Share

Bab 3 - Kartu Hitam

Toko Perhiasan Elegance Jewelry.

“Saya mau lihat beberapa cincin pernikahan koleksi terbaru di toko ini,” kata Embun pada pegawai perempuan yang menghampirinya dengan ramah. 

“Baik, Bu,” jawab pegawai itu masih dengan senyum ramah di wajahnya. 

Embun baru saja tiba di sebuah toko perhiasan sesuai dengan permintaan Kaisar untuk membelikan masing-masing dari mereka cincin pernikahan. 

Memerhatikan kartu kredit yang diberikan padanya, Embun tahu bahwa kartu kredit tersebut spesial dan hanya dimiliki oleh beberapa orang saja. Hal itu membuat Embun memutuskan untuk pergi ke toko perhiasan terbaik di kota itu.

Bukan karena tahu Kaisar memiliki uang untuk dibuang, tapi lebih karena wanita itu berpikir membeli di tempat terjamin lebih baik agar kalau-kalau nanti pernikahan mereka disudahi, Kaisar tidak akan kehilangan uangnya dan bisa menjual kembali cincin tersebut.

“Ini salah satu koleksi terbaik di toko kami. Berlian berwarna biru ini merupakan berlian langka yang didatangkan langsung dari Afrika Selatan.” 

Tampak pramuniaga toko perhiasan itu menyerahkan sebuah cincin dengan berlian biru besar di dengan deretan berlian kecil menghiasi pinggirannya. 

Embun menerima cincin yang terasa berat di genggamannya itu. Memang terlihat sangat mewah.

“Atau cincin bermata putih ini juga salah satu yang menjadi penjualan tertinggi di toko kami. Berliannya diambil dari tambang berlian lokal di negeri kita. Tapi, potongan dan desainnya yang indah menjadi ciri khusus untuk cincin ini.”

Kali ini sang pramuniaga mengeluarkan sepasang cincin dengan desain yang lebih rumit. Tak kalah cantik dengan cincin bermata biru tadi. Tapi bagi Embun itu terlihat sangat berlebihan.

Embun masih menimbang-nimbang, cincin mana yang baiknya dia ambil. Pernikahannya dengan Kaisar hanyalah sebuah perjanjian untuk kenyamanan bersama. Oleh karena itu, rasanya tidak baik bagi Embun bila memilih yang terlalu mahal atau yang terlalu mencolok.

“Jika Ibu tidak berkenan dengan desain cincin koleksi kami, Ibu juga bisa memesannya sesuai dengan keinginan Ibu.” Pegawai perempuan itu memberikan alternatif pilihan.

Embun menggelengkan kepalanya. “Itu pasti akan butuh waktu yang lama. Saya akan memilih yang sudah ada di sini saja,” jawab Embun.

Pandangannya kembali menelusuri jejeran perhiasan di etalase. 

Sampai akhirnya, pandangan Embun mendarat pada satu cincin di toko itu.

"Saya mau lihat yang itu." Tunjuk Embun pada cincin bermodel klasik dengan desain yang sangat sederhana. 

Melihat cincin pilihan Embun, pramuniaga itu mengerutkan kening. “Cincin ini adalah model lama, Bu. Selain itu, modelnya agak kuno dan sederhana.” 

Walau mendengar ucapan sang pramuniaga, Embun memiliki pendapat berbeda. Cincin itu tampak sangat manis. Tidak terlihat mewah, tapi juga tidak terlalu sederhana.

Melirik harganya yang juga terlihat tidak terlalu menguras kartu kredit Kaisar, Embun pun mengambil keputusan.

“Saya ambil model ini saja. Sepasang ya, Mbak.” Embun menyerahkannya kembali pada sang pegawai.

Karena tamu sudah memilih, maka pramuniaga itu hanya bisa menurut. 

“Apa perlu kami beri ukiran nama di dalamnya?” suara lembut pegawai wanita itu menawarkan pilihan pada Embun.

Embun mengangguk. “Bisa dituliskan nama Kaisar dan Embun ya, Mbak,” jawab Embun tersenyum.

"Apa ada hal lain yang dibutuhkan, Ibu?"

Embun menggelengkan kepalanya. "Cukup itu saja, Mbak."

“Baik Ibu. Mohon ditunggu sebentar ya, Bu. Pesanan Ibu akan segera kami siapkan,” ujar wanita berseragam itu sambil menunjukkan pada Embun untuk menunggu di ruang tunggu eksklusif yang menjadi fasilitas toko perhiasan ini.

Satu jam kemudian Embun diberitahu jika pesanannya sudah selesai. Seorang pegawai mengarahkan Embun menuju kasir yang ditunjuk. 

Embun mengeluarkan kartu kredit hitam milik Kaisar untuk melakukan transaksi pembayaran.

Seorang lelaki paruh baya berjas rapi yang sepertinya adalah manajer toko yang mendampingi pegawainya sedikit mengernyitkan dahi kala melihat kartu kredit tersebut. Dia menatap Embun penuh selidik.

“Itu kartu kredit suami saya,” ujar Embun seolah menjawab keterkejutan di wajah sang manajer toko yang kemudian dibalas dengan anggukan senyum ramah sang manajer.

Embun tahu kartu kredit itu memang spesial, tetapi melihat reaksi sang manajer yang seperti itu, apakah berarti Kaisar orang yang begitu istimewa?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status