Share

Dua

Lana mengernyit dengan mata masih terperjam. Kemudian, ia tersentak, dan matanya terbelalak kaget. Pemandangan yang dilihatnya begitu bangun adalah pria iblis itu, Mikail.

Dia ... sedang apa di sini?

Lana sontak duduk dan beringsut menjauh. Ia menyadari bahwa saat ini tubuhnya tanpa mengenakan pakaian dan hanya ditutupi oleh selimut putih. Keadaan Mikail nyaris sama dengannya. Apakah dia dan Mikail telah....

"AKH, TIDAK!" jerit Lana sangat kencang karena sangking syoknya, yang membuat Mikail terbangun.

"Hmm, ada apa? Pagi-pagi udah berisik?"

Lana tak mengindahkan gumaman Mikail, sibuk pada dirinya sendiri yang masih bingung dan syok dengan kejadian hal ini seraya bergumam, "Apa yang terjadi? Nggak mungkin kan aku sudah tidur dengan pria itu? Nggak! Nggak mungkin!"

"Apanya yang nggak mungkin?" tanya Mikail, tahu-tahu sudah duduk seraya memangku dagunya. Dan yang membuat Lana geram, Mikail malah tersenyum geli menatapnya.

"Kau! DASAR BEJAT! Kau apakan aku? Kau memperkosaku saat aku tidur? Rendahan! Cuih!" cerocos Lana, tanpa takut menghina dan membentak pria iblis itu.

Mikail memiringkan kepala. "Bagus dong? Kau tidak perlu merasa sakit saat kurobek selaput daramu itu!" balasnya sembarangan tanpa disaring dulu kata-katanya.

"APA?!" Lana meradang, menerjang Mikail dengan satu tangan, bermaksud mencakar wajah pria itu.

Akan tetapi, mudah sekali bagi Mikail melumpuhkannya dengan menangkap tangan Lana, lalu membating Lana di atas ranjang. Lana mendelik, pria itu menindihnya. Tangan satunya ia gunakan untuk mendorong pria itu, dan lagi, Mikail dengan cepat menangkapnya. Senyum menang Mikail terkembang.

"Lana, menyerah saja." Mikail mendekatkan wajahnya, Lana menahan napas selama detik-detik itu. "Kau milikku sekarang."

Mikail menjauh, ingin tahu bagaimana ekspresi wajah gadis itu. Tapi keterkejutan Lana hanya sekejab, kejutan bagi Mikail karena Lana justru meradang mendengar ucapan itu.

"Milikmu? Hanya karena kau sudah menyentuhku, kau masih belum berhak memilikiku!" lawan Lana tegas.

Senyum mencemooh Mikail bertambah lebar. "Oh, ya? Kalau begitu tunggu saja. Akan kubuat kau mengakui bahwa tubuhmu ini sudah menjadi milikku."

Seakan mengerahkan seluruh tenaganya, Lana menghentakkan kedua tangannya yang dikekang oleh lengan kekar Mikail, meskipun sia-sia. Kebencian Lana menyala-nyala dalam hati, sampai napasnya terengah-engah menahan kegeramannya.

Sudah cukup mempermainkannya, Mikal beranjak dari ranjang. Tanpa malu pria itu memperlihatkan tubuh kekar tanpa busana di depan Lana ketika meraih piyamanya yang tergeletak di lantai. Lana terhenyak, sontak memalingkan wajahnya yang memerah.

Apa-apaan pria itu?

Mikail pergi tanpa kata, Lana baru bisa menghela napas panjang begitu pria itu lenyap dari balik pintu. Kemudian, Lana menjelajahi pandangan ke sekitar kamar.

"Ini di mana? Rumah Mikail?" gumamnya.

Sebelum melakukan penyamaran, Lana mencari tahu semua hal tentang Mikail, termasuk alamat rumahnya. Setahunya, rumah Mikail berlokasi di daerah pinggiran kota. Jauh sekali pria itu sampai membawanya ke sini.

