“Bukan wanita simpanan yang kamu bayar Leo. Wanita yang bisa kamu jadikan secara resmi.”
Leonardo mengusap rambutnya ke belakang, pria itu tersenyum dengan tenang. “Aku belum menemukan wanita yang sesuai dengan standarku,” jawabnya terdengar congkak.
Jawaban singkat Leonardo berhasil membuat Abraham bungkam, jika menyangkut standar puteranya, Abraham memilih untuk tidak ikut campur lagi dan hanya bisa bisa menantikan kapan Leonardo akan memperkenalkan wanita yang benar-benar bisa dia ajak serius.
Abraham membuang napasnya dengan berat, pria paruh baya itu menepuk bahu puteranya beberapa kali. “Segeralah pulang sebelum Prince tertidur,” ucap Abraham sebelum memutuskan pergi ke dalam rumah meninggalkan Leonardo sendirian.
Sebuah hembusan napas kasar terdengar dari mulut Leonardo, pria itu menengadahkan kepalanya, melihat langit malam ini yang terlihat gelap pekat tanpa bintang.
Leonardo bersedap, perlahan dia memejamkan matanya hanya untuk menyingkirkan sisa-sisa rasa lelah yang masih dia rasakan di pundaknya. Kakinya yang panjang itu sedikit menyilang menopang berat tubuhnya, sementara punggung kokohnya bersandar pada pagar kaca di belakangnya.
Keterdiaman Leonardo yang terlihat merenung di bawah gelapnya langit dan di antara cahaya-cahaya lampu taman membuat pria itu terlihat seperti lukisan yang berada dalam kanvas, indah untuk di pandang. Namun, ketika dia kembali membuka matanya lagi, Leonardo terlihat seperti langit yang cerah dan tinggi, begitu mustahil untuk bisa di gapai oleh sembarangan orang.
Leonardo Abraham, dia adalah seorang pengusaha perbankan. Sejak beberapa tahun terakhir ini Leonardo meminpin perusahaan keluargnya untuk menggantikan posisi ayahnya yang pensiun.
Leonardo terlahir sebagai putera tunggal, sejak kecil dia di didik dan di asuh dengan cara berbeda dan menjalani kehidupan yang berbeda dari anak-anak biasanya.
Sejak kecil Leonardo hanya di ajarkan berbisnis dan mengelola keuangan karena dia memang di siapkan untuk menjadi peminpin. Karena didikan itu, karakter Leonardo yang mendominasi, tegas, ambisius dan juga cerdas terbentuk.
Leonardo terlahir dari kalangan keluarga yang jauh dari kata biasa, pria itu sudah terbiasa dengan uang dan kemewahan sejak kecil.
Kakek buyut Leonardo adalah seorang direktur bank, sementara nenek buyutnya adalah seorang manajer di kilang saham. Keduanya memulai bisnis pribadi mereka dengan membangun sebuah kantor keuangan sendiri dan membuka konsultasi keuangan di negara Prancis tepat ketika ekonomi dunia mulai pulih.
Bisnis yang di mulai oleh kakek dan nenek buyut Leonardo di masa lalu berjalan naik turun dan kini berakhir dengan hasil yang bagus. Kini bisnis itu memiliki beberapa cabang, salah satunya di Indonesia yang kini di pimpin oleh Leonardo.
Leonardo sempat memiliki bisnisnya sendiri yang di bangun di Prancis, namun pria itu tidak memiliki banyak pilihan dengan kariernya karena posisinya sebagai seorang anak tunggal apalagi Prince membutuhkan banyak perhatian untuk untuk perkembangannya.
Prince, anak itu terlahir mengidap disklesia, kondisinya yang tidak begitu baik karena dia terlambat dalam belajar dan kesulitan berinteraksi dengan orang baru. Perbedaan special yang di miliki Prince akhir-akhir ini membuat hubungan Leonardo dan ibunya memburuk.
Leonardo sangat tidak suka karena Berta terus mendorong Prince melakukan banyak hal, mempertemukan Prince dengan beberapa guru les dan juga psikolog anak secara beruntun. Berta mendidik Prince seperti Leonardo di masa lalu, dia menjadikan Prince seperti asset yang akan menjadi penerus perusahaan.
