Share

BAB 3: Terkejut

“Kenapa tidak juru masak yang membuat?”

Rosea melongo kaget, pertanyaan anak itu semakin terdengar sombong dan membuat jiwa susah Rosea meronta-ronta.

Siapa sebenarnya yang mendidik anak ini? Bagaimana bisa dia sudah seprofessional itu dalam berbicara tidak mengenakan?.

Rosea membuang napasnya dengan kasar, dia tidak bisa kesal dan tersinggung dengan anak kecil. Mereka masih polos dan tidak bersalah, yang bersalah adalah orang-orang yang di contoh olehnya.

“Aku tidak punya juru masak,” jawab Rosea dengan jujur.

“Kamu sungguh mau membaginya?” Prince kembali bertanya.

 “Kalau kamu tidak mau, kembalikan saja,” kesabaran Rosea mulai hilang.

Mata Princa sedikit berkaca-kaca, anak itu teringat jika ini untuk pertama kalinya ada orang dewasa yang mau mengajaknya berbicara di taman dan menawarinya makanan, tanpa menanyakan di mana orang tuanya dan menganggap Prince anak yang tersesat.

 “Aku mau,” bisik Prince samar.

Mendengar suara lemah bercampur sedih anak itu, Rosea langsung menggerakan wajahnya dan kembali melihatnya. Rosea terpaku memperhatikan bagaimana anak itu menyendokkan makanannya dengan ragu dan segera memasukannya ke dalam mulutya, lalu mengembalikan kotak nasi Rosea.

“Namamu siapa?” Tanya Rosea yang kini ikut menyuapkan makananya lagi.

“Prince.”

“Namaku Rosea, panggil aku Sea.”

Tidak ada jawaban apapun lagi dari Prince, namun anak itu kembali melihat kotak makanan  Rosea dan memperhatikan bagaimana Rosea menyuapkan makanannya lagi dengan rakus seperti takut Prince mencuri makanannya dan meminta beberapa suap lagi.

Perasaan tidak tega menyentuh hati Rosea begitu melihat tatapan sedih di mata Prince karena Rosea tidak menawarinya lagi, dengan terpaksa akhirnya Rosea kembali menyodorkan kotak makananya. “Masih mau? Makan saja.”

Prince mengambil tas di belakangnya dan membukanya, Prince mengambil kotak makanannya sendiri dan memberikannya kepada Rosea. “Kita bertukar,” kata Prince terdengar bijaksana.

Rosea mendengus geli mendengarnya, ucapan Prince membuat Rosea cukup tersanjung. Dengan cepat akhirnya mereka saling bertukar makanan.

Hidung Rosea mengerut tidak suka, melihat kotak makanan Prince yang di penuhi buah-buahan segar dan spaghetti yang sudah dingin.

“Siapa yang suka saus tomat? Lebih enak saus mie instant,” gerutu Rosea tidak suka dengan isi kotak makanan milik Prince.

“Nenek yang menyiapkannya.”

“Nenek kamu tidak asik.”

Samar bibir Prince tersenyum, alih-alih marah karena ada yang tidak berkata baik tentang neneknya, justru Prince senang karena ada yang berpikiran sama seperti dirinya.

“Rumah kamu di mana?” Tanya Rosea lagi sambil memetik beberapa buah anggur dan memakannya. Rosea hanya bisa memakan buah-buah segarnya saja di dalam kotak karena lidahnya tidak terbiasa dengan makanan bercita rasa tidak kuat.

“Jauh.”

“Bagaimana kamu bisa ada di sini?”

Prince menelan makananya dan mengusap bibirnya yang berkilauan dengan punggung tangannya. “Semua toko-toko di belakang itu milik nenekku,”  Prince menunjuk semua deretan toko yang sempat Rosea kagumi.

Rosea memutar tubuhnya dan melihat ke belakang, bola mata Rosea membulat sempurna. Rosea tercengang melihat deretan toko mewah yang berjajar berada di belakangnya.

“Kamu serius?” tanya Rosea lagi dengan terbata.

Prince mengangguk, “Karena itu aku ada di sini, taman ini juga milik nenek, dia membangunnya agar aku tidak kesepian,” dengan entengnya Prince menunjuk   lapangan dan seluruh taman besar di depannya.

