Share

Bab 7 - Keluarga Konglomerat Paling Berkuasa

Embun sendiri hanya bisa meringis menatap Friska.

“Coba kalau kamu diskusikan dulu denganku, aku pasti akan membantumu. Aku bisa mengenalkanmu dengan sepupuku, dan kalian bisa menikah.”

Embun tersenyum tipis. “Semua sepupumu itu sudah dijodohkan.”

Sontak, Friska terdiam. “Iya juga ….”

“Kamu juga akan dijodohkan, 'kan?” tanya Embun untuk mengalihkan topik dari dirinya.

Sesuai rencana Embun, Friska jadi ingat bahwa ia juga dijodohkan. Hal itu pun membuat Friska menggeram dengan ekspresi tidak senang. 

Friska dan saudara-saudara sepupunya itu memang berasal dari kalangan atas. Meskipun bukan termasuk keluarga konglomerat, tetapi bisnis keluarganya menjadi salah satu yang layak diperhitungkan di kota ini.

Maka tidak heran jika semua sepupu Friska, termasuk Friska, sudah dijodohkan dengan anak relasi keluarganya. Semua itu demi kepentingan kelancaran dan perkembangan bisnis keluarga.

Namun, Friska menolak mentah-mentah perjodohan yang dilakukan orang tuanya. Dia ingin hidup bebas, tidak terbebani dengan pernikahan yang terjadi tanpa cinta dan konsekuensinya. 

Siapa yang menyangka teman baiknya malah berakhir menikah dengan pria yang dijodohkan tanpa runutan yang jelas!?

Mendadak, Friska teringat akan satu hal. “Embun! Kalau kamu menikah hari ini berarti kamu tidak bisa menemaniku pergi ke pesta, bukan?!”

Mata Embun mengerjap. Dia lupa akan janjinya untuk menemani Friska ke pesta ulang tahun kolega bisnis keluarganya. “Memangnya pestanya kapan?”

“Malam ini.”

“Astaga, aku lupa, Fris …,” kata Embun jujur.

Mendengar hal itu, Friska pun tampak sedih, tapi dia paham lantaran temannya itu juga baru saja menikah. “Tidak apa-apa kalau kamu tidak bisa,” balas Friska dengan senyum tipis.

Embun tetap merasa tidak enak mengingkari janjinya pada Friska. Akan tetapi, situasinya saat ini juga sulit karena dirinya sudah menjadi istri seseorang. Dia tidak bisa pergi sesuka hatinya lagi.

Akhirnya, Embun mengeluarkan ponsel dari dalam tas tangannya, mencoba meminta izin pada Kaisar.

[Kaisar, apa saya boleh pergi dengan teman saya malam ini?]

Di ruangannya, Kaisar tampak tertegun setelah membaca isi pesan dari Embun. Ia merasa sangsi dengan istrinya itu. Di hari pertama pernikahan mereka, wanita itu sudah berani meminta izin untuk pergi bersama temannya!

Namun, kemudian Kaisar menggelengkan kepalanya. Dia tersadar seharusnya dia tidak peduli dengan urusan Embun. Mereka memang sudah menikah, tetapi sebelumnya ia meminta Embun untuk tidak mencampuri kehidupan pribadinya. Jadi, pria itu juga harus adil dan membebaskan Embun melakukan apa pun yang dia mau. Tentunya selama wanita itu tidak merepotkannya.

Segera, Kaisar membalas pesan Embun.

[Terserah.]

Di sisi lain, Embun tersenyum lega setelah membaca balasan pesan dari Kasiar, meskipun Kaisar hanya membalas dengan kata, “Terserah.” tetapi Embun tetap menganggap kalau Kaisar mengizinkannya.

[Terima kasih.]

Setelah menerima pesan Embun itu, Kaisar pun meletakkan ponselnya di meja. Tepat pada saat itu, Reza, asisten pribadi Kaisar masuk dan berdiri di depan meja Kaisar. 

“Tuan, setelah rapat nanti sore, malamnya ada pesta di Nusantara Ballroom.”

Mendengar hal itu, Kaisar agak kaget. Dia sendiri ternyata lupa telah memiliki janji untuk menghadiri acara pesta ulang tahun dari anak salah satu kolega bisnis keluarga Rahardja. Sebagai pemilik hotel dan perwakilan keluarga Rahardja, Kaisar wajib hadir!

Merasa agak bersalah karena sempat salah sangka dengan Embun, Kaisar melirik ponselnya sesaat. Namun, dia hanya berakhir menghela napas dan menjawab Reza, “Aku mengerti. Usahakan kita selesaikan semua urusan kantor satu jam lebih awal.”

**

Malam itu, Embun menepati janjinya untuk menemani Friska. Akan tetapi, karena tetua dari keluarga Friska sedang berusaha untuk menjodohkan cucunya itu dengan seorang pria kalangan atas di pesta tersebut, Embun pun berakhir seorang diri di pinggir ruang pesta itu.

"Hei! Ayo ke sana! Perwakilan keluarga Rahardja sudah tiba!”

Ucapan salah seorang tamu yang cukup lantang membuat Embun langsung menoleh ke arah pintu masuk.

Rahardja?’ pikir Embun. Itu nama belakang keluarga Kaisar.

“Ya ampun, tidak sangka akhirnya aku bisa melihat sosok penerus keluarga Rahardja, konglomerat paling berkuasa di kota.”

Mendengar kalimat itu, Embun pun memicingkan matanya. ‘Keluarga konglomerat paling berkuasa di kota?

Orang-orang ini … tidak mungkin sedang membicarakan keluarga Kaisar, bukan!?

Komen (42)
goodnovel comment avatar
fatmawati syahir
ceritanya bagus tapi gimana lanjutannya
goodnovel comment avatar
etti rs
ribet amat, mau bayar aja ribet. Hrs verivikasi sandi segala.
goodnovel comment avatar
Yolanda
ceritanya bagus tapi pakai byar2 lanjutan nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status