Share

BAB 9: Bertemu Kembali

Terik panas matahari siang itu terasa sedikit lebih menyengat dari biasanya, Prince duduk di bangku tempat pertemuannya dengan Rosea hari kemarin. Tangan Prince memeluk sebuah kotak makanan berisi macaron merah muda yang dia sengaja siapkan untuk Rosea.

Kepala Prince bergerak ke sana kemari menunggu kedatangan Rosea yang belum dia lihat kehadirannya sejak tadi.

“Prince” Adam datang untuk menjemput Prince. “Waktunya pulang.”

“Sebentar Adam.”

“Kenapa?”

“Aku menunggu kenalanku.”

Kening Adam mengerut, siapa kenalan Prince? Tidak seperti biasanya Prince memiliki perhatian kepada orang lain. Batin Adam bertanya-tanya.

 “Sudah waktunya pulang, satu jam lagi kamu ada les bahasa Prancis. Sekarang, ayah kamu ingin mengajak makan siang bersama,” Adam mengingatkan.

Prince tertunduk sedih mendengarnya, dengan terpaksa dia segera beranjak dan pergi mengikuti Adam yang menuntunya pergi masuk ke dalam mobil.

Adam segera menutup pintu dan berlari pergi menyusul masuk, pria paