Share

Bab 0002

Akhirnya, akad nikah berlangsung. Dalam balutan duka, dimana mendiang Seryl pun masih basah tanah kuburannya itu akad nikah dilangsungkan.

Kedua orang tua Shila dan Xander memutuskan pernikahan tersebut semalam melalui telepon.

Tepat pukul delapan pagi, akad nikah berlangsung khidmat dan sangat sakral.

Air mata Shilla menetes, bukan karena dia kecewa dengan pernikahannya yang mendadak ini melainkan dia membayangkan jika yang seharusnya berdiri disini hari ini adalah sang kakak-Seryl.

Resepsi yang ditiadakan oleh Ghani dan besannya mengingat masa berdukanya, membuat prosesi pernikahan hanya sampai pada akad nikah semata. Semua undangan pun hanya lewat saja, mengingat kecanggungan luar biasa hebat dimana semua orang mengetahui jika sang mempelai meninggal dengan tragis tepat dimalam sebelum pernikahannya ini.

Siang hari, tanpa menunggu lebih lama lagi rombongan besan berpamitan. Tak terkecuali Xander yang langsung membawa Shilla pergi.

"Ayah, Ibu aku pamit." ucap Shilla kepada kedua orang tuanya.

"Hati-hati disana ya nak. Kabarin ibu kalau ada apa-apa." ucap ibunya kepada Shilla.

Raut wajah dingin Xander yang sedikitpun tak ramah membuat Shilla mempercepat pamitannya itu. Setelah menitipkan kedua orang tuanya kepada saudara-saudaranya disana Shilla kemudian masuk ke mobil yang menunggunya sejak tadi.

Perlahan, Xander melajukan mobilnya keluar dari halaman yang sangat luas ini. Mobil terus melewati deretan pemukiman padat dan sampailah mereka di ujung desa yang menghubungkannya dengan jalanan beraspal kota yang lebih lebar.

Mobil semakin cepat melaju, Shilla hanya bisa menahan nafasnya dan berulangkali menutupkan matanya karena sangat ngeri dengan Xander yang mengemudikannya sangat kencang menyalip satu demi satu kendaraan didepannya.

'Bissmillahirrahmannirrahiim.' ucap Shilla dalam hatinya.

Mobil menikung dan mulai masuk ke jalan tol. Ini adalah kali pertamanya SHilla meninggalkan kota kelahirannya sejak dua puluh satu tahun yang lalu hidupnya.

Sebuah kota metropolitan yang akan ditujunya ini adalah kota dengan segala hingar bingar dan gemerlapnya. Selama ini Shilla menyaksikkannya sekedar dari berita saja. Berbeda dengan Shilla, mendiang Seryl justru sudah lama tinggal di kota metropolitan itu tepatnya setelah lulus SMA karena Seryl memilih bekerja di perantauan.

Shilla tak terlalu tahu pekerjaan Seryl karena saudarinya itu sangat jarang berkomunikais dengannya sejak bekerja disana. Yang Shilla ketahui, jika mendiang Seryl kemudian menjadi sangat dibanggakan oleh kedua orang tuanya karena diangap telah berhasil di luar kota. Sedangkan Shilla, sejak keluar dari SMA memilih berwiraswasta bermodalkan uang yang dikumpulkannya sendiri dengan membuka toko bunga dan jasa gardener di rumah keuda orang tuanya itu.

Mata Serryl menggenang, dua jam perjalanan telah berlalu namun sedikitpun Xander tak berbicara padanya. Sementara deretan mobil keluarga Xander sudah melaju lebih dulu karena sudah berangkat lebih awal.

Perlahan, Xander menurunkan kecepatan mobilnya. Mobil keluar dari jalan tol dan mulai memasuki jalanan kota yang sangat macet juga ramai di sana-sini. Deretan gedung menjulang tinggi menghiasi sisi kiri dan kanan jalan.

Setengah jam kemudian, mobil memasuki sebuah kawasan elite perumahan yang memiliki gerbang sangat tinggi dengan pengamanan cukup ketat di gerbangnya.

"Sore Tuan." ucap sekuriti yang berjaga menyapa Xander.

Namun suaminya itu hanya diam saja tak menjawabnya.

"Makasih ya pak." ucap Shilla mewakili suaminya menjawab.

'tepp'

Mata bersorot tajam dengan bola mata yang hitam legam di sebelah kanannya langsung mendelik kepada Shilla,

"Maaf." ucap Shilla yang merasa jika suaminya marah oleh sikapnya tadi.

Mobil terus melaju, deretan perumahan sangat asri dan juga luas ini begitu mewah dimata Shilla.

Didepan sebuah rumah, Xander mengehntikan mobilnya.

'tiiiinnn'

Xander menekan klakson mobilnya. Seorang penjaga bergegas membuka pintu pagar rumah tersebut.

