Keesokan harinya. Sudah dua puluh empat jam lebih, Cyra menghilang.
Lio, sang sahabat kembali mendatangi kantor polisi pagi ini. Lio membuat laporan orang hilang. Semua mengarah kepada ciri-ciri Cyra.Sebenarnya Lio sudah sejak kemarin khawatir dengan keberadaan Cyra yang tidak muncul-muncul juga di tempat mereka janjian. Setelah malam pun tiba, Cyra tetap tidak muncul juga.Malam itu, Lio mulai mendatangi kantor polisi untuk melaporkan orang hilang. Namun sayangnya, laporannya tidak dapat diproses lebih lanjut karena belum tepat dua puluh empat jam Cyra menghilang.Makanya pagi ini, setelah dua puluh empat jam Cyra menghilang, Lio kembali datang ke kantor polisi untuk melaporkan menghilangnya Cyra.Dan berita menghilangnya Cyra mulai tersebar di media elektronik dan media sosial."Tuan Muda! Gawat!" Seru Peter kepada Felix, yang saat ini sedang berada di kantor tepatnya di ruang pribadi miliknya.Felix yang baru saja selesai meeting, langsung disambut dengan wajah tegang milik Peter."Apanya yang gawat? Tolong berbicaralah yang jelas." Hardik, Felix.Tanpa aba-aba, Peter segera menyalakan televisi yang sedang menayangkan berita menghilangnya Cyra."Shit!" Umpatnya."Bagaimana dengan jalang itu? Apa dia sudah menandatangani berkas pernikahan tersebut?" Tanya, Felix."Masih belum, Tuan Muda. Saya masih bingung cara membuat Nona Cyra menandatangani surat-surat tersebut." Jujur, Peter."Sialan, Lo! Cari cara agar dia mau menandatangi dokumen itu! Gue nggak mau tahu!""Batalkan semua meeting hari ini, gue mau menemui jalang itu dan membuat perhitungan dengannya!" Serunya, lalu keluar dari ruangannya menuju ke parkiran di lantai paling bawah gedung itu.Di kediaman Felix, tepatnya di ruang pribadinya, Cyra baru saja selesai mandi. Tubuhnya yang penuh luka lecet mulai mengering.Cyra mencoba membuka pintu, namun pintu telah dikunci dari luar. Untuk mewaraskan pikirannya. Dirinya membaca beberapa buku yang ada di atas meja kerja Felix tanpa permisi.Tak berapa lama, Bik Upik masuk ke dalam kamar itu dengan membawa nampan berisi sarapan untuk Cyra."Selamat pagi, Nona." Sapa, Bik Upik."Pagi, Bik." Jawab Cyra lalu duduk di sofa menghampiri Bik Upik."Ini sarapan untuk Anda, Nona. Tolong dimakan, ya?""Ta-pi, saya tidak lapar, Bik. Saya hanya ingin pulang. Saya juga punya aktifitas, Bik." Lirih, Cyra.Dirinya yang tidak biasa sarapan pagi, menolak untuk menikmati masakan mewah dari Bik Upik."Tapi, Nona. Anda harus makan, nanti Tuan Muda pasti akan marah jika mendengar Anda tidak sarapan." Keluh Bik Upik. Karena dia tahu betul, jika perintah Felix tidak dapat dibantah."Maaf, Bik. Saya tidak terbiasa untuk sarapan pagi." Ucapnya, lagi.Cyra yang hidup merantau di Jakarta terpaksa harus hemat. Untuk itu, dirinya sudah lama membiasakan diri untuk tidak sarapan pagi. Cyra hanya makan siang dan sore hari saja. Setelah itu, perutnya tidak terisi makanan lagi."Apa?" Kaget Bik Upik, tidak percaya.Lalu Cyra pun menceritakan pengalaman hidupnya selama tinggal di Jakarta."Jadi Nona, Anda tinggal sendiri di sini?" Tanya, Bik upik."Iya, Bik. Di Jakarta ini, saya tinggal sendiri. Saya kuliah sambil kerja. Ibu dan adik saya hidup sederhana di kampung. Saya adalah tulang punggung keluarga. Untuk itu, bisakah Bibik, menolong saya untuk keluar dari ruangan ini? Karena terhitung hari ini saya sudah dua hari tidak masuk kerja. Pasti gaji saya akan dipotong.Cyra tiba-tiba ingat, supervisor cafe tempat dia bekerja yang tidak pernah menyukai dirinya.Bik Upik, seketika tersentuh dengan kisah hidup Cyra. Tapi dia tidak memiliki wewenang untuk membantu Cyra keluar dari rumah Felix. Bisa-bisa dia akan kehilangan nyawanya."Maaf, Nona. Saya tidak bisa membantu Anda. Saya permisi