Share

BAB. 4 Cyra Pingsan

Cyra berdiri di tengah-tengah ruangan pribadi milik Felix dengan kepala menunduk.

Sementara Felix sendiri menatap tajam ke arahnya dengan tatapan ingin menghabisinya sekarang juga.

"Siapa namamu?" Hardik Felix.

Namun Cyra memilih diam. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Dia sangat ketakutan saat ini.

"Jawab, bangsat!" Hardiknya lagi.

Cyra meneteskan air matanya. Dia masih tetap diam. 

Namun tidak dengan Felix, dia sudah tersulut emosi karena wanita itu memilih diam dan tak bersuara.

"Kurang ajar! Lo berani melawan gue, hah!" Dengan cepat dia melangkah menuju kepada gadis itu, lalu mencekeram mulutnya kuat.

Air mata Cyra mulai menetes. "Siapa nama mu, goblok! Kenapa Lo diam saja! Apa Lo bisu? Atau tuli, hah?" Cengkraman tangan Felix semakin menyakiti Cyra. Namun dirinya tetap membisu dia menatap sendu ke arah Felix. 

"Sial! Kenapa tatapan wanita ini terasa dekat denganku? Siapakah dia sebenarnya?" Gumamnya, dalam hati.

Namun Felix lebih memilih emosi yang sudah memuncak dalam dirinya.

Dibandingkan mendengar kata hatinya.

"Siapa namamu, hah! Lihat apa yang telah Lo lakukan kepada Mopi!" Felix menarik tubuh wanita itu dengan kasar dan memperlihatkan kepadanya beberapa foto Mopi yang mengenaskan.

"Bu ... bukan saya pelakunya, Tuan." Akhirnya, Cyra angkat bicara juga.

"Ha-ha-ha, akhirnya Lo buka suara juga, dasar perempuan murahan!" Serunya, lalu menjatuhkan tubuh lemah Cyra di bawah lantai.

"Sa ... saya bukan perempuan murahan! Saya juga tidak menyakiti anjing peliharaan Anda, Tuan." Ujarnya, sambil mulai bangkit dari lantai dan kembali berdiri tegak.

"Berani Lo menjawab gue, hah! Mana ada maling yang mau mengaku! Jika ada, penjara akan penuh! Lo akan merasakan akibat atas semua perbuatan Lo! Ingat itu, jalang!" Ujar Felix lalu hendak menampar pipi mulus milik Cyra. Namun sebelum dia melakukan itu, tiba-tiba tubuh lemah Cyra ambruk di lantai dan terpental dengan keras. 

Darah mulai mengucur keluar dari pelipisnya.

"Ada apa dengan gadis ini? Kenapa dia jatuh sendiri sih? Bahkan gue belum menamparnya." Dengan cepat dia memeriksa denyut nadi Cyra dengan menyentuh pergelangan tangannya.

"Masih hidup." Gumamnya, pelan.

Felix membuka pintu ruang pribadinya.

Terlihat wajah cemas Bik Upik yang sedang mondar-mandir di depan pintu ruang pribadi Felix. 

"Tuan Felix, apakah Anda sudah selesai dengan Nona Cyra?"

"Masuklah." Serunya, ketus.

"Nona Cyranya, mana Tuan?" Tanya, Bik Upik.

"Tuh ...." Dengan santainya, Felix menunjuk ke bawah lantai. 

"Ya ampun, Tuan. Nona Cyra kenapa?"

"Nggak tahu, tiba-tiba saja dia terjatuh di lantai." Ujarnya, dingin.

Dengan cepat Felix menggendong tubuh pingsan Cyra dan membaringkan di atas kasur berukuran king size yang ada di ruangan itu.

"Hubungi dokter Galang, segera." Serunya, dingin.

"Baik, Tuan Muda." Lalu dengan cepat, Bik Upik menghubungi dokter langganan Felix itu.

Bik Upik 

 "Hallo, dok."

Dokter Galang 

"Hallo, Bik. Ada apa menelponku? Apakah penyakit Felix kambuh lagi?"

"Bik Upik 

"Tidak dok, Tuan Muda sangat sehat. Hanya saja Nona Cyra yang sedang gawat saat ini. Kami menunggu kedatangan dokter secepatnya."

Dokter Galang 

"Cyra? Cyra, itu siapa?"

Bik Upik 

 "Nanti saya akan memberitahukannya kepada Anda, dok." Segeralah ke sini."

Dokter Galang 

"Baiklah, saya akan segera ke sana."

Setelah berkata begitu, dokter Galang pun siap-siap menuju ke rumah sahabatnya.

"Tuan Muda, saya baru saja menelpon dokter Galang, beliau sedang menuju ke sini." Seru, Bik Upik.

"Baguslah. Jaga dia, jangan sampai kabur. Gue ada urusan sebentar dengan Peter di ruangan lain." Ucap Felix, lalu keluar dari ruangan itu.

"Baik, Tuan Muda." Jawab Bik Upik.

Sang bibik lalu menghampiri kasur dan melihat kondisi tubuh Cyra yang lemah.

"Nona Muda, maafkan saya. Saya tidak dapat berbuat apa-apa." Serunya, sambil mulai menyelimuti tubuh lemah Cyra. 

Sebenarnya, apa yang telah dilakukan Tuan Felix kepadamu, Nona? Kenapa kamu sampai pingsan begini?" Area sekitar mulut Cyra yang memerah, tidak luput menjadi bahan perhatian Bik Upik.

Felix masuk ke dalam ruang pribadi miliknya yang lain. Yang juga berada di dalam rumahnya.

Terlihat Peter, sedang menunggu kedatangannya dari tadi.

"Bagaimana? Apakah semua surat-suratnya sudah beres?" Tanya, Felix.

"Sudah, Tuan."

"Berikan kepadaku, aku ingin memeriksanya secara langsung." Peter lalu menyodorkan surat dari kantor pencatatan sipil. Di dalam surat itu tertera namanya dan nama Cyra.

"Cyra Alesha, jadi itu nama panjangnya?" Gumamnya, dalam hati.

"Kenapa nama gadis itu, terasa tidak asing bagiku?" Gumamnya, lagi.

"Tuan muda, di sini bagian yang harus Anda tanda tangani." Ujar Peter, lalu menyodorkan sebatang pulpen di tangan Felix.

Felix lalu meraih pulpen itu dan mulai menandatangani keabsahan dokumen tersebut.

Peter memeriksa hasil tanda tangan Felix.

"Perfect! Tinggal tanda tangan Nona Cyra, Tuan." Ujarnya.

"Memangnya harus sekarang butuh tanda tangannya?"

"Lebih cepat lebih baik, Tuan." Ujar Peter, sambil menyusun kembali dokumen tersebut.

Felix terdiam.

"Sial!"

"Ada apa, Tuan?"  Tanya Peter, lagi.

"Gadis itu, saat ini sedang pingsan dan tak sadarkan diri."

"Apa? Tapi kok bisa?"

"Gue nggak tahu, tiba-tiba saja dia pingsan." Tutur, Felix.

"Terus, bagaimana dengan surat-surat penting ini?"

"Oh ya, tolong tanyakan, apakah bisa hanya dengan memakai cap sidik jari, saja?"

"Sepertinya tidak bisa Tuan. Kecuali si calon mempelai buta huruf." Seru, Peter.

"Tuan Muda, untuk sementara berlakulah lembut kepada Nona Cyra. Sampai dia menandatangani semua dokumen ini." Tutur Peter, lagi.

"Apa Lo bilang? Gue harus berbaik hati kepada jalang itu? Apa Lo sudah buta, hah! Dia yang membuat Mopi hampir meregang nyawa! Enak saja kamu!" Hardiknya.

"Tuan Muda, tolonglah Anda berpikir bijak saat ini. Waktu kita hanya seminggu untuk mengurus semua keabsahan pernikahan Anda dan Nona Cyra." Jelas Peter, lagi.

"Terserah! Jangan paksa gue untuk bisa berbaik hati kepada jalang itu!" 

Pintu tiba-tiba di ketuk dari luar.

"Masuk!" Jawab, Peter.

Bik Upik terlihat memasuki ruangan. 

"Ada apa, Bik?" Tanya Peter.

Begini, Tuan Muda. Jika nanti dokter Galang menanyakan perihal Nona Cyra, saya menjawabnya bagaimana?"

"Memangnya dokter Galang sudah tiba, Bik?" Tanya Peter.

"Dokter Galang akan tiba dalam waktu sepuluh menit lagi." Sahut, Bik Upik.

"Jangan katakan apa pun kepada dokter itu. Sepuluh menit lagi, saya dan Tuan Muda akan menuju ke sana." Ujar Peter, lagi.

Setelah mendengar penjelasan Peter. Bik Upik pun keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana dengan tawaran yang saya katakan tadi, Tuan Muda? Semua terserah kepada Anda sekarang." Tutur Peter, lagi.

"Tapi saya hanya baik kepadanya sampai dia menandatangani surat-surat itu, kan?"

"Setidaknya, Anda bersandiwara jika ada orang lain disekitar Anda, Tuan. Agar mereka percaya jika hubungan kalian, nyata adanya."

Komen (3)
goodnovel comment avatar
ZekWar
Lanjutkan........
goodnovel comment avatar
Sagi Good
hihi🫣🫣🫣
goodnovel comment avatar
Zekwar77
Lànjut...Thor......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status