'mungkin ini rumahnya.' gumam Shilla dalam hatinya.

Mata Shilla menatap kesana kemari namun rumah ini geitu sepi.

'Kemana semua orang?' ucap Shilla dalam hatinya bertanya.

Dia berfikir jika ini adalah rumah orang tua suaminya.

"Masuk, ini rumah kita." ucap Xander kepada Shilla.

Shilla mengangguk, dan dia mengikuti langkah suaminya menuju bagian dalam rumah. Wanita ini tak membawa barang apapun meski itu hanya sepasang pakaian karena Xander tak mengijinkannya.

'tapp'

'tapp'

Langkah Xander mulai menaiki anak tangga, namun pria itu menghentikkan langkahnya karena Shilla hanya berdiri diam di bawah sana.

"Heyy Bodoh! Ayo naik! Kamar kita disini." ucap Xander sambil menatap Shilla dengan raut yang kesal.

Shilla kemudian segera mengikutinya.

'ceklek'

Shilla masuk dibelakang Xander. Sebuah kamar sangat luas yang nyaris seukuran rumahnya terhampar di depan matanya.

Semua barang di dalam ruangan ini didesain khusus dan sangat apik.

'degg'

Jantung Shilla mendadak berdegup kencang ketika melihat sebuah foto sangat besar menempel di didnding kamar tepat di depan tempat tidurnya.

"Dia kekasihku jika kau mau tahu. Sudah, kau tidur disini mulai sekarang. Bajumu ada disana semua." ucap Xander sambil menunjuk ke sebuah ruangan di bagian dalam kamar.

Pria itu bergegas pergi setelahnya.

'hikz'

Shilla tak mampu menahan air matanya, baru beberapa jam yang lalu dia dinikahi oleh Xander dan kini pria itu justru baru saja mengenalkan kekasihnya kepada Shilla.

Air mata Shilla terus berjatuhan, dia sudah cukup mengerti jika pernikahannya ini tak akan pernah sama seperti yang lainnya. Namun dia tak menyangka jika akan sesakit ini melewatinya.

Kamar yang luas untuknya itu dihiasai oleh foto kekasih suaminya yang berbingkai emas.

'shhhh' [suara aliran air di kran]

Shilla memilih untuk menenangkan dirinya dengan berwudhu.

Benar saja, aliran air yang mensucikannya itu menjadi obat penenang jiwanya yang sangat gundah gulana. Langkah kecil Shilla kini mulai menyusuri setiap sudut kamar untuk mencari alat shalat.

Shilla yang tak membawa apa-apa itu bahkan meninggalkan seperangkat mahar yang diberikan oleh suaminya di rumah kedua orang tuanya.

'dimana tempat shalatnya yaa?' gumam Shilla dalam hatinya.

Wanita ini kemudian melangkah keluar kamar untuk mencari ruangan shalat. Rumah yang sangat besar ini pasti memiliki ruang khusus untuk shalat, begitulah fikirnya.

"Aku marah padamu, kenapa kau menerimanya sich?" tersengar suara seseorang merengek manja dari balik dinding ruang makan didepan Shilla.

"Tidak Leona sayang, kau jangan marah. Aku hanya akan menikahi gembel itu dua tahun saja hingga semua perusahaan papa beralih kepemilikannya. Dan setelah itu aku akan menceraikannya. Tenanglah, kau masih tetap bebas dirumahku ini sayang." ucap Xander kepada kekasihnya itu.

'blaarr'

Sebuah kenyataan pahit baru saja terdengar di inderanya, tubuh Shilla melunglai mendengarnya. Wanita ini tak menyangka sedikitpun jika pernikahan ini ternyata juga sangat terpaksa untuk suaminya itu.

Dalam diamnya, Shilla yang tak sengaja menguping, akhirnya mengetahui kenyataan mengenai seperti apa suaminya itu.

"Aku tak suka dia berada di kamar kita. Kau juga lebay banget sich sampai memenuhi lemari pakaian di kamar dengan semua keperluan gembel itu." ucap Leona sambil mengerucutkan bibirnya.

"Jika kau tak suka, aku akan memindahkannya ke kamar tamu." ucap Xander tanpa mempertimbangkan perasaan isterinya sedikitpun.

"Itu lebih baik, atau aku tak akan memberimu jatah malam ini." ancam Leona mengintimidasi Xander.

"Jangan sayang, kau tahu jika aku tak bisa melewatkan keindahan tubuhmu ini semalampun." ucap Xander sambil langsung menggerayangi tubuh Leona.

Pria itu tak menyadari sedikitpun jika sejak tadi Shilla berada di balik dinding mendengarkan perbincangan mereka. Shila hanya diam, dengan jantung yang berdetak makin cepat ketika Xander dan Leona melewatinya begitu saja.
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Virgo Vivi
geram aku sama Xander...klo udah bucin sama Shilla baru tahu rasa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status