"Cantik? Kamu kok menangis?" Tanya, Bik Upik.
Lalu dengan hati-hati, Bik Upik melepas lakban yang menutupi mulut gadis itu.Namun herannya, gadis itu menangis tanpa mengeluarkan suara. Dirinya menangis dalam diam."Cantik. Kamu tidak apa-apa? Bagian mana yang sakit?" Cyra tetap tidak bersuara, namun air matanya terus saja menetes. Bik Upik melihat jika kulit mulus Cyra terlihat beberapa luka lecet."Apakah kamu kesakitan?" Air mata Cyra semakin deras."Tunggu sebentar, Bibik mau mengambil air panas dan mengobati lukamu." Namun, dengan cepat Cyra menahan tangan Bik Upik. Seolah-olah, dia takut ditinggal sendiri oleh Bik Upik."Kamu jangan takut. Orang- orang tadi tidak akan kembali lagi. Bibik harus cepat. Nanti Tuan Felix akan kembali dan dia pasti akan mengamuk." Cyra melepas genggamannya, lalu dengan cepat, Bik Upik keluar dari ruangan itu dan menuju ke arah dapur untuk mengambil kotak obat dan air panas.Bik Upik masuk kembali ke dalam gudang. Tapi sebelum itu,"Anda mau ke mana, Bik?" Tanya salah satu dari bodyguard itu."Saya mau masuk lagi! Kenapa, rupanya?""Itu apa di tangan, Anda?""Periksalah sendiri!" Hardik Bik Upik, marah. "Maaf, Bik. Kami harus memeriksanya sesuai perintah Tuan Peter.""Silakan!" Jawab, Bik Upik. Lalu kedua bodyguard itu memeriksa bawaan Bik Upik. Setelah selesai memeriksa dan mengetahui jika tidak ada barang yang mencurigakan, yang dia bawa. Baru keduanya mempersilakan Bik Upik, untuk masuk kembali ke dalam gudang itu.Bik Upik masuk ke dalam gudang dan mendapati Cyra sedang duduk di atas kasur sambil terus meneteskan air matanya."Cantik ... berhentilah menangis, Bibik akan mengobati lukamu." Setelah berkata begitu, satu persatu luka lecet di kulit Cyra, dibersihkan dan diobati olehnya.Bik Upik, akhirnya bisa bernapas lega setelah tahu jika semua luka lecet di atas tubuh gadis itu, sudah dia obati semua.Tak lupa Bik Upik menyodorkan sebotol air mineral untuk Cyra."Minumlah Nona, sebelum Tuan Felix datang." Serunya lagi, kepada Cyra.Cyra yang kehausan segera meminum air mineral itu. "Cantik, botol air mineralnya, Saya sembunyikan di sini." Bik Upik sengaja menyembunyikannya karena dia takut, Felix akan marah besar karena dirinya yang membantu Cyra."Cantik, tolong ceritakan kejadian sebenarnya. Apakah benar kamu menabrak Mopi, anjing kesayangan Tuan Felix?"Cyra meneteskan air matanya dalam diam. Dia terlihat menarik napasnya berkali-kali."Namaku Cyra, Bik ....""Oh, iya. Cyra. Panggil saja saya, Bik Upik." Lalu Cyra pun mulai menceritakan kejadian yang terjadi sebenarnya dalam versinya."Apa? Jadi bukan kamu yang menabrak Mopi?""Bu ... bukan, Bik. Pagi ini saya hendak pergi bekerja dan siangnya saya mau ke kampus. Saya tidak memiliki niat buruk sedikit pun. Tolong percaya kepada saya, Bik." Ujarnya, sambil memelas."Bik, tolong bantu saya keuar dari ruangan ini. Sa ... saya mohon, Bik."Namun Bik Upik, tidak sepenuhnya percaya dengan omongan Cyra."Aku kurang percaya dengan gadis ini, bisa saja dia berbohong dan memang ingin menjebak Tuan Felix. Mungkin pun dia adalah suruhan musuh Tuan Muda, untuk menjatuhkan kariernya. Ada baiknya aku harus berhati-hati.""Tapi, Cyra. Kenapa bajumu sampai bersimbah darah begitu?" Tanyanya, penuh selidik."Saat melihat anjing itu bersimbah darah, aku langsung menggendongnya dalam pelukanku. A-ku juga punya peliharaan anjing di kampung.""Memangnya kami tinggal di mana? Tolong ceritakan tentang kelargamu.""Aku hanya memiliki seorang Ibu dan seorang adik, mereka tinggal di Desa.""Terus, kamu kok bisa berada di Jakarta?""Aku mendapat bea siswa dari sekolah ku di kampung. Aku nekat ke Jakarta, untuk merubah nasib, Bik. Aku sama sekali tidak ada tujuan buruk untuk merantau ke Ibu Kota." Sedihnya."Ternyata kisah hidup gadis ini sungguh memilukan. Tapi aku harus tetap waspada. Bisa saja dia mengarang cerita." Gumam Bik Upik, dalam hati. "Bik, bisa