Alih-alih membaik, apa yang di lakukan Berta memperburuk keadaan Prince. Karena hal itu, akhirnya Leonardo berusaha menjauhkan Berta dengan Prince meski terkadang harus dengan perdebatan dulu.
Kebahagiaan dan kebebasan Prince adalah segalanya untuk Leonardo, dia tidak ingin puteranya seperti dirinya di masa lalu yang tidak sempat menikmati masa kanak-kanak dengan normal karena tekanan dan aturan Berta.
***
“Mamah akan pulang?” Tanya Rosea yang memperhatikan ibunya kini tengah berkemas.
Kartika melihat sekilas puterinya dan mengangguk, “Seminggu sekali mamah akan datang untuk memeriksa keadaan kamu.”
“Kenapa seminggu sekali?”
“Memangnya mau berapa sekali? Sebulan sekali? Jangan pernah harap Sea.”
Rosea mencebikannya kesal. “Mau aku antar?”
“Tidak perlu, sudah ada taksi. Mamah sudah membuat kue, ambil di oven dan kamu berikan kuenya ke tetangga sebelah.”
Kening Rosea mengerut, di sebelah rumahnya terdapat rumah yang kemungkinan menjadi satu-satunya rumah termewah dan terbesar di kompleks, namun Rosea tidak pernah sekalipun melihat kehadiran pemiliknya sejak dia datang membangun dan mengontrol pembangunan rumahnya selama ini.
“Rumah di sebelah kosong,” jawab Rosea.
“Tidak, tadi mamah melihat pemiliknya.”
“Benarkah?”
“Ya, karena itu berikan kuenya. Kamu hidup harus rukun dengan tetangga kamu. Di sini hanya rumah itu yang paling dekat dengan rumah kamu,” Kartika mengingatkan.
Kartika segera beranjak dari duduknya dan menjinjing tasnya begitu mendengar suara klaskson mobil berbunyi di depan.
“Baiklah. Aku antar sampai depan.”
“Tidak perlu” Kartika menggerakan tangannya mengusir Rosea untuk sedikit menjauh. “Pergi mandi dan dandan dengan cantik. Mamah tidak mau dekat-dekat sama kamu kalau kamu dekil.”
Rosea melongo kaget. “Apa hubungannya?”
“Kamu masih tidak mengerti juga? Kamu perempuan, kamu harus selalu tampil cantik Sea. Berdandan cantiklah saat menemui tetanggamu, siapa tahu dia belum menikah. Mamah pulang.” Kartika tergesa-gesa pergi keluar rumah meninggalkan Rosea seorang diri.
To Be Continued..
Prince terbaring meringkuk di atas ranjangnya, anak itu termenung melihat berbagai macam mainan terpajang rapi. Rententan mainan yang memenuhi lemari itu adalah hadiah-hadiah yang sering Leonardo berikan setiap kali dia pulang bertugas dari luar negeri, sayangnya Prince jarang membukanya apalagi memainkannya karena dia tidak tertarik dan tidak mengerti.Leonardo memberikan banyak mainan karena dia berpikir hal itu dapat menebus sedikit rasa bersalahnya karena sudah sering meninggalkan Prince sendiri dan membuat anaknya kesepian.Setiap kali Leonardo pergi dinas jauh, Prince akan pergi ke rumah kakek neneknya untuk menginap, dan jika kakek neneknya berada di luar negeri juga, maka Prince akan tinggal sendirian di rumah di temani Adam, pengawal pribadinya.Sementara ibunya Prince?Prince tidak mengetahui keberadaan ibunya, jarang sekali Prince bertemu dengannya. Ibu Prince hanya datang satu tahun sekali ketika Prince sedang ulang tahun saja. Sekalinya bertemu, mereka jarang berbicara da
