Share

P. S. I LOVE YOU
P. S. I LOVE YOU
Penulis: Zemira Fortunatus

BAB. 1 Diculik

Pagi yang cerah Cyra melangkah keluar dari kost-kostannya dengan penuh semangat. Hari ini, dia mendapat giliran shift pagi untuk bekerja di sebuah kafe di daerah Jakarta Selatan.

"Wah, udara sangat sejuk pagi ini," ujarnya sambil tersenyum dan mulai menyapa orang-orang yang dia temui di sepanjang jalan. 

Motor bebeknya yang dirinya beli dari hasil menabung, dia lajukan dengan kecepatan sedang membelah jalanan Kota Jakarta pagi itu. 

Cyra Alesha demikian nama gadis itu, mahasiswi semester akhir di salah satu perguruan tinggi swasta bergengsi di Jakarta.

Tak pernah menyangka karena kecerdasannya, dia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Ibu Kota Negara Indonesia.

Berbekal tabungan dari ibunya, Cyra pun berangkat ke jakarta sendiri. Ayahnya yang sudah lama meninggal membuat ibunya harus banting tulang untuk menghidupinya dan adiknya bernama Janu yang berada di desa.

Untuk itu, Cyra nekat berangkat ke Jakarta untuk mengadu nasib dan ingin kembali mengangkat derajat keluarganya.

Ayah Cyra meninggal karena dibunuh oleh beberapa komplotan mafia. Kasus pembunuhan ayahnya masih belum terpecahkan sampai sekarang.

 Bahkan ibunya sampai sampai saat ini pun, masih menangisi ayahnya yang pergi secara tragis.

Di sebuah taman, ada seorang pemuda tampan dengan postur tubuh tinggi atletis, yang dari tadi mencari-cari anjing peliharaannya bernama Mopi. Dia sangat menyayangi Mopi melebihi apapun di dunia ini.

Anjing itu adalah pemberian seseorang yang tidak akan bisa dia temukan lagi. Karena orang itu berada di tempat yang sangat jauh.

Felix terlihat gusar, dirinya sudah beberapa kali lari mengelilingi taman itu namun dia tidak menemukan sosok Mopi.

"Tuan Felix, maaf dari tadi kami sudah menyusuri setiap tempat tersembunyi di sekitar apartemen dan taman bunga ini, namun Mopi tidak kunjung kami temukan," lapor salah seorang, dari anak buahnya.

"Kurang ajar! Apa Lo bilang? Bugh! Bugh!" Dua kali bogem mentah kepalan tangan Felix berhasil mendarat di rahang pria itu.

"Cari Mopi sampai dapat! Jika tidak! Kalian semua akan saya pecat!" Hardiknya, marah.

Sementara itu, tepat di depan mata Cyra, ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. 

Jika saja Cyra tidak sigap untuk menepikan motornya, mungkin mobil itu akan menabraknya. 

Namun siapa sangka, tiba-tiba saja ada seekor anjing berwarna coklat melintas dan ditabrak oleh mobil tersebut. Bukannya berhenti, mobil itu terus melaju semakin cepat. Sedangkan tubuh anjing itu tercampak di udara dan membentur roda depan motor Cyra. 

Cyra yang panik segera turun dari motornya dan meraih tubuh anjing yang penuh darah itu ke dalam pangkuannya.

Sejenak kedua mata anjing itu menatap sendu ke arah Cyra menyisakan kerinduan yang mendalam, namun setelah itu, mata anjing malang itu benar-benar tertutup untuk selamanya.

Bersamaan dengan itu, Felix yang dari tadi mencari-cari Mopi, sejenak tertegun saat melihat anjing kesayangannya yang bersimbah darah dan sudah tidak bernyawa lagi, dipangkuan seorang gadis.

"Mopi!" Teriaknya histeris lalu merampas paksa tubuh Mopi dari tangan Cyra, lalu berkata, "bawa gadis ini! Sekalian dengan semua bukti-bukti yang ada!" Tegasnya.

Sementara dia sendiri segera masuk ke dalam sebuah mobil.

"Segera lajukan mobil ke tempat dokter Nelson!" Hardiknya, kepada sang sopir.

"Bertahanlah Mopi, Daddy akan menyelamatkanmu!" Ujarnya, khawatir.

"Ayo, masuk!" Hardik Peter, orang kepercayaan Felix. Dia memaksa Cyra untuk masuk ke dalam sebuah mobil hitam.

"Saya mau dibawa ke mana, Tuan? Apa yang akan kalian lakukan dengan saya?" Lirih Cyra, sambil menangis.

Namun orang itu tidak mempedulikannya, bahkan dengan paksa Peter menyeret tubuh Cyra untuk masuk ke dalam mobil. Dia terpaksa melakukan itu karena Cyra yang terus berontak. Bahkan tubuh lemah Cyra, dicampakkan di jok belakang. 

"Saya salah apa, Tuan? Ke mana kalian akan membawa saya?" Cyra berusaha berontak karena kaki dan tangannya mulai diikat oleh beberapa orang pria. Namun apa daya, kekuatannya sangat lemah dibandingkan tubuh kekar pria-pria itu.

"Anda salah besar, Nona. Karena telah berani mengusik kehidupan Tuan Muda!" Peter menjawab ,dengan lantang.

"Tuan Muda, siapa? Saya sama sekali tidak mengenalnya!" Jerit Cyra, lagi. 

"Tolong ... siapa pun, tolong saya!" Teriaknya semakin keras. Karena Cyra yang terus saja menangis, Peter terpaksa menutup mulutnya memakai lakban dan membalutnya berkali-kali. Tidak sampai disitu saja, kepala Cyra juga dimasukkan ke dalam sebuah karung beras. Sehingga gadis itu tidak mengetahui di mana dia akan dibawa.

Mobil pun melaju kencang menuju kediaman pribadi, Tuan Felix.

Sesampai di rumah kediaman Felix, mobil berhenti di sebuah garasi.

Kedatangan mereka disambut oleh Bik Upik. 

"Selamat pagi, Bibik."

"Kalian membawa, siapa?" Seru Bik Upik panik, karena Peter terlihat menyeret seseorang secara paksa dari dalam mobil.

"Ini tawanan baru Tuan Felix, Bik."

"Tempatkan di gudang, demikian perintah Tuan Felix."

Bik Upik meneliti postur tubuh yang sedang diseret oleh Peter dan beberapa orang lainnya.

"Hei! Apakah dia seorang perempuan? Kenapa kalian memperlakukannya dengan kasar?"

"Lepaskan!" Hardik, Bik Upik.

Namun Peter tidak membiarkan Bik Upik, untuk mendekati Cyra.

"Buka saja pintu gudangnya, Bik! Jangan mengatur kami! Ini semua atas perintah Tuan Muda. Tolong jangan menyulitkan pekerjaan kami!" Hardik Peter, tak mau kalah.

"Tapi kalian menyakitinya!"

"Bik Upik, jika Anda mengetahui apa yang telah dia lakukan. Pasti Anda  akan naik pitam."

"Memangnya apa yang telah dilakukan olehnya?"

"Gadis ini sudah menabrak, Mopi!" Mendengar perkataan Peter, sang bibik sangatlah kaget 

"Apa?" Sahut Bik Upik, kaget.

Cyra yang pendengarannya masih berfungsi dengan baik. Langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat. Seolah-olah dia berkata jika dirinya tidak melakukan apa yang dituduhkan kepadanya.

Bik Upik melihat saat Cyra terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali.

"Pasti gadis ini, ingin mengatakan sesuatu. Lebih baik aku segera membukakan pintu gudang." Pikirnya.

"Baiklah, kalian ikut saya." Serunya, lalu mulai melangkah ke dalam rumah. 

Setelah melewati beberapa lorong dalam rumah itu, akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan tertutup dan lembab, Peter langsung menjatuhkan tubuh Cyra di sebuah kasur tipis yang ada di gudang itu.

"Bik, pekerjaan Kami sudah selesai. Selebihnya urusan Anda!" Seru, Peter.

"Pastikan, gadis ini tidak melarikan diri. Pengamanan sudah saya perketat. Di depan pintu gudang sudah saya tempatkan dua orang bodyguard untuk berjaga-jaga." Lalu dia pun keluar, dari ruangan itu.

"Jaga pintu ini dengan ketat. Ingat hanya Bik Upik yang bisa mondar-mandir dalam ruangan ini.

"Apakah kalian mengerti?" 

"Siap Pak, laksanakan." Ujar keduanya, serentak.

Sementara di dalam gudang, Bik Upik mulai mengendurkan tali-tali yang mengikat tangan dan kaki Cyra.

Lalu dengan perlahan dia mulai membuka karung yang menutupi kepala gadis itu.

Saat karung berhasil dia buka, terlihat wajah seorang gadis cantik dengan mata sendu dan sedang meneteskan air matanya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zekwar77
Keren..........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status