kah bibik membantuku keluar dari ruangan ini? Siang ini aku harus ke kampus, Bik." Ujarnya, memelas."Saya tidak punya hak untuk membebaskan Anda, Nona Cyra. Karena Anda adalah tawanan Tuan Felix. Di dalam tas itu. Ada baju ganti untuk Anda." Ujarnya, menusuk. Bik Upik yang awalnya ramah tiba-tiba menjadi ketus. Tapi sang bibik masih mengingatkan Cyra untuk tetap menjaga kesadarannya."Nona, minumlah secukupnya, karena Anda belum tentu diperbolehkan untuk makan. Simpanlah botol minuman yang saya berikan itu di tempat yang aman. Jangan sampai Tuan Felix tahu. Saya permisi dulu."Cyra memandang lekat-lekat ke arah Bik Upik."Bik, tolong saya. Tolong selamatkan saya, Bik." Ujarnya, sambil meraih tangan Bik Upik."Maaf, Nona. Saya tidak bisa! Anda jangan memaksa begitu!"Dengan terpaksa Bik Upik menghempas tangan Cyra sehingga dia terjatuh ke lantai. Lalu dirinya melangkah dengan cepat keluar dari ruangan itu.Sementara di dalam ruangan, Cyra mulai memberontak, terlihat dia beberapa kali menggedor-gedor pintu lalu berteriak. "Buka! Buka pintunya! Siapa pun kalian tolong buka pintunya! Aku tidak bersalah! Tolong buka pintunya! Siang ini aku mau kuliah!" Namun teriakan- teriakannya itu, tidak membuahkan hasil sedikit pun."Bibik, kenapa gadis itu terus berteriak? Apakah kami harus memberinya pelajaran agar dia bisa diam?" Ujar para bodyguard, itu."Hei! Kalian jangan macam-macam dengan gadis itu! Sebelum menerima perintah langsung dari Tuan Felix. Apa kalian mengerti? Awas saja jika kalian berani menyentuhnya! Kalian akan berhadapan dengan saya!" Tegas, Bik Upik.Walaupun Bik Upik hanya seorang asisten rumah tangga namun dia sangat jago bela diri. Untuk itu seluruh keamanan rumah Felix, sudah menjadi tanggung jawabnya, sepenuhnya."Apakah kalian mengerti?" Hardiknya, sambil menatap tajam ke arah bodyguard itu.Tentu saja para bodyguard itu, bisa melihat kecantikan wajah Cyra dan kemolekan tubuhnya. Jadi Bik Upik mewanti-wanti keduanya untuk tidak mendekati Cyra."Bro, apa Lo takut dengan ancaman si Upik abu yang sok berkuasa itu? Kalau gue sih nggak takut!""Maaf, Bro. Gue tidak mau mencari gara-gara dengan Bik Upik. Gue sudah kapok! Gue pernah dihajar olehnya. Jadi sudah cukup gue kena bogem mentah nya di masa lalu. Gue sudah tidak mau lagi." Tegas salah satu bodyguard, itu."Ah, dasar pengecut, Lo! Memangnya Lo nggak lihat bentuk tubuh wanita itu, sangat menggoda iman para lelaki? Belum tentu Tuan Felix mau dengannya. Apa lagi dia yang menabrak Mopi, anjing kesayangan Tuan Muda. Ayo, kita gilir wanita itu! Gue kebelet nih, gue sedang sangat berhasrat saat ini!" Bujuk, temannya."Maaf banget, Bro. Gue tidak mau mengambil resiko. Jika Lo ingin, lakukanlah sendiri, jangan mengajak gue!" Ucapnya."Ha-ha-ha-ha! Dasar pecundang!" Lalu salah satu dari bodyguard itu, masuk ke dalam gudang itu."Silakan lakukan, semaumu!" Seru yang lainnya. Namun dia terlihat sedang menelpon seseorang saat ini.Cyra yang sedang menangis langsung kaget saat ada seorang pria bertubuh tegap dan berisi masuk ke dalam ruangan itu."Tuan, apakah Anda datang untuk mengeluarkan saya dari tempat ini?" Tanyanya, penuh harap.Namun sang bodyguard tersebut tidak menyahut. Dia fokus melihat wajah berantakan dari Cyra yang semakin membuat hasratnya naik ke angkasa tinggi."Nona Cantik. Aku tidak memiliki wewenang untuk mengeluarkanmu dari ruangan ini. Tapi aku akan memberimu satu kenikmatan yang tiada tara dan mungkin tidak akan Anda lupakan selamanya, Nona!""Anda mau ngapain! Jangan mendekat!" Namun bodyguard itu tidak menggubris perkataan Cyra. Dia mulai menanggalkan pakaian yang melekat di tubuhnya, satu per satu."Nona, tolong bekerja samalah. Biar Anda juga merasakan kenikmatan.""Tidak, jangan lakukan in
