Share

BAB 5: Masalah Keluarga

 “Bukan wanita simpanan yang kamu bayar Leo. Wanita yang bisa kamu jadikan secara resmi.”

Leonardo mengusap rambutnya ke belakang, pria itu tersenyum dengan tenang. “Aku belum menemukan wanita yang sesuai dengan standarku,” jawabnya terdengar congkak.

Jawaban singkat Leonardo berhasil membuat Abraham bungkam, jika menyangkut standar puteranya, Abraham memilih untuk tidak ikut campur lagi dan hanya bisa bisa menantikan kapan Leonardo akan memperkenalkan wanita yang benar-benar bisa dia ajak serius.

Abraham membuang napasnya dengan berat, pria paruh baya itu menepuk bahu puteranya beberapa kali. “Segeralah pulang sebelum Prince tertidur,” ucap Abraham sebelum memutuskan pergi ke dalam rumah meninggalkan Leonardo sendirian.

Sebuah hembusan napas kasar terdengar dari mulut Leonardo, pria itu menengadahkan kepalanya, melihat langit malam ini yang terlihat gelap pekat tanpa bintang.

Leonardo bersedap, perlahan dia memejamkan matanya hanya untuk menyingkirkan sisa-sisa rasa lelah yang masih dia rasakan di pundaknya. Kakinya yang panjang itu sedikit menyilang menopang berat tubuhnya, sementara punggung kokohnya bersandar pada pagar kaca di belakangnya.

Keterdiaman  Leonardo yang terlihat merenung di bawah gelapnya langit dan di antara cahaya-cahaya lampu taman membuat pria itu terlihat seperti lukisan yang berada dalam kanvas, indah untuk di pandang. Namun, ketika dia kembali membuka matanya lagi, Leonardo terlihat seperti langit yang cerah dan tinggi, begitu mustahil untuk bisa di gapai oleh sembarangan orang.

Leonardo Abraham, dia adalah seorang pengusaha perbankan. Sejak beberapa tahun terakhir ini Leonardo meminpin perusahaan keluargnya untuk menggantikan posisi ayahnya yang pensiun.

Leonardo terlahir sebagai putera tunggal, sejak kecil dia di didik dan di asuh dengan cara berbeda dan menjalani kehidupan yang berbeda dari anak-anak biasanya.

Sejak kecil Leonardo hanya di ajarkan berbisnis dan mengelola keuangan karena dia memang di siapkan untuk menjadi peminpin. Karena didikan itu, karakter Leonardo yang mendominasi, tegas, ambisius dan juga cerdas terbentuk.

Leonardo terlahir dari kalangan keluarga yang jauh dari kata biasa, pria itu sudah terbiasa dengan uang dan kemewahan sejak kecil.

Kakek buyut Leonardo adalah seorang direktur bank, sementara nenek buyutnya adalah seorang manajer di kilang saham.  Keduanya memulai bisnis pribadi mereka dengan membangun sebuah kantor keuangan sendiri dan membuka konsultasi keuangan di negara Prancis tepat ketika ekonomi dunia mulai pulih.

Bisnis yang di mulai oleh kakek dan nenek buyut Leonardo di masa lalu berjalan naik turun dan kini berakhir dengan hasil yang bagus. Kini bisnis itu memiliki beberapa cabang, salah satunya di Indonesia yang kini di pimpin oleh Leonardo.

Leonardo sempat memiliki bisnisnya sendiri yang di bangun di Prancis, namun pria itu tidak memiliki banyak pilihan dengan kariernya karena posisinya sebagai seorang anak tunggal apalagi Prince membutuhkan banyak perhatian untuk untuk perkembangannya.

Prince, anak itu terlahir mengidap disklesia, kondisinya yang tidak begitu baik karena dia terlambat dalam belajar dan kesulitan berinteraksi dengan orang baru. Perbedaan special yang di miliki Prince akhir-akhir ini membuat hubungan Leonardo dan ibunya memburuk.

Leonardo sangat tidak suka karena Berta terus mendorong Prince melakukan banyak hal, mempertemukan Prince dengan beberapa guru les dan juga psikolog anak secara beruntun. Berta mendidik Prince seperti Leonardo di masa lalu, dia menjadikan Prince seperti asset yang akan menjadi penerus perusahaan.

Alih-alih membaik, apa yang di lakukan Berta memperburuk keadaan Prince. Karena hal itu, akhirnya Leonardo berusaha menjauhkan Berta dengan Prince meski terkadang harus dengan perdebatan dulu.

Kebahagiaan dan kebebasan Prince adalah segalanya untuk Leonardo, dia tidak ingin puteranya seperti dirinya di masa lalu yang tidak sempat menikmati masa kanak-kanak dengan normal karena tekanan dan aturan Berta.

***

“Mamah akan pulang?”  Tanya Rosea yang memperhatikan ibunya kini tengah berkemas.

Kartika melihat sekilas puterinya dan mengangguk, “Seminggu sekali mamah akan datang untuk memeriksa keadaan kamu.”

“Kenapa seminggu sekali?”

“Memangnya mau berapa sekali? Sebulan sekali? Jangan pernah harap Sea.”

Rosea mencebikannya kesal. “Mau aku antar?”

“Tidak perlu, sudah ada taksi. Mamah sudah membuat kue, ambil di oven dan kamu berikan kuenya ke tetangga sebelah.”

Kening Rosea mengerut, di sebelah rumahnya terdapat rumah yang kemungkinan menjadi satu-satunya rumah termewah dan terbesar di kompleks, namun Rosea tidak pernah sekalipun melihat kehadiran pemiliknya sejak dia datang membangun dan mengontrol pembangunan rumahnya selama ini.

“Rumah di sebelah kosong,” jawab Rosea.

“Tidak, tadi mamah melihat pemiliknya.”

“Benarkah?”

“Ya, karena itu berikan kuenya. Kamu hidup harus rukun dengan tetangga kamu. Di sini hanya rumah itu yang paling dekat dengan rumah kamu,” Kartika mengingatkan.

Kartika segera beranjak dari duduknya dan menjinjing tasnya begitu mendengar suara klaskson mobil berbunyi di depan.

“Baiklah. Aku antar sampai depan.”

“Tidak perlu” Kartika menggerakan tangannya mengusir Rosea untuk sedikit menjauh. “Pergi mandi dan dandan dengan cantik. Mamah tidak mau dekat-dekat sama kamu kalau kamu dekil.”

Rosea melongo kaget. “Apa hubungannya?”

“Kamu masih tidak mengerti juga? Kamu perempuan, kamu harus selalu tampil cantik Sea. Berdandan cantiklah saat menemui tetanggamu, siapa tahu dia belum menikah. Mamah pulang.” Kartika tergesa-gesa pergi keluar rumah meninggalkan Rosea seorang diri.

To Be Continued..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status