Share

BAB. 5 Hanya Sandiwara

"Cih! Banyak ngatur, Lo!" Ketus Felix. Lalu melangkah menuju ke ruangan di mana Cyra sedang berada.

Bersamaan dengan itu dokter Galang tiba di kediaman Felix.

"Selamat datang Pak dokter, mari silakan masuk." Ujar, Bik Upik.

Dokter Galang hanya mengangguk dan mengikuti langkah Bik Upik, masuk ke dalam rumah.

Pintu di buka dari luar, terlihat wajah khawatir dari Felix yang dia perlihatkan saat ini.

"Bro, kok Lo lama banget datangnya, gue sangat khawatir dengan keadaannya." Ujarnya dengan sedih. Saat ini Felix sedang duduk di tepi ranjang sambil menggenggam tangan dingin Cyra.

"Maaf Bro, tadi jalanan sedikit macet." Jawab sang dokter lalu mulai memeriksa Cyra.

 Ternyata dokter Galang adalah salah satu orang kepercayaan orang tuanya, yang mengelola sebuah rumah sakit milik keluarganya. Jadi mau tidak mau, Felix harus bersandiwara di depan dokter itu.

"Gadis ini, siapa?" Tanya sang dokter, sambil mulai memeriksa tekanan darah Cyra.

"He-he-he, dia calon istri gue, Bro." Jawabnya, cengengesan.

Dokter Galang menatap tak percaya kepada omongan Felix.

"Dia kok bisa pingsan? Dan kenapa tubuhnya banyak luka lecet? Apakah Anda menyakitinya?" Selidik, sang dokter.

"Yaelah, Bro. Nggak mungkin kan gue melakukan kekerasan kepada calon istri gue sendiri?" Felix langsung menatap ke arah Peter, agar dia mencari alasan yang masuk akal.

"Begini dokter, Nona Cyra, beberapa hari ini ingin sekali belajar naik motor. Tanpa seizin Tuan Muda, Nona malah ngotot ingin lebih cepat belajar. Alhasil Nona Cyra tidak bisa menjaga keseimbangan saat membawa motor dan akhirnya terjatuh. Kalau dokter tidak percaya, di garasi ada terparkir motor milik Nona Cyra yang kondisinya sedikit parah." Ujar Peter setenang mungkin menjelaskannya, agar dokter Galang percaya.

Untungnya lagi, motor Cyra yang rusak saat menabrak Mopi, telah terparkir manis di garasi milik Felix.

"Baiklah, nanti saya akan cek." Jawab sang dokter, dingin.

"Bro, gue punya satu permintaan kepada Lo." Ucap Felix, tiba-tiba.

"Apa itu?" Tanya sang dokter.

"Bolehkah, Lo merahasiakan tentang Cyra kepada kedua orang tua gue?"

"Kenapa harus dirahasiakan? Bukankah ini adalah kabar baik? Felix Domil, CEO yang terkenal dingin terhadap wanita, akhirnya menemukan tambatan hatinya, bukannya ini merupakan berita besar dan menghebohkan? Akan tetapi, kenapa malah terkesan ditutup-tutupi?" Sergah, sang dokter.

"Justru karena hal ini adalah berita besar, makanya gue mau membuat surprise kepada semua orang, Bro. Terkhusus untuk kedua orang tua gue." Ujar Felix, meyakinkan dokter Galang.

"Sepertinya apa yang dikatakan Felix masuk akal juga." Pikir dokter Galang, dalam hati.

"Bagaimana keadaannya, dok?" Tanya Felix lagi, pura-pura khawatir.

"Nona Cyra bisa pingsan karena kehabisan energi dari dalam tubuhnya. Apakah dia belum makan hari ini?"

Terjadi keheningan di ruangan itu. Peter terlihat kebingungan untuk menjawab. Keringat dingin mulai mengucur di dahi Felix.

"Mampus! Bakal ketahuan nih, sandiwara gue!" Sedihnya, dalam hati.

"Maaf Pak dokter, Nona Cyra memang belum makan hari ini. Nona hanya minum air saja." Ucap, Bik Upik.

Hati Felix bagaikan di siram seember air es mendengar penuturan Bik Upik, dingin dan sangat sejuk.

"Cih! Akhirnya, selamat gue!" Serunya, dalam hati.

"Kenapa hanya minum air saja?" Tanya, dokter Galang.

"Sepertinya, Nona Cyra ingin diet Pak dokter, agar gaun pengantinnya tidak kekecilan di tubuhnya." Ucap Bik Upik, mulai mengarang indah.

"Oh begitu, tolong diingatkan kepada Nona Cyra untuk mengikuti kelas diet yang sehat. Jangan sembarangan untuk berdiet, karena dapat merusak organ di dalam tubuh. Jadi saya terpaksa akan menginfus Nona." Seru sang dokter, lalu mengeluarkan beberapa peralatan kesehatan di dalam tas kerjanya.