Cyra berdiri di tengah-tengah ruangan pribadi milik Felix dengan kepala menunduk.Sementara Felix sendiri menatap tajam ke arahnya dengan tatapan ingin menghabisinya sekarang juga."Siapa namamu?" Hardik Felix.Namun Cyra memilih diam. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Dia sangat ketakutan saat ini."Jawab, bangsat!" Hardiknya lagi.Cyra meneteskan air matanya. Dia masih tetap diam. Namun tidak dengan Felix, dia sudah tersulut emosi karena wanita itu memilih diam dan tak bersuara."Kurang ajar! Lo berani melawan gue, hah!" Dengan cepat dia melangkah menuju kepada gadis itu, lalu mencekeram mulutnya kuat.Air mata Cyra mulai menetes. "Siapa nama mu, goblok! Kenapa Lo diam saja! Apa Lo bisu? Atau tuli, hah?" Cengkraman tangan Felix semakin menyakiti Cyra. Namun dirinya tetap membisu dia menatap sendu ke arah Felix. "Sial! Kenapa tatapan wanita ini terasa dekat denganku? Siapakah dia sebenarnya?" Gumamnya, dalam hati.Namun Felix lebih memilih emosi yang sudah memuncak dal
"Cih! Banyak ngatur, Lo!" Ketus Felix. Lalu melangkah menuju ke ruangan di mana Cyra sedang berada.Bersamaan dengan itu dokter Galang tiba di kediaman Felix."Selamat datang Pak dokter, mari silakan masuk." Ujar, Bik Upik.Dokter Galang hanya mengangguk dan mengikuti langkah Bik Upik, masuk ke dalam rumah.Pintu di buka dari luar, terlihat wajah khawatir dari Felix yang dia perlihatkan saat ini."Bro, kok Lo lama banget datangnya, gue sangat khawatir dengan keadaannya." Ujarnya dengan sedih. Saat ini Felix sedang duduk di tepi ranjang sambil menggenggam tangan dingin Cyra."Maaf Bro, tadi jalanan sedikit macet." Jawab sang dokter lalu mulai memeriksa Cyra. Ternyata dokter Galang adalah salah satu orang kepercayaan orang tuanya, yang mengelola sebuah rumah sakit milik keluarganya. Jadi mau tidak mau, Felix harus bersandiwara di depan dokter itu."Gadis ini, siapa?" Tanya sang dokter, sambil mulai memeriksa tekanan darah Cyra."He-he-he, dia calon istri gue, Bro." Jawabnya, cengengesa
Sementara Felix yang terbuai dengan manisnya bibir Cyra mulai kembali melahapnya. Cyra tak dapat berontak karena Felix menahan tengkuknya."Tuan Muda, kami masih ada di sini." Seru dokter Galang, menusuk.Sementara Peter menatap tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat."Apakah beliau, Tuan Felix? Kenapa dia berubah seperti itu?" Felix yang terkesan sangat dingin kepada wanita selama ini, membuat Peter seakan tak percaya dengan tingkah Felix yang sangat mengejutkan itu.Felix langsung tersadar, "eh iya, dok. He-he-he, maklum ya dok. Kami adalah pasangan baru, jadi wajar jika saling bermesraan begini. Bukan begitu, Sayang?" Seru Felix lalu mencuri sekali lagi satu ciuman di bibir Cyra, dengan kasar."Shit! Kenapa bibirnya serasa candu bagiku! Apakah aku sudah gila? Kenapa aku begitu mudahnya tergoda dengan Si jalang ini!" Gerutunya, dalam hati.Cyra kembali tersentak dengan adegan ciuman kilat yang dilakukan oleh Felix untuknya.Cyra menatap tidak suka ke arah Felix."He-he-he,
Keesokan harinya. Sudah dua puluh empat jam lebih, Cyra menghilang.Lio, sang sahabat kembali mendatangi kantor polisi pagi ini. Lio membuat laporan orang hilang. Semua mengarah kepada ciri-ciri Cyra.Sebenarnya Lio sudah sejak kemarin khawatir dengan keberadaan Cyra yang tidak muncul-muncul juga di tempat mereka janjian. Setelah malam pun tiba, Cyra tetap tidak muncul juga.Malam itu, Lio mulai mendatangi kantor polisi untuk melaporkan orang hilang. Namun sayangnya, laporannya tidak dapat diproses lebih lanjut karena belum tepat dua puluh empat jam Cyra menghilang.Makanya pagi ini, setelah dua puluh empat jam Cyra menghilang, Lio kembali datang ke kantor polisi untuk melaporkan menghilangnya Cyra.Dan berita menghilangnya Cyra mulai tersebar di media elektronik dan media sosial."Tuan Muda! Gawat!" Seru Peter kepada Felix, yang saat ini sedang berada di kantor tepatnya di ruang pribadi miliknya.Felix yang baru saja selesai meeting, langsung disambut dengan wajah tegang milik Peter.
