Share

Bab 3 Sebuah Kejanggalan

"Gaes, apa kalian merasakan sebuah kejanggalan di sini?" tanya Alma dengan sedikit berteriak pada keenam temannya yang berjalan di depannya.

"Kejanggalan apa, Al? Aku sama sekali tidak merasakan apa-apa, kecuali rasa lelah karena sejak tadi hanya melihat hutan dan hutan lagi. Aku ingin cepat istirahat rasanya," jawab Santi yang berjalan persis di depannya.

"Ish, kamu ini, San. Bagaimana dengan kalian apa di antara kalian ada yang merasakan keanehan di tempat ini?" seru Alma mengulangi pertanyaannya pada teman-temannya yang lain.

Mendengar seruan Alma, Rusdi yang memimpin rombongan remaja pendaki itu pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, lalu menghampiri Alma yang berada di baris kedua dari belakang.

Melihat Rusdi mendatangi Alma, semua temannya yang lain pun mengikuti jejak langkahnya. Semua mengerumuni Alma dan bertanya apa maksud dari pernyataan gadis itu barusan

"Ck, kalian ini! Apa di antara kalian tidak melihat atau merasa ada sebuah keanehan di tempat ini?" Alma berdecak kesal karena keenam temannya itu tidak mengerti apa maksud ucapannya tadi

"Keanehan apa yang kamu maksud, Al? Kami sama sekali tidak merasakan apa-apa, ya, kan, gaes?" Rusdi bertanya teman-temannya yang lain seolah ingin menegaskan bahwa itu adalah kekeliruan Alma.

Sekali lagi Alma berdecak kesal, dengan nada keras gadis itu menyuruh ke enam sahabatnya untuk mengamati hutan tempat mereka berada saat ini dan mengamatinya dengan lebih teliti dan fokus

Karena merasa penasaran, Santi pun melakukan apa yang diperintahkan oleh Alma. Gadis itu memindai penampakkan hutan yang berada tepat di depannya dengan wajah serius dan pada menit berikutnya gadis cantik itu mengerutkan dahinya.

Melihat sikap Santi, Amar, yang diam-diam menyimpan rasa pada Santi mendekati gadis berambut sebahu itu dan bertanya, "ada apa, Yang? Kenapa dahimu berkerut dalam seperti itu?"

Santi tidak segera menjawab pertanyaan Amar, dia memilih untuk mengamati lagi pemandangan di hadapannya lalu mengambil sebuah pisau lipat dari dalam tas carriernya dan menggurat sebuah pohon besar yang tidak jauh darinya dengan tanda X dan beberapa tulisan yang sedikit lebih kecil ukurannya, seolah ingin membuat sebuah tanda.

Usai membuat tanda itu, dia memberi kode pada Alma dan mengajak ke lima sahabatnya untuk kembali melangkah mengikuti jalan yang ada di depan mereka. Pertanyaan demi pertanyaan yang datang tidak dihiraukan oleh Santi dan Alma

Karena merasa kesal dengan sikap Santi yang dianggapnya mulai aneh karena terpengaruh dengan kata-kata Alma, Baim memerintahkan mereka untuk menghentikan langkah dan dengan sedikit menyentak, dia kembali bertanya pada Santi tentang apa yang terjadi.

"Sst, kamu diam dulu, Im. Ikuti saja apa yang aku dan Alma lakukan, nanti kalian akan tahu apa maksud kami berdua," jawab Santi.

Selesai mengatakan hal itu, Santi kembali mengajak Alma berjalan diikuti oleh Aldi, Amar, Baim, dan Andin yang masih tidak mengerti maksud kedua gadis yang sekarang memimpin rombongan mereka. Sementara Rusdi yang merasa kesal, akhirnya terpaksa mengikuti karena tidak ingin kawan-kawan karib dan gadis yang ditaksirnya berada dalam bahaya.

Dalam keheningan karena adanya perbedaan pendapat yang terjadi di antara mereka, tujuh sekawan itu berjalan menyusuri jalan setapak, hingga akhirnya Alma dan Santi meminta semuanya untuk berhenti.

Sebelum semuanya bertanya, Sinta mengajukan sebuah pertanyaan kepada ke lima muda mudi yang tengah beristirahat sejenak karena merasa lelah.

"Gaes, kalian melihat sesuatu tidak?"

Empat temannya yang sejak awal sudah merasa heran dengan sikap Alma dan Santi hanya saling bertukar pandang dan akhirnya menggeleng secara bersamaan, kecuali Baim yang masih memasang tampang kesal kepada Alma karena dianggap telah mempengaruhi Santi hingga menjadi aneh seperti itu.

Santi menoleh ke arah Alma dan meminta salah satu dari enam sahabatnya itu untuk menjelaskan apa yang sebetulnya sedang terjadi saat itu.