"Baik, dok." Jawab Felix, singkat.

"Sial! Tangan gue lama-lama bisa geli nih menggenggam tangannya dari tadi." Kesal Felix, dalam hati.

Disaat sang dokter mulai menusuk pergelangan tangan Cyra dengan jarum infus, tiba-tiba dia terbangun dan merasakan nyeri di tangannya."

"Sakit ..." Lirihnya, sambil mulai meneteskan air matanya. 

Melihat Cyra yang sudah sadar dan mulai bersuara, Felix memulai sandiwaranya. 

"Sayang, kamu sudah bangun? Tahan sebentar ya? Dokter akan menginfusmu." Seru Felix lembut sambil mengusap air mata di pipinya."

"Agak sakit sedikit Nona, tapi hanya sebentar kok." Ucap dokter Galang, sambil tersenyum ke arah Cyra. 

Entah mengapa, tiba-tiba dokter Galang merasakan sesuatu getaran yang aneh saat menatap mata sendu milik Cyra.

"Gila nih Si Galang! Kok malah senyum-senyum sendiri melihat Si jalang ini!" Ucap Felix, dalam hati.

Sementara Cyra merasakan bagai berada di alam mimpi. Ada dua orang pemuda yang berlaku lembut kepadanya.

Terutama Felix yang tiba-tiba berubah baik kepadanya. Padahal baru saja tadi, Felix memperlakukannya dengan kasar.

"Ke ... kenapa dia bisa berubah? Tuhan, jika ini hanyalah mimpi, tolong jangan bangunkan aku." Lirih Cyra, dalam hatinya.

"Sudah selesai. Infus terpasang dengan baik." Ucap dokter Galang, lagi-lagi sambil tersenyum ke arah Cyra.

Sementara, tangan Felix dari tadi mengelus-elus pipi mulus Cyra. Seperti yang biasa dia lakukan dengan Mopi, sang anjing kesayangan.

Peter dan Bik Upik seakan dibuat melongo karena tingkah konyol Felix.

"Sayang, apakah masih sakit?" Tanya Felix, kepada Cyra.

"Su ... sudah tidak sa-kit." Jawab Cyra menahan geli di pipinya, karena elusan Felix.

"Tuan Muda, ada baiknya Nona Cyra makan dulu, agar tubuh lemahnya bisa cepat pulih kembali." 

"Sayang? Kamu makan, ya? Nanti biar aku suapin kamunya. Oh ya, kamu mau makan apa?" Tanya Felix, lembut.

"A-pa saja, asalkan bukan makanan pedas." Ucap Cyra masih terus menahan geli, dengan elusan Felix di pipinya.

Peter dan Bik Upik kembali melongo karena selera makanan Cyra sama dengan Felix. Sama-sama tidak menyukai makanan pedas.

"Kamu mendengar itu, Bibik?" 

"Siap, Tuan muda. Saya akan segera menyiapkan makan siang untuk Nona Cyra." Jawab Bik Upik, lalu dengan cepat keluar dari ruangan itu.

"Kamu tunggu sebentar ya, Sayang. Lagi disiapkan." Tuturnya sambil mengelus terus, pipi Cyra.

"Sial! Kenapa tangan gue tidak berhenti mengelus pipinya? Kok hati gue terasa sangat nyaman mengelusnya? Dia mirip seperti Mopi." Lirih Felix, dalam hati.

 

"Nona Cyra, apakah Anda sudah lama mengenal Tuan Muda?" Tiba-tiba dokter Galang bertanya lagi.

Cyra diam, tidak tahu harus menjawab apa. Karena dia masih belum mengerti apa yang sedang terjadi sekarang.

"Tidak terlalu lama kok, kami berdua sudah saling mengenal. Bukan begitu, Sayang?" Felix meminta persetujuan dari Cyra.

Cyra mengangguk karena mereka memang baru hari ini mereka saling kenal.

Cyra ingin mengatakan sesuatu, namun Felix lebih dulu memotong perkataannya.

"Walaupun kami baru saling kenal. Namun kami saling mencintai. Iya kan, Sayang?" Ujarnya, lagi.

Entah kenapa, Felix jadi gemas sendiri melihat wajah sendu milik Cyra, dengan cepat, Felix menghujani wajah Cyra dengan beberapa kecupan dipipinya. Bahkan Felix juga mencium lembut bibir pucatnya. Cyra hanya bisa terpaku, mendapatkan serangan tiba-tiba dari Felix. 

Komen (4)
goodnovel comment avatar
ZekWar
Keren.......
goodnovel comment avatar
Sagi Good
🫦🫦🫦🫦 menggigit
goodnovel comment avatar
Sagi Good
...️‍......️‍......️‍......️‍......️‍......️‍...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status