Share

BAB. 2 Dikurung Di Sebuah Gudang

"Cantik? Kamu kok menangis?" Tanya, Bik Upik. 

Lalu dengan hati-hati, Bik Upik melepas lakban yang menutupi mulut gadis itu.

Namun herannya, gadis itu menangis tanpa mengeluarkan suara. Dirinya menangis dalam diam.

"Cantik. Kamu tidak apa-apa? Bagian mana yang sakit?" Cyra tetap tidak bersuara, namun air matanya terus saja menetes. 

Bik Upik melihat jika kulit mulus Cyra terlihat beberapa luka lecet.

"Apakah kamu kesakitan?" Air mata Cyra semakin deras.

"Tunggu sebentar, Bibik mau mengambil air panas dan mengobati lukamu." Namun, dengan cepat Cyra menahan tangan Bik Upik. 

Seolah-olah, dia takut ditinggal sendiri oleh Bik Upik.

"Kamu jangan takut. Orang- orang tadi tidak akan kembali lagi. Bibik harus cepat. Nanti Tuan Felix akan kembali dan dia pasti akan mengamuk." 

Cyra melepas genggamannya, lalu dengan cepat, Bik Upik keluar dari ruangan itu dan menuju ke arah dapur untuk mengambil kotak obat dan air panas.

Bik Upik masuk kembali ke dalam gudang. Tapi sebelum itu,

"Anda mau ke mana, Bik?" Tanya salah satu dari bodyguard itu.

"Saya mau masuk lagi! Kenapa, rupanya?"

"Itu apa di tangan, Anda?"

"Periksalah sendiri!" Hardik Bik Upik, marah. 

"Maaf, Bik. Kami harus memeriksanya sesuai perintah Tuan Peter."

"Silakan!" Jawab, Bik Upik. 

Lalu kedua bodyguard itu memeriksa bawaan Bik Upik. 

Setelah selesai memeriksa dan mengetahui jika tidak ada barang yang mencurigakan, yang dia bawa. Baru keduanya mempersilakan Bik Upik, untuk masuk kembali ke dalam gudang itu.

Bik Upik masuk ke dalam gudang dan mendapati Cyra sedang duduk di atas kasur sambil terus meneteskan air matanya.

"Cantik ... berhentilah menangis, Bibik akan mengobati lukamu." Setelah berkata begitu, satu persatu luka lecet di kulit Cyra, dibersihkan dan diobati olehnya.

Bik Upik, akhirnya bisa bernapas lega setelah tahu jika semua luka lecet di atas tubuh gadis itu, sudah dia obati semua.

Tak lupa Bik Upik menyodorkan sebotol air mineral untuk Cyra.

"Minumlah Nona, sebelum Tuan Felix datang." Serunya lagi, kepada Cyra.

Cyra yang kehausan segera meminum air mineral itu. 

"Cantik, botol air mineralnya, Saya sembunyikan di sini." Bik Upik sengaja menyembunyikannya karena dia takut, Felix akan marah besar karena dirinya yang membantu Cyra.

"Cantik, tolong ceritakan kejadian sebenarnya. Apakah benar kamu menabrak Mopi, anjing kesayangan Tuan Felix?"

Cyra meneteskan air matanya dalam diam. Dia terlihat menarik napasnya berkali-kali.

"Namaku Cyra, Bik ...."

"Oh, iya. Cyra. Panggil saja saya, Bik Upik." Lalu Cyra pun mulai menceritakan kejadian yang terjadi sebenarnya dalam versinya.

"Apa? Jadi bukan kamu yang menabrak Mopi?"

"Bu ... bukan, Bik. Pagi ini saya hendak pergi bekerja dan siangnya saya mau ke kampus. Saya tidak memiliki niat buruk sedikit pun. Tolong percaya kepada saya, Bik." Ujarnya, sambil memelas.

"Bik, tolong bantu saya keuar dari ruangan ini. Sa ... saya mohon, Bik."

Namun Bik Upik, tidak sepenuhnya percaya dengan omongan Cyra.

"Aku kurang percaya dengan gadis ini, bisa saja dia berbohong dan memang ingin menjebak Tuan Felix. Mungkin pun dia adalah suruhan musuh Tuan Muda, untuk menjatuhkan kariernya. Ada baiknya aku harus berhati-hati."

"Tapi, Cyra. Kenapa bajumu sampai bersimbah darah begitu?" Tanyanya, penuh selidik.

"Saat melihat anjing itu bersimbah darah, aku langsung menggendongnya dalam pelukanku. A-ku juga punya peliharaan anjing di kampung."