dulu." Jawabnya cepat, lalu keluar dari ruangan itu meninggalkan Cyra sendiri.Sementara itu, Felix berada di dalam mobil untuk pulang ke rumahnya. Dia dari tadi asyik membuka ponsel Cyra yang dia dapat dari Peter. Begitu banyak foto-foto Cyra di ponsel itu. Diam-diam dia memuji kecantikan gadis itu.Namun tiba-tiba, dia kaget saat ponsel Cyra yang sedang dirinya pegang berdering.Ada nama Janu terpampang di depan layar ponsel itu."Janu itu, siapa?" Karena penasaran, Felix pun mengangkat panggilan itu.Felix"Halo?"Janu"Halo, Kak Cyra. Tolong saya, Kak. Gawat. Kakak segera ke sini. Saya akan mengirimkan alamatnya."Janu pun mematikan panggilan itu dan mengetik sebuah alamat kantor polisi di daerah Jakarta pusat.Ponsel Cyra bergetar dan terlihat ada satu pesan masuk dari Janu.Felix lalu memerintahkan Peter untuk balik arah menuju kantor polisi itu."Peter, kita ke sini." Ucapnya, dingin."Tapi Tuan Muda, bisa saja itu sebuah jebakan atau penipuan." Sergah, Peter."Kita ke sana, gue bilang!" Hardik Peter tak mau dibantah."Siap Tuan Muda." Jawabnya, cepat."Terima kasih Tuan, Anda sudah membebaskan saya." Ucap Janu kepada Felix. Saat ini mereka sedang berada di sebuah tempat rahasia, milik Felix.Baru saja, Felix membebaskan Janu atas kasus pencopetan di area stasiun Gambir.Dengan kekuasaannya, Felix dengan mudahnya mengeluarkan Janu. Tak tanggung-tanggung, dia menjadikan dirinya sebagai jaminan."Apakah benar, Cyra Alesha adalah kakak kandungmu?" Tanya, Felix."Benar, Tuan." Jawabnya cepat, karena saat ini dia sedang makan. Dua porsi nasi goreng ludes, habis dimakan olehnya. Akan tetapi, Janu masih saja kelaparan juga."Tuan, bisakah Anda kembali memesan nasi goreng untuk saya? Sa-ya sangat kelaparan saat ini." Ucapnya, lagi."Tentu saja, saya akan mengabulkan semua permintaanmu, asalkan kamu juga mau menuruti semua kemauan saya." Tuturnya, dingin."Tuan Felix, Anda telah menyelamatkan hidup saya dari tangan polisi. Saya berhutang budi kepada Anda. Untuk itu saya berjanji, apa pun permintaan Anda. Saya akan lakukan." Tegas Janu."Baiklah! Saya pegang janji Anda!" Sahut, Felix."Peter!""Siap, Tuan Muda.""Pesan nasi goreng itu sebanyak lima porsi lagi." Serunya sinis, sambil tersenyum licik.Berbagai rencana licik, telah disusun rapi oleh Felix untuk mengancam Cyra.Janu tidak tahu demi sejengkal perutnya, dia baru saja menggiring Cyra ke dalam goa singa.Ternyata perut Janu sepertinya terbuat dari karet. Dirinya mampu menghabiskan lima porsi nasi goreng itu."Ha-ha-ha-ha," Felix tertawa semakin lebar melihat tingkah Janu yang bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya.Peter semakin bingung dengan tingkah Bosnya yang menurutnya sedikit mengarah ke kelainan jiwa.Sifat Felix memang seperti orang yang berkepribadian ganda.Memang selama ini, dia berpikir jika sifat Felix seperti seorang psikopat. Dia merasa sangat senang jika melihat lawannya tak berdaya di depannya. Dan tidak ada rasa penyesalan sedikit pun di dalam dirinya.Namun beberapa kali Peter melihat Felix konsultasi kepada seorang dokter ahli jiwa. Akan tetapi Felix tidak pernah menceritakan hasil pemeriksaan dokter kepadanya."Hai semuanya, nama saya Janu Benizal. Saya adalah saudara kandung dari Cyra Alesha yang diberitakan sebagai orang hilang. Saya memberitahukan kepada Anda semua. Jika Kakak saya, Cyra tidak sedang menghilang. Akan tetapi saat ini dia sedang berada di rumah salah keluarga kami yang berada di Jakarta. Demikian informasi dari saya." Lalu di layar terlihat Cyra yang sedang membaca beberapa buku di sebuah ruangan mewah.Felix semakin tersenyum puas. Rencana awalnya berhasil dengan sempurna.Janu barusan melakukan konferensi pers dan menginformasikan jika Cyra tidak menghilang dan baik-baik saja.Lio yang sedang berada di rumahnya, juga ikut melihat berita konferensi pers itu. Walaupun dia sedikit lega jika Cyra baik-baik saja saat ini. Namun, sisi hatinya yang lain mengatakan jika ada sesuatu hal yang menimpa sahabatnya itu."Aku harus mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya." Gumam Lio, dalam hati."Apakah ada hal lain yang ingin saya lakukan untuk Anda, Tuan?" Mata Janu seketika menjadi
