Share

Bab 3. Perkenalan

"wow mengejutkan. Seorang Lara yang lugu dan polos menjelma menjadi wanita yang cantik dan seksi," imbuh laki-laki tersebut yang terusemandang Lara dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Lepaskan!" geram Lara dengan bibir gemelatuk menahan emosi.

"Aku kira kamu sudah mati, Lara. Ternyata aku salah, kamu malah berubah menjadi wanita yang sangat menggai-rahkan," laki-laki tersebut menjawil dagu belah milik Lara membuat si empunya membuang muka secara kasar.

"Masih jual mahal rupanya," imbuhnya dengan kekehan yang sangat membuat Lara muak.

"Lepaskan aku, Broto baji-ngan!" Lara meludah kearah laki-laki yang bernama Broto membuat laki-laki yang usianya sepantaran dengan almarhum Ayah Lara itu tersenyum remeh.

"Sudah berani rupanya kamu denganku. Tidak ingatkah kamu saat menangis memohon ampun di bawahku dulu. Saat aku menikmati tubuh indahmu itu," lagi-lagi Broto terkekeh.

"Breng-sek kamu, baji-ngan tengik."

"Sekarang berapa hargamu semalam?" lagi, Broto seolah sangat senang bermain-main dengan Lara yang terbakar emosi.

Lara kembali meludah ke wajah Broto membuat Broto mengangkat tangan hendak menampar Lara yang masih menatap matanya dengan Nyalang.

"Bapak!" sebuah seruan menghentikan tangan Broto yang terangkat di udara.

"Urusan kita belum selesai. Pergi dan jangan sampai Fadil melihatmu! ingat kalau kamu tidak sebanding dengan anakku, Pela-cur!" Broto mendorong Lara hingga tersungkur lalu keluar dari lobi untuk bertemu anak semata wayangnya.

Lara bangkit hendak mengejar mobil yang Broto tumpangi bersama Fadil. Ia ingin Fadil tahu bagaimana ayahnya yang sesungguhnya.

"Fadil," teriak Lara saat mobil yang Fadil kendarai telah melesat dengan cepat meninggalkan halaman hotel yang begitu luas.

"Sialan!" makinya dengan napas terengah.

"Lara," Andin menepuk bahu Lara membuat ia sedikit terlonjak kaget.

Lara memandang Andin yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Penampilan Andin terlihat lebih segar dengan senyum yang merekah dibibir merahnya.

"Kamu ngeliatin apa?" tanya Andin sembari melihat kearah depan, tempat dimana juragan Broto menghilang bersama mobil berwarna hitam miliknya.

"Nggak ada," jawab Lara terbata.

Selama Lara berada di tempat baru, tak seorangpun tahu keadaan yang sebenarnya menimpa dirinya di masa lalu. Ia menutup rapat-rapat cerita masa lalunya termasuk tentang Fadil.

"Kamu yakin?" tanya Andin memastikan.

Dengan sedikit ragu Lara mengangguk. Berusaha menekan perasaan sakit dan amarah yang ada di dalam dada.

"Ya sudah kalau begitu lebih baik kita langsung berangkat, takut telat soalnya," ajak Andin menggandeng lengan Lara.

Lara mengikuti Andin yang berjalan terburu-buru.

"Pelan-pelan, Andin!" pinta Lara saat tangannya terlepas dari tangannya.

"Kamu lama, Ra. Kita bisa telat!" gerutu Andin pada Lara yang justru berhenti dan membenarkan sepatu hak yang kaitannya hampir terlepas.

"Taksi!" Andin menghentikan sebuah taksi yang kebetulan melintas di depannya.

"Tapi."

"Udahlah, Ra. Bayaran aku kali ini lumayan gede jadi tidak apa-apa kalo naik taksi. Aku bisa bayar, kok tenang aja," ujar Andin sembari membuka pintu penumpang.