"Kalian coba lihat pemandangan sekitar kita. Apa kalian menemukan sesuatu yang pernah kalian lihat sebelumnya di sini, di tempat ini?" ucap Alma akhirnya

Rusdi, Amar, Andin, Aldi, Baim langsung memindai sekitar mereka, mencoba mencari tahu perbedaan atau persamaan apa yang ada di tempat itu. Setelah beberapa saat, empat dari lima muda mudi itu menggeleng. Mereka mengatakan bahwa tidak menemukan apa pun di tempat itu yang terlihat aneh atau ganjil.

Hanya Baim yang masih mengamati keadaan sekitarnya dengan serius dan berulang-ulang. Pengamatan pemuda itu tiba-tiba saja berhenti pada satu titik, dahinya mengerut dalam. Untuk lebih meyakinkan apa yang dilihatnya, pria muda itu berjalan mendekati sesuatu yang menarik perhatiannya.

"San, ini guratan yang kamu buat tadi sebelum kita meninggalkan tempat ini beberapa menit yang lalu bukan?"

Santi tersenyum, kemudian berjalan mendekati Baim, lalu mengusap beberapa goresan yang tadi torehkan di batang pohon yang berada di sebelah kanannya.

Karena merasa penasaran, ke empat temannya yang masih berdiri dengan wajah bingung pun mendatangi Santi yang masih tersenyum misterius dan Baim yang tampak mulai ketakutan.

Empat orang remaja itu mengamati goresan di batang pohon yang ada di depan mereka, membaca tulisan yang ada di sana, dan seketika mata mereka membelalak karena merasa ketakutan, sepertinya mereka mulai paham dengan apa yang terjadi.

"10920, 16.30. Itu tanggal hari ini dan jam saat kamu menggores pohon ini, kan, San? Apa ini artinya kita sejak tadi hanya berputar-putar saja di sini?" tanya Andin, wajah ayunya menampakkan rasa takut yang mulai dirasakannya.

"Iya dan aku sudah mencoba menyampaikan hal ini pada kalian, tetapi kalian semua sama sekali tidak memahami maksudku. Hanya Santi yang pada akhirnya menyadari semuanya," sahut Alma tiba-tiba.

Rusdi, Aldi dan Amar yang berdiri membelakangi Alma menoleh ke belakang, ke arah Alma yang menghampiri mereka berenam sambil memindai wajah para sahabatnya satu demi satu.

"Maafkan kami, Al, kami sudah tidak mempercayaimu," ucap Amar mewakili teman-temannya yang lain.

Alma mengacungkan kedua jari jempol tangannya, menandakan bahwa dia tidak mempermasalahkan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Gadis itu lalu menghela napas dalam, menunduk sesaat kemudian mengedarkan pandangannya ke arah teman-temannya secara bergantian.

"Bagaimana, kalian sudah paham, kan, apa maksudku tadi?"

"Maksudmu kita tersesad, Al. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita tidak mungkin bermalam di tengah hutan seperti ini, kan? Di sini tidak ada tanah lapang dan landai untuk mendirikan tenda, Alma," sahut Baim dengan nada centil mengalahkan teman-teman perempuannya

"Yup, kita tersesad. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah kita harus berusaha keluar dari sini dan menemukan tempat yang pas untuk bermalam," jelas Alma.

"Tapi, bagaimana caranya kita bisa keluar dari sini, Al? Bukankah sejak tadi kita hanya berputar-putar saja di sini," sela Rusdi.

Alma menghela napasnya, beban yang dia rasakan saat ini tidaklah ringan karena dia dan para sahabatnya harus mencari jalan keluar dari hutan yang telah menyesadkan mereka tersebut. Alma sendiri pun sebenarnya tidak tahu bagaimana cara agar mereka bisa keluar dari tempat itu, tetapi dia harus tetap terlihat tenang agar yang lain tidak bertambah panik.

"Kurasa satu-satunya cara saat ini adalah dengan cara meminta pada Sang Pencipta supaya tabir yang ada di depan kita terbuka dan kita bisa menemukan jalan keluar dari hutan ini," ucap Alma lalu kembali melanjutkan kalimatnya, "buang rasa takut kalian, yakinlah kita akan keluar dari sini."

Teman-teman Alma menganggukkan kepalanya kemudian saling bertukar pandang satu sama lain dengan wajah khawatir. Sejujurnya rasa takut mulai menggelayuti perasaan mereka masing-masing

Kelima remaja belasan itu saling berbisik, mereka bingung sekaligus takut dengan keadaan yang harus mereka hadapi saat ini, sementara itu alam mulai menunjukkan adanya perubahan waktu. Melihat hal tersebut, ketujuh bersahabat tersebut mulai memanjatkan doa dan saat terdengar suara orang mengaji pertanda waktu azan Magrib akan segera tiba, mendadak terdengar sebuah teriakan yang mengagetkan mereka

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status