerak gesit di atas udara.

Jedhuarrrrr jedhuarrr!

Ledakan energi dari sabetan pedang Sekar membentur beberapa bebatuan besar serta pohon yang ada di tempat itu. Batu besar dan beberapa pohon itupun hancur menjadi berkeping-keping tak berbentuk.

Setelah selesai, Sekarpun turun ke atas permukaan rumput lalu menyarungkan pedangnya, "Huhhh, bagaimana guru?" tanya Sekar kepada gurunya.

Resi Arthasena tersenyum sembari bertepuk tangan, "Bagus sekali Sekar, sudah mendekati sempurna, kau hanya perlu mengasahnya lebih sering lagi," ucapnya dengan kagum.

Sekar melangkah mendekat, "Iya siap guru, aku akan terus melatihnya hingga sempurna guru!" ucap Sekar menghormat.

"Bagus, itu baru muridku, haha!"

"Ngomong-ngomong, sebenarnya apa keperluan guru menemuiku?" tanya Sekar tiba-tiba seraya duduk bersimpuh di depan gurunya.

Resi Arthasena menepuk jidatnya, "Oh iya aku hampir lupa, aku mau menanyakan sesuatu kepadamu, Sekar."

"Apa itu guru?"

******

Komen (2)
goodnovel comment avatar
iman sahdiwan
Lanjut lagi Thor...
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
apa yg di katakan gitu kamu ada benarnya sekar kamu harus bisa memperdalam ilmu itu, eh tapi aq salfok sama mantranya. waduh tuh guru mau bicara apa ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status