Share

BAB. 6 Si Tuan Kejam

Sementara Felix yang terbuai dengan manisnya bibir Cyra mulai kembali melahapnya. Cyra tak dapat berontak karena Felix menahan tengkuknya.

"Tuan Muda, kami masih ada di sini." Seru dokter Galang, menusuk.

Sementara Peter menatap tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.

"Apakah beliau, Tuan Felix? Kenapa dia berubah seperti itu?" Felix yang terkesan sangat dingin kepada wanita selama ini, membuat Peter seakan tak percaya dengan tingkah Felix yang sangat mengejutkan itu.

Felix langsung tersadar, "eh iya, dok. He-he-he, maklum ya dok. Kami adalah pasangan baru, jadi wajar jika saling bermesraan begini. Bukan begitu, Sayang?" Seru Felix lalu mencuri sekali lagi satu ciuman di bibir Cyra, dengan kasar.

"Shit! Kenapa bibirnya serasa candu bagiku! Apakah aku sudah gila? Kenapa aku begitu mudahnya tergoda dengan Si jalang ini!" Gerutunya, dalam hati.

Cyra kembali tersentak dengan adegan ciuman kilat yang dilakukan oleh Felix untuknya.

Cyra menatap tidak suka ke arah Felix.

"He-he-he, maaf Sayang. Aku kelepasan lagi." Serunya sambil mengusap sisa-sisa ludahnya, di sudut bibir Cyra.

Bersamaan dengan itu, Bik Upik datang dengan sepiring nasi bersama dengan ayam goreng yang baru saja matang.

Bik Upik menyodorkan makanan itu kepada Felix.

Aroma ayam goreng itu, sungguh membuat dirinya tergoda untuk ikut menyantapnya.

Felix yang dari tadi pagi juga belum mengisi perutnya terlihat sangat kelaparan saat ini.

Alhasil saat dirinya mulai menyuapi Cyra, Felix juga ikut makan, makanan untuk gadis itu. Bahkan dirinya makan dengan sendok yang sama.

"Ayo, Sayang. Buka mulut, kamu." Ujarnya lagi, menyodorkan satu sendok nasi kepada Cyra.

Cyra sebenarnya risih memakai sendok yang sama dengan yang di pakai Felix. Namun karena perutnya sangat lapar, dia pun pura-pura tidak mempedulikannya.

Sementara, tiga orang lainnya yang ada di ruangan itu, merasa sangat heran dengan tindakan yang dilakukan oleh Felix.

Biasanya Felix tidak suka berbagi saat makan. Apa lagi makan satu sendok dengan orang lain.

Akan tetapi, yang mereka lihat saat ini malah sebaliknya.

"What? apakah dia Felix yang ku kenal?" Gumam dokter Galang, dalam hatinya.

"kenapa Tuan Felix, bisa makan satu sendok yang sama dengan Nona Cyra?" Seru Bik Upik, dalam hati.

"Sandiwara Tuan Felix sangat sempurna! Ta-pi adegan suap-suapan tidak ada tuh, dalam skenario. Apakah Tuan Felix benar-benar tertarik dengannya? Tapi kok bisa secepat itu?" Pikir Peter, dalam hatinya.

Sebenarnya Felix hanya bersandiwara demi mendapatkan tanda tangan Cyra untuk menjadi istri pura-puranya.

Namun dibalik semua itu, Felix tanpa sadar memiliki sedikit rasa ketertarikan kepada sosok Cyra. Hanya saja, dia belum menyadarinya.

Setelah acara suap-suapan selesai, tak lupa Felix membantu Cyra untuk meminum obat.

Dokter Galang masih berada di situ, melihat semuanya.

Setelah beberapa saat, cairan infus yang berisi nutrisi makanan itu, sudah habis setengah kantong.

Lalu sang dokter berkata,

"Nona Cyra sepertinya Anda tidak membutuhkan cairan nutrisi lagi. Jadi saya akan mencabut infusnya."

"I ... iya, dok." Jawab Cyra.

"Lho, kok bisa begitu, dok? Bagaimana kalau nanti dia pingsan lagi?" Ujar Felix, khawatir.

Mendengar perkataan Felix yang mengkhawatirkan dirinya, membuat Cyra sedikit terenyuh.

"Apakah dia pria kejam tadi?" Gumamnya, dalam hati.

Akhirnya Dokter Galang pulang juga. Setelah melepas infus dari tangan Cyra. Bersamaan dengan itu, Felix kembali bersikap dingin.

"Urus, dia!" Serunya, kepada kedua bawahannya.