"Hai semuanya, nama saya Janu Benizal. Saya adalah saudara kandung dari Cyra Alesha yang diberitakan sebagai orang hilang. Saya memberitahukan kepada Anda semua. Jika Kakak saya, Cyra tidak sedang menghilang. Akan tetapi saat ini dia sedang berada di rumah salah keluarga kami yang berada di Jakarta. Demikian informasi dari saya." Lalu di layar terlihat Cyra yang sedang membaca beberapa buku di sebuah ruangan mewah.Felix semakin tersenyum puas. Rencana awalnya berhasil dengan sempurna.Janu barusan melakukan konferensi pers dan menginformasikan jika Cyra tidak menghilang dan baik-baik saja.Lio yang sedang berada di rumahnya, juga ikut melihat berita konferensi pers itu. Walaupun dia sedikit lega jika Cyra baik-baik saja saat ini. Namun, sisi hatinya yang lain mengatakan jika ada sesuatu hal yang menimpa sahabatnya itu."Aku harus mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya." Gumam Lio, dalam hati."Apakah ada hal lain yang ingin saya lakukan untuk Anda, Tuan?" Mata Janu seketika menjadi
"Hei, kenapa kalian meninggalkanku di sini?" Seru Cyra, lalu melangkah menuju ke pintu yang telah tertutup rapat itu."Buka pintunya! Buka! Tolong buka pintunya! Aku hanya ingin bertemu dengan adikku!" Cyra mulai, menangis."Tuhan, apa yang harus ku lakukan untuk keluar dari sini?" Lirihnya, sambil mengeluarkan air matanya."Bagus juga sandiwara, Lo!" Puji Felix kepada Janu. Saat ini mereka berada di markas milik Felix yang mirip dengan penjara, karena ada beberapa sel di sana. Kedua polisi tadi juga adalah anak buahnya, yang menyamar sebagai polisi."Ini milik, Lo." seru Felix, lalu memberikan koper yang berisi rupiah yang banyak kepada Janu."Lo akan diantar oleh anak buah gue sampai ke desa, Lo. Untuk memastikan jika Lo tidak akan kembali lagi ke sini dan mulai melakukan kekacauan, lagi.""Siap, Tuan. Saya pasti akan menepati janji.""Tapi, Tuan. Bolehkah saya berbicara kepada kakak saya sebentar, saja?""Memangnya, Lo mau mengatakan, apa?""Saya hanya mau berpamitan kepadanya, untu
"Bagaimana dengan Si Jalang itu?" Tanya Felix, kepada Bik Upik.Saat ini dirinya sedang menikmati makan malamnya sendiri di meja makan.Sejak dulu Felix selalu makan sendiri di meja makan dan hal itu sudah menjadi kebiasaannya, sejak kecil."Maaf, Tuan Muda. Dari tadi pagi, Nona Cyra tidak mau makan." Lapor Bik Upik."Kurang ajar! Jadi dia berani melawanku?" Kesal, Felix.Felix hendak meninggalkan meja makan namun Peter menahannya."Tuan Muda, jaga emosi Anda. Kita masih membutuhkan foto Nona Cyra." Peter sudah menduga, jika Felix akan melakukan sesuatu kepada Cyra. Untuk itu, dia menasihatinya lebih dulu."Tapi saat ini kami sudah sah menikah secara hukum, bukan?" Tanya Peter."Semua sudah sah, Tuan. Hanya saja buku nikahnya masih belum keluar karena masih dalam pengurusan. Untuk itu, diperlukan foto Anda dan foto Nona Cyra untuk dicantumkan ke dalam buku nikah itu." Ucap Peter panjang lebar.Namun emosi Felix, mengalahkan akal sehatnya. Dia menghempas tangan Peter yang menahannya da