Lara mengikuti Andin melakukan hal yang sama. Duduk bersebelahan dengan Andin yang terlihat lebih segar dari terakhir kali bertemu.

"Kamu keliatan seneng banget, deh," ujar Lara menyenggol bahunya yang tak terbalut kain.

"Aku dapat bonus banyak dari yang nyewa aku semalam. Gi-la banget itu orang duitnya gepokan," jawab Andin dengan ekspresi takjub yang kentara.

"Siapa memanganya?"

"Gak tahu. Dia gak ngenalin namanya," cengir Andin tanpa rasa berdosa.

Berteman dengan Andin membuat Lara seolah tidak canggung membicarakan hal-hal yang dulu sangat ia hindari. Pergaulan dan pekerjaannya menuntut ia harus mau hidup berdampingan dengan para penjajah tubuh seperti Andin.

Andin bercerita banyak hal tentang laki-laki yang menurutnya sangat baik membuat Lara menanggapi sekenanya saja.

"Sudah sampai, Mbak," ujar sopir taksi menghentikan sesi bercerita Andin yang sepertinya masih panjang.

"Ini, Pak uangnya. Ambil saja kembaliannya," Andin menyerahkan beberapa uang berwarna merah untuk membayar taksi yang mereka tumpangi.

"Ayo!" ajak Andin saat lara hanya diam memandangnya yang telah membuka pintu.

"Eh, ayo."

Lara berjalan beriringan dengan Andin yang terlihat menyapa beberapa pria yang melintas hendak memasuki club'. Ada beberapa pria yang Lara kenal yang merupakan pengunjung tetap club' tempatnya bekerja dan mungkin ada di antara mereka yang pernah bersama Andin.

"Hai cantik," sapa seorang pria yang tiba-tiba memeluk pinggang Andin dan mengecup pipinya.

"Hai," balas Andin dengan gaya manjanya.

Lara lihat pria tersebut membisikkan sesuatu ketelinga Andin sebelum pergi meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri di depan club' milik Rio.

"Siapa dia?" tanya Lara penasaran pada Andin.

"Dia? Ramon, biasalah, langganan," Andin terkekeh dengan entengnya. "Mau aku kenalin gak? Lumayan loh," imbuhnya seraya menggosokkan jempol dengan jari telunjuknya beberapa kali di depan wajah Lara.

"Dasar!" Lara menoyor kepala Andin hingga ke belakang membuat si empunya justru tertawa terbahak karena ulahnya.

Malam semakin larut, dentuman musik DJ semakin menggema dengan situasi yang semakin riuh oleh tepuk tangan dan sorak dari pengunjung setiap DJ cantik yang berpenampilan seksi itu bergoyang dengan penuh energik.

Lara duduk di salah satu kursi yang di sediakan di depan meja bartender, menopang dagu dengan mata yang hampir terpejam.

Entah mengapa malam ini rasanya ia sangat lemas dan mengantuk. Mungkin karena kurang tidur akibat terlalu memikirkan Fadil membuatnya tidak bisa memejamkan mata dengan tenang.

"Ra, ada yang cari kamu, tuh," ujar seorang bartender yang sering menggantikan Rio.

Lara yang hampir memejaman mata langsung membuka mata dengan lebar. Merasa heran karena tidak biasanya ada pengunjung yang mencarinya mengingat ia yang tidak terlalu terekspose dibanding karyawan lainnya.

Lara berjalan dengan menebak-nebak orang yang mencariku.

"Lara!" panggil seseorang yang suaranya terdengar asing untuknya.

Lara menoleh, mencari siapa yang telah memanggilnya. Dalam riuhnya pengunjung ia dapat melihat seseorang yang menerobos kerumunan untuk berjalan menghampirinya.

Lara mengernyit, mencoba mengenali pria yang tengah berjalan dengan tenang kearahnya.

"Hai, cantik. Boleh kenalan?" tanya pria tersebut terlihat ramah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status