Cyra melihat perubahan sikap Felix yang dingin. Dia pun melangkah keluar dari kamar di mana Cyra berada.

"Nona Cyra, ada baiknya Anda istirahat sejenak. Kami keluar dulu." Ujar Bik Upik, lalu langkahnya diikuti oleh Peter keluar dari kamar itu.

Setelah keluar dari kamar itu, tak lupa Bik Upik kembali mengunci pintu dari luar. Agar Cyra tidak kabur.

Begitu cepat hal itu terjadi, Cyra tidak sempat berkata-kata.

Dia lalu mencoba bangkit dari tempat tidur dan mengedarkan pandangannya di sekeliling kamar.

Aroma maskulin sangat kelihatan di ruangan itu.

"Apakah ini kamar pribadinya?" Tanyanya, dalam hati.

Sementara di sebuah ruangan. Felix terlihat beberapa kali melayangkan pukulannya kepada lawannya di atas ring.

Saat ini, dia sedang menghajar seseorang untuk meluapkan emosinya.

"Ha-ha-ha-ha, aku tidak akan terkalahkan!" Teriaknya senang sambil menampilkan senyum termanisnya melihat lawan tinjunya jatuh, tak berdaya dan bersimbah darah.

"Ayo! Siapa lagi yang mau menantang saya? Jika kalian mampu mengalahkan saya, uang 100 juta menjadi milik Anda semua!" Serunya lantang kepada para anak buahnya.

Siapa yang tidak tergiur, dengan tawaran Felix, ada beberapa anak buahnya yang mendaftar dan mulai naik ring satu per satu untuk melawan Felix.

Felix kembali tersenyum puas melihat orang-orang itu kembali K. O. di tangannya.

"Ha-ha-ha-ha." Tawanya semakin membahana di ruangan itu. Dia merasa puas melihat para lawannya bersimbah darah di sekujur tubuhnya akibat pukulan demi pukulan yang dia lancarkan.

Felix memiliki sisi gelap di dalam dirinya. Orang tuanya tidak mengetahuinya sama sekali. Dia sangat pintar menutupinya melalui sikap manis dan bersahabat yang dia tampilkan selama ini.

Padahal sebenarnya Felix adalah pria kejam dan menakutkan. Jika ada orang yang berani melawannya, dia tidak segan-segan akan menghajar orang itu sampai babak belur.

"Urus mereka semua! Berikan masing-masing uang capek!" Serunya lagi, lalu melangkah menuju rumah utama.

Tempat Felix melampiaskan emosinya itu, letaknya terpisah dari rumah utama. Tidak ada satu pun yang curiga dengan bangunan itu, karena tampilan luarnya mirip paviliun.

"Siap, Tuan Muda." Jawab, Peter.

Malam hari pun tiba, Felix terlihat bersiap-siap menuju ke suatu tempat.

"Bagaimana jalang, itu?" Tanyanya, dingin.

Mendengar perkataan Felix tersebut, Peter menjadi kebingungan.

"Kenapa Tuan Muda berbicara kasar seperti itu tentang Nona Cyra? Padahal tadi siang, Tuan Felix terlihat sangat peduli dengan Nona Cyra."

"Woi, Peter! Jawab! Kok Lo malah bengong?" Hardik, Felix.

"Ma-af, Tuan Muda. Nona Cyra kelihatan mulai membaik. Tadi Bik Upik memberinya makan malam dan dia menghabiskan semuanya. Tuan Muda tenang saja, Nona Cyra tetap dikunci dari dalam kamar." Tutur Peter, panjang lebar.

"Bagus! Tetap kunci dari dalam. Jangan sampai dia kabur!"

"Baik Tuan Muda. Oh ya Tuan, apakah Nona Cyra di pindahkan di kamar lainnya saja?" Tanya Peter, lagi.

"Apa Lo bilang? Hebat banget dia bisa meniduri semua kamar di rumah gue! Enak saja! Biarkan dia berada di ruangan itu selamanya! Gue tidak akan melepas Si jalang itu! Sampai dendam gue terbalaskan!" Ujarnya, tegas.

"Mopi ... Daddy kangen! Sangat kangen kepadamu. Bertahanlah sedikit lagi!" Sedihnya, lalu menitikkan air matanya berkali-kali melihat kondisi anjing kesayangannya yang masih berada di bawah perawatan intensif seorang dokter hewan ternama, bernama dokter Nelson.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
ZekWar
Oke.......
goodnovel comment avatar
Sagi Good
Singga🫶🫶🫶🫶🫶🫦
goodnovel comment avatar
Zekwar77
Keren.......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status