Suara keras musik terdengar sejak satu jam yang lalu, samar tawa orang-orang terdengar di luar, satu persatu orang mulai berdatangan ikut memeriahkan pesta yang berlangsung.Jari-jari Rosea bergerak cepat di atas keyboard tengah mengerjakan pekerjaannya, sesekali Rosea mengumpat kesal karena imajinasinya menghilang dan hancur karena keramaian pesta orang-orang di luar sana.Jari Rosea menekan keyboard dengan sedikit keras, kakinya mendorong ke lantai menggerakan kursi yang di dudukinya untuk mendekati jendela. Rosea menyibak gorden dan melihat langsung ke arah rumah di sebelahnya yang kini kian ramai di penuhi oleh banyak orang.Setengah jam yang lalu Rosea masih bisa sabar mendengarkan keramaian pesta, namun sekarang dia benar-benar sangat terganggu karena tidak bisa berkonsentrasi bekerja.Rosea melihat ke arah jarum jam yang kini masih menunjukan pukul sepuluh malam. Ini tidak bisa di biarkan sama sekali, jika pekerjaan Rosea malam ini belum selesai karena gangguan pesta tetanggany
Pagi-pagi sekali Rosea sudah terbangun, wanita itu menghabiskan waktunya untuk melakukan olahraga di pagi sebelum memulai aktivitasnya yang lain.Rosea menekan layar treadmill mempercepat langkahnya menjadi berlari.Suara ceburan terdengar di sebelah tembok pagar rumah Rosea. Jarak rumahnya dengan rumah tetangga sebelah hanya terpisah oleh dua buah pagar yang saling berdampingan, karena itu Rosea bisa mendengar suara berisik pesta semalam.Jika mengingat kejadian pesta semalam, Rosea kini tersenyum geli mengingat bagaimana pesta yang meriah berakhir dengan kedatangan polisi, setengah jam setelah itu tetangganya memanggil banyak tukang bersih-bersih untuk merapikan rumahnya di pagi buta.Suara ceburan air terdengar lagi menandakan tetangga Rosea tengah berenang.Setelah lama Rosea bergerak, dia memutuskan turun dari treadmill untuk minum dan mengusap peluh keringat yang membasahi wajahnya. “Hallo tetangga.”“Uhuk” Rosea tersedak kaget melihat kehadiran Atlanta yang kini muncul tiba-t
Terik panas matahari siang itu terasa sedikit lebih menyengat dari biasanya, Prince duduk di bangku tempat pertemuannya dengan Rosea hari kemarin. Tangan Prince memeluk sebuah kotak makanan berisi macaron merah muda yang dia sengaja siapkan untuk Rosea.Kepala Prince bergerak ke sana kemari menunggu kedatangan Rosea yang belum dia lihat kehadirannya sejak tadi.“Prince” Adam datang untuk menjemput Prince. “Waktunya pulang.”“Sebentar Adam.”“Kenapa?”“Aku menunggu kenalanku.”Kening Adam mengerut, siapa kenalan Prince? Tidak seperti biasanya Prince memiliki perhatian kepada orang lain. Batin Adam bertanya-tanya. “Sudah waktunya pulang, satu jam lagi kamu ada les bahasa Prancis. Sekarang, ayah kamu ingin mengajak makan siang bersama,” Adam mengingatkan.Prince tertunduk sedih mendengarnya, dengan terpaksa dia segera beranjak dan pergi mengikuti Adam yang menuntunya pergi masuk ke dalam mobil.Adam segera menutup pintu dan berlari pergi menyusul masuk, pria paruh baya itu segera melaju
Rosea memeluk kotak makanan yang di berikan oleh Prince, ada sepercik kesenangan yang menyentuh hatinya memikirkan Prince dengan tulus menyiapkan makanan berwarna merah muda untuknya.“Aku akan mengembalikan kotak makananmu lagi nanti. Aku akan membalasnya, kamu suka makanan apa?” tanya Rosea.Mata Prince berbinar senang, “Aku suka makanan laut dan kue keju. Jadi, mulai besok kita akan saling bergantian memberikan makanan?” tanyanya dengan polos. Prince berpikir saling membalas makanan layaknya surat menyurat.Prince tidak tahu jika Rosea akan membalas kebaikan Prince hanya sebagai formalitas saja. Perhatian Rosea beralih ke sisi, melihat Adam yang keluar dari mobil.Rosea menatap jam di tangannya dan menyadari bahwa dia sudah lebih dari tiga menit bicara dengan Prince.Rosea segera berdiri, “Om” sapa Rosea dengan canggung. “Maaf saya tidak bermaksud mengganggu perjalanan Anda dengan putera Anda,” tambah Rosea lagi langsung menjelaskan.Adam memasang wajah datar tidak bersahabat. “S