Tapi, bagaimana ia bisa sampai di sini?

"Coba aku ingat-ingat."

Dahi Lana mengernyit, berpikir keras mengulang kejadian beberapa jam yang lalu. Ketika penyamarannya terbongkar, Lana dibawa keluar oleh salah satu pengawal Mikail dengan menggendong Lana di pundaknya.

Ia masih ingat tatapan heran dari para penggawai kala melewati lorong kantor. Tak ada satu pun dari mereka yang menolong, hanya menontonnya karena mungkin takut pada Mikail yang terkenal dengan sebutan "iblis tampan". Mereka akan mendapatkan hukuman kejam dari pria itu, jika sampai ada yang melawannya.

Meski tahu mustahil, Lana masih berharap bisa melepaskan diri dengan meronta seraya memukul-pukul pundak pengawal itu. "LEPASKAN SAYA! KAMU DENGAR TIDAK, PENGAWAL BODOH!"

Pria itu sebenarnya tersinggung, tapi tak langsung membalas. Kata Mikail, jika wanita itu melawan, sekap saja di bagasi mobil. Ia akan melakukan perintah itu sekalian membalas umpatan kasar Lana yang ditujukan padanya.

Tubuh Lana main dihempaskan ke dalam bagasi. Lana masih sempat ingin melarikan diri, tetapi pengawal yang satunya dengan sigap membekap mulut Lana dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Dalam beberapa detik, Lana tak sadarkan diri.

Hanya sampai itu ingatannya terhenti, setelah itu Lana tak tahu apa yang terjadi, tahu-tahu sudah berada di kamar ini dalam keadaan tanpa busana bersama dengan Mikail.

Tiba-tiba ia terkesiap dan turun dari ranjang. Lana memeriksa seprai putih yang menutupi ranjang. Ia mengernyit. "Kok nggak ada bercak darah? Katanya, kalau pertama kali berhubungan intim, biasanya vagina terasa sakit. Tapi aku nggak merasakan apa-apa," gumamnya heran.

Jangan-jangan Mikail membohonginya? Mungkin saja tadi malam tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Kalau memang seperti itu....

Senyum Lana terkembang lebar, lalu melompat kegirangan. "Yeay! Berarti aku masih perawan dong? serunya senang. "Eh, tapi ... kenapa pria itu melakukan semua ini? Apa maksudnya coba, membohongiku kayak gini? Norak banget caranya!"

Ah, masa bodo! Sekarang, waktunya mandi, habis itu memikirkan cara untuk keluar dari sini.

Lana berputar mencari pakaiannya yang mungkin saja tergeletak di lantai. Tapi ... tidak ada di manapun?

"Mana bajuku?" gumamnya heran.

Suara pintu diketuk mengalihkan perhatiannya, Lana tertegun tanpa berseru untuk mencari tahu siapa sosok di balik pintu. Siapa itu? Mikail? Ngapain dia balik lagi ke sini?

Mata Lana bergerak cepat mencari sebuah benda, dan tatapannya berhenti pada botol wine yang ada di atas meja dekat ranjang. Diraihnya botol itu, berlari di balik pintu dan bersembunyi.

Pintu dibuka dari luar. Jantung Lana berpacu kencang, jemarinya menggenggam erat leher botol, mempersiapkan diri mengayunkan botol itu ke kepala Mikail di saat pria itu muncul.

Dan ketika tampak seorang pria melangkah masuk, Lana langsung menghantam kepala pria itu dengan botol. Pria itu mematung, menoleh pada Lana dengan mata mendelik.

Lana ternganga dengan wajah memucat. Pria yang dipukulnya bukan Mikail, melainkan pria asing lainnya yang wajahnya tampak familiar.

Kepala pria itu mulai mengeluarkan darah. Dia mengusap kepalanya, lalu melihat bercak darah yang ada di telapak tangannya yang gemetaran. Tak lama kemudian, pria itu terjatuh di lantai.

Lana panik melihat tubuh pria itu terkapar. Apa pria itu sudah mati?[]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status