"Hei, kenapa kalian meninggalkanku di sini?" Seru Cyra, lalu melangkah menuju ke pintu yang telah tertutup rapat itu."Buka pintunya! Buka! Tolong buka pintunya! Aku hanya ingin bertemu dengan adikku!" Cyra mulai, menangis."Tuhan, apa yang harus ku lakukan untuk keluar dari sini?" Lirihnya, sambil mengeluarkan air matanya."Bagus juga sandiwara, Lo!" Puji Felix kepada Janu. Saat ini mereka berada di markas milik Felix yang mirip dengan penjara, karena ada beberapa sel di sana. Kedua polisi tadi juga adalah anak buahnya, yang menyamar sebagai polisi."Ini milik, Lo." seru Felix, lalu memberikan koper yang berisi rupiah yang banyak kepada Janu."Lo akan diantar oleh anak buah gue sampai ke desa, Lo. Untuk memastikan jika Lo tidak akan kembali lagi ke sini dan mulai melakukan kekacauan, lagi.""Siap, Tuan. Saya pasti akan menepati janji.""Tapi, Tuan. Bolehkah saya berbicara kepada kakak saya sebentar, saja?""Memangnya, Lo mau mengatakan, apa?""Saya hanya mau berpamitan kepadanya, untu
"Bagaimana dengan Si Jalang itu?" Tanya Felix, kepada Bik Upik.Saat ini dirinya sedang menikmati makan malamnya sendiri di meja makan.Sejak dulu Felix selalu makan sendiri di meja makan dan hal itu sudah menjadi kebiasaannya, sejak kecil."Maaf, Tuan Muda. Dari tadi pagi, Nona Cyra tidak mau makan." Lapor Bik Upik."Kurang ajar! Jadi dia berani melawanku?" Kesal, Felix.Felix hendak meninggalkan meja makan namun Peter menahannya."Tuan Muda, jaga emosi Anda. Kita masih membutuhkan foto Nona Cyra." Peter sudah menduga, jika Felix akan melakukan sesuatu kepada Cyra. Untuk itu, dia menasihatinya lebih dulu."Tapi saat ini kami sudah sah menikah secara hukum, bukan?" Tanya Peter."Semua sudah sah, Tuan. Hanya saja buku nikahnya masih belum keluar karena masih dalam pengurusan. Untuk itu, diperlukan foto Anda dan foto Nona Cyra untuk dicantumkan ke dalam buku nikah itu." Ucap Peter panjang lebar.Namun emosi Felix, mengalahkan akal sehatnya. Dia menghempas tangan Peter yang menahannya da
"Ja ... jadi, surat-surat yang aku tandatangani kemarin?""Tepat sekali! Lo dengan sadarnya telah menandatangani surat persetujuan menjadi budak gue, sekaligus sebagai istri sah gue selamanya! Ha-ha-ha-ha." Tawa lepas Felix kembali membahana."Ta-pi, Tuan. Anda menyuruh saya menandatangani itu dibawah tekanan.""Lah, siapa suruh Lo menandatanganinya tanpa membacanya sedikit pun?" Tanya, Felix.Air mata Cyra tak terbendung lagi. Dia benar-benar terperangkap dalam lingkaran setan yang dibuat oleh Felix."Tu .. tuan, tolong ampuni saya. Izinkan saya keluar dari sini dan melanjutkan hidup saya." Isaknya memohon, sambil bersimpuh di hadapan Felix."Tidak akan! Enak saja aku melepasmu. Hargamu sangat mahal! Lagian adikmu sudah menikmat hasilnya. Jadi stop menangis dan terima nasibmu!" Ejeknya, kepada Cyra."Mulai besok, Lo mulai menjalankan peran Lo yang baru! Bik Upik, urusi jalang ini!" Ketusnya, lalu keluar dari ruangan itu.Air mata Cyra terus saja mengalir di sudut ranjang luas itu. Bi