Rosea menarik napasnya dalam-dalam, wanita itu terlihat kaget melihat sosok pria yang sudah dipanggil ‘ayah’ oleh Prince. Wajah Rosea memerah karena terpesona, namun di detik selanjutnya wajahnya berubah pucat seakan seluruh darah di tubuhnya membeku ketika tidak sengaja pandangan mata mereka bertubrukan. Mendadak saja rasa percaya percaya diri dan keberanian Rosea hilang di bawah tatapan tajam milik Leonardo yang secara terang-terangan penuh penilaian. Bibir Rosea mengatup rapat, lidahnya terasa kelu tidak memiliki keberanian untuk menyapanya lebih dulu. Ada atmosfer yang begitu kuat Rosea rasakan ketika dia berhadapan dengan Leoardo. Sebuah perasaan terintimidasi, takut dan tertekan langsung Rosea rasakan dalam waktu bersamaan. “Ayah, ini temanku. Sea ini ayahku yang tadi kamu tanyakan,” Prince manarik tangan Rosea agar semakin mendekati ayahnya. Prince ingin Rosea memperkenalkan dirinya sendiri seperti saat Prince memperkenalkan diri di depan kelas. Rosea tertunduk malu kare
Perjalanan pulang ke rumah Rosea membutuhkan waktu setengah jam, tapi entah mengapa Rosea merasa waktu kali ini berjalan terasa sangat lambat. Beberapa kali Rosea melihat ke jalanan, dia sudah tidak sabar untuk segera sampai rumah. Dari sudut matanya, Rosea diam-diam melihat Prince dan Leonardo yang kini tengah duduk di sampingnya. Kedua laki-laki itu duduk dengan posisi yang sama, satu kaki terangkat menumpang satu kaki lainnya, tubuh mereka berada dalam posisi tegak sempurna seperti seorang tuan muda yang sering kali Rosea lihat hanya di dunia komik saja. Tanpa sengaja pandangan Rosea bertubrukan dengan Leonardo melalui spion tengah mobil, tatapan mereka saling mengunci. Rosea langsung tersenyum masam karena lagi-lagi Leonardo menatap dirinya dengan penuh penilaian. Rosea tidak tahu apa yang sebenarnya ada di kepala Leonardo, apa yang di pikirkan pria itu tentang dirinya, tatapannya yang penuh penilaian sedikit menginjak harga diri Rosea yang sejak awal tidak pernah memiliki n
Rosea berdiri di depan cermin besar, wanita itu memutar tubuhnya memperhatikan penampilannya dari segala sisi. Malam ini Rosea mengenakan gaun tanpa lengan berwarna merah muda yang ketat dengan tinggi sejengkal di atas pahanya, rambutnya di biarkan terurai, wajahnya terpoles makeup dengan lipstick yang merah.Rosea membungkuk mengenakan sepatu heels tinggi yang masih bisa dia gunakan untuk menari.Malam ini Rosea ingin pergi berpesta mencari hiburan melepas penatnya bersama temannya.Dalam beberapa langkah Rosea mundur dan kembali memperhatikan penampilannya malam ini yang terlihat cukup berani dan cantik.Bibir merah Rosea menyunggingkan senyuman puas karena kini dia sudah percaya diri dengan penampilannya yang telihat kuat dan lebih menonjolkan sisi seksi juga dewasa di dalam dirinya.Dengan anggun Roesa membalikan tubuhnya dan mengambil tasnya, wanita itu melenggang pergi keluar dari kamarnya dan pergi menuruni tangga.Langkah Rosea terhenti begitu dia teringat sebuah kue yang ibun