“Uhuk,” Rosea tersedak sampai-sampai harus memukul dadanya beberapa kali agar bisa bernapas dengan normal lagi.

Semua yang keluar dari mulut Prince terdengar sangat mustahil dan lebih mirip seperti dongeng hayalan anak-anak pada umumnya. Akan tetapi, bila menilik penampilan dan tampangnya Prince, Rosea bisa merasakan getaran banyak uang pada anak itu.

“Kamu kenapa?” tanya Prince.

“Tidak apa-apa.”

Rosea mengatur napasnya beberapa kali sambil mengusap tenggorokannya yang masih menyisakan rasa sakit karena batuk, keterkejutan Rosea teralihkan pada kotak makanannya yang kini kosong, Prince menghabiskannya dengan baik.

“Kamu sudah selesai?” tanya Rosea.

“Ya, ini” Prince segera mengembalikan kotak makanan Rosea dan menukarnya kembali.

Rosea memasukan kotak makananya ke dalam tas, sekilas dia melihat arah jarum jam yang terpasang di pergelangan tangannya. “Aku harus segera pulang.”

Prince terdiam memeluk kotak makananya sendiri, anak itu tiba-tiba menatap Rosea dengan sedih, padahal Prince senang berbicara dengan Rosea, namun teman bicaranya itu terburu-buru harus pulang.

Rosea beranjak dari duduknya dan segera menggendong tasnya lagi, wanita itu tersenyum dengan tulus menatap lembut Prince. “Prince, terima kasih atas makanannya.”

Prince mengerjap bingung, diam-diam tangan mungilnya mengepal kuat meremas permukaan celananya, Prince terlihat kebingungan karena tidak tahu harus menjawab apa.

 “Kenapa kamu berterima kasih?” tanya Prince.

Rosea tersentak kaget, pertanyaan sederhana Prince membuat Rosea merasa sedih karena anak itu belum mengetahui arti sebuah terim kasih.

Sejenak Rosea terdiam, memikirkan kata yang pantas untuk dia ucapkan agar Prince langsung memahami perkataannya. Rosea berdeham, “Prince,” panggil Rosea dengan lembut.

Prince semakin mengangkat wajahnya dan menatap lekat Rosea, menunggu Rosea berbicara.

“Kita harus mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang sudah berbuat baik kepada kita. Itu adab menghargai kebaikan yang di berikan orang lain kepada kita,” jelas Rosea memberitahu.

Prince terpaku kaget mendengarnya, Rosea menjelaskan semua yang tidak Prince ketahui dengan senyuman lebar tanpa ada nada mendikte sedikitpun, cara Rosea berbicara sangat berbeda jauh dengan cara berbicara neneknya yang terkadang membuat Prince merasa takut.

“Ehm.. kalau begitu, terima kasih,” ucap Prince dengan suara yang sedikit bergetar.

Bibir Rosea menyunggingkan senyuman semakin lebar, wanita itu segera melambaikan tangannya. “Sama-sama Prince. Sampai jumpa,” pamit Rosea sebelum memutuskan pergi.

Kepala Prince bergerak memutar melihat kepergian Rosea, tanpa terduga Prince meletakan kotak makanannya di kursi dan berlari melintasi jalan untuk mengejar Rosea yang belum jauh darinya.

“Tunggu!” teriak Prince memanggil.

Langkah Rosea terhenti, dalam satu gerakan dia membalikan badannya dan melihat Prince lagi yang kini ada di hadapannya.

 “Kamu suka makanan apa?” tanya Prince penasaran.

“Aku suka makanan berwarna merah muda,” jawab Rosea terdengar mengasal.

“Apakah besok kamu akan datang ke sini lagi?”

“Aku tidak tahu.”

“Kalau kamu datang ke sini lagi dan bertemu lagi, apa kita bisa bertukar makanan lagi?” Tanya Prince lagi di penuhi oleh banyak harapan.

“Ya, selama makanan yang kamu bawa enak,” jawab Rosea dengan spontan. “aku harus pulang,  berhati-hatilah saat menyebrang.” Rosea kembali berbalik dan pergi meninggalkan Prince yang kini berdiri dan memperhatikan kepergian Rosea.

To Be Continued..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status