Peter pun menjelaskan kronologinya kepada Dokter Galang."Peter. Seharusnya, Anda melarang Tuan Felix untuk balap mobil. Kondisinya sedang tidak stabil. Emosinya mulai tak terkendalikan lagi." Tukas, Dokter Galang.Saat ini, dia sedang mengukur tekanan darah Felix yang sedang terbaring lemah di atas ranjang."Maaf, Pak Dokter. Saya sudah mencoba melarang Tuan Muda. Akan tetapi, dia tidak pernah menggubrisnya." Sesal, Peter."Lain kali, Anda harus lebih tegas kepada Tuhan Felix. Jika tidak kondisinya ini, bisa saja membahayakan nyawanya." Ucap sang dokter, lagi.Ada rasa menyesal di hati Peter saat mendengar penjelasan dokter Galang. Namun di lain sisi, dia juga tidak dapat berbuat banyak untuk menegur sang atasan yang sangat keras kepala itu."Tekanan darah Tuan Felix, agak naik saat ini. Saya akan menyuntikkan obat untuk menurunkan tensinya, melalui infus." Sergah, sang dokter lalu mempersiapkan semuanya."Dokter, apakah Tuan Felix butuh dirawat di rumah sakit?" Bik Upik menjadi ikut
"Okay, deal! Saya pegang janji Anda!" Setelah berkata begitu. Orang-orang itu segera meninggalkan ruangan itu.Tinggal ada Peter di dalam sana. Dia sedang berpikir, apakah ada pihak lain yang sengaja menabrak Mopi, Si anjing kesayangan Tuan Felix.Dia pun terlihat menelepon seseorang untuk menyelidikinya secara tersembunyi. Tanpa diketahui oleh siapa pun.Pintu ruangan itu, diketuk dari luar. Terdengar suara Bik Upik dari balik pintu.Ternyata sang bibi sengaja menemui Asisten Peter untuk menyampaikan rasa protesnya."Masuk," terdengar suara dari dalam ruangan itu."Ada apa, Bik. Malam-malam begini menemui saya? Apakah ada sesuatu yang penting?" Selidiknya."Tentu saja ini hal penting! Jika tidak, saya tidak mungkin menemui Anda!" Ketus Bik Upik, kepada Peter."Segera katakan, Anda mau apa, Bik? Hari sudah sangat malam. Anda pasti tahu jika besok pagi adalah hari yang sangat sibuk untuk semua orang di rumah ini." Tutur, Asisten Peter.Lalu dengan cepat, Bik Upik mengutarakan uneg-uneg
Lalu Bik Upik pun menjelaskan kepada Cyra apa yang hendak dirinya lakukan jika ingin mendapatkan simpati dari Felix yang pemarah itu."Bik ... ta-pi aku sangat takut jika berdekatan dengannya." Cyra juga mengutarakan ketakutannya, kepada Felix."Anda memang harus lebih sabar menghadapi Tuan Muda, Nona. Karena kadang-kadang sifatnya bisa berubah-ubah." Tutur Bik Upik, lagi."Nah ... itu yang aku takutkan, Bik. Dia kadang terlihat manis, namun setelah itu bisa juga lebih sadis, dan sangat pemarah." Ucapnya.Cyra menduga-duga jika Felix memiliki alter ego untuk membentengi dirinya.Apalagi dari hasil pembicaraannya dengan Bik Upik, sejak kecil Felix sudah merasa kesepian karena kedua orang tuanya yang sangat sibuk di luar rumah.Cyra berspekulasi, jika Felix sengaja membentuk pribadinya yang lain di dalam tubuhnya. Untuk menutupi rasa kesepian yang selama ini, dirinya alami.Sejenak Cyra menjadi kasihan dengan Felix."Aku harus bisa membantunya untuk sembuh dari rasa kesepiannya itu. Sepe
"Wah taman ini sangat indah, Puspa!" Ucap Cyra, dengan wajah berbinar."Anda menyukainya, Nona?" Tanya Puspa, senang. Akhirnya Cyra dapat tersenyum dan terlihat sangat ceria saat ini."Iya, Puspa. Aku sangat menyukai tempat ini." Sahutnya, dengan wajah berbinar."Taman ini juga menjadi tempat tempat favorit dari Tuan Felix, Nona.""Oh, ya. Apakah dia yang membuat taman yang sangat indah ini?" Tanya Cyra, penasaran."Bukan, Nona. Akan tetapi Nyonya besar, Ibunda dari Tuan Felix.""Oh ... aku pikir dia. Soalnya aku ragu jika dia yang menciptakan taman ini." Serunya, pelan.Puspa pun seolah-olah bingung dengan kalimat yang diucapkan oleh Cyra.Karena penasaran, dia pun mulai berkata,"Memangnya kenapa, Nona?""Mmmm, nggak apa-apa kok." Sahut Cyra, lalu berjalan menuju ke sebuah gazebo yang ada di taman itu.Sementara di dalam rumah, Felix baru saja bangun.Dia segera diperiksa oleh dokter Galang. Beruntungnya tekanan darah Felix telah normal pagi ini.Setelah tahu jika tubuhnya telah baik