"Memangnya kami tinggal di mana? Tolong ceritakan tentang kelargamu."

"Aku hanya memiliki seorang Ibu dan seorang adik, mereka tinggal di Desa."

"Terus, kamu kok bisa berada di Jakarta?"

"Aku mendapat bea siswa dari sekolah ku di kampung. Aku nekat ke Jakarta, untuk merubah nasib, Bik. Aku sama sekali tidak ada tujuan buruk untuk merantau ke Ibu Kota." Sedihnya.

"Ternyata kisah hidup gadis ini sungguh memilukan. Tapi aku harus tetap waspada. Bisa saja dia mengarang cerita." Gumam Bik Upik, dalam hati.  

"Bik, bisa kah bibik membantuku keluar dari ruangan ini? Siang ini aku harus ke kampus, Bik." Ujarnya, memelas.

"Saya tidak punya hak untuk membebaskan Anda, Nona Cyra. Karena Anda adalah tawanan Tuan Felix. Di dalam tas itu. Ada baju ganti untuk Anda." Ujarnya, menusuk. 

Bik Upik yang awalnya ramah tiba-tiba menjadi ketus. Tapi sang bibik masih mengingatkan Cyra untuk tetap menjaga kesadarannya.

"Nona, minumlah secukupnya, karena Anda belum tentu diperbolehkan untuk makan. Simpanlah botol minuman yang saya berikan itu di tempat yang aman. Jangan sampai Tuan Felix tahu. Saya permisi dulu."

Cyra memandang lekat-lekat ke arah Bik Upik.

"Bik, tolong saya. Tolong selamatkan saya, Bik." Ujarnya, sambil meraih tangan Bik Upik.

"Maaf, Nona. Saya tidak bisa! Anda jangan memaksa begitu!"

Dengan terpaksa Bik Upik menghempas tangan Cyra sehingga dia terjatuh ke lantai. 

Lalu dirinya melangkah dengan cepat keluar dari ruangan itu.

Sementara di dalam ruangan, Cyra mulai memberontak, terlihat dia beberapa kali menggedor-gedor pintu lalu berteriak. 

"Buka! Buka pintunya! Siapa pun kalian tolong buka pintunya! Aku tidak bersalah! Tolong buka pintunya! Siang ini aku mau kuliah!" Namun teriakan- teriakannya itu, tidak membuahkan hasil sedikit pun.

"Bibik, kenapa gadis itu terus berteriak? Apakah kami harus memberinya pelajaran agar dia bisa diam?" Ujar para bodyguard, itu.

"Hei! Kalian jangan macam-macam dengan gadis itu! Sebelum menerima perintah langsung dari Tuan Felix. Apa kalian mengerti? Awas saja jika kalian berani menyentuhnya! Kalian akan berhadapan dengan saya!" Tegas, Bik Upik.

Walaupun Bik Upik hanya seorang asisten rumah tangga namun dia sangat jago bela diri. Untuk itu seluruh keamanan rumah Felix, sudah menjadi tanggung jawabnya, sepenuhnya.

"Apakah kalian mengerti?" Hardiknya, sambil menatap tajam ke arah bodyguard itu.

Tentu saja para bodyguard itu, bisa melihat kecantikan wajah Cyra dan kemolekan tubuhnya. Jadi Bik Upik mewanti-wanti keduanya untuk tidak mendekati Cyra.

"Bro, apa Lo takut dengan ancaman si Upik abu yang sok berkuasa itu? Kalau gue sih nggak takut!"

"Maaf, Bro. Gue tidak mau mencari gara-gara dengan Bik Upik. Gue sudah kapok! Gue pernah dihajar olehnya. Jadi sudah cukup gue kena bogem mentah nya di masa lalu. Gue sudah tidak mau lagi." Tegas salah satu bodyguard, itu.

"Ah, dasar pengecut, Lo! Memangnya Lo nggak lihat bentuk tubuh wanita itu, sangat menggoda iman para lelaki? Belum tentu Tuan Felix mau dengannya. Apa lagi dia yang menabrak Mopi, anjing kesayangan Tuan Muda. Ayo, kita gilir wanita itu! Gue kebelet nih, gue sedang sangat  berhasrat saat ini!" Bujuk, temannya.

"Maaf banget, Bro. Gue tidak mau mengambil resiko. Jika Lo ingin, lakukanlah sendiri, jangan mengajak gue!" Ucapnya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
ZekWar
Oke............
goodnovel comment avatar
Zekwar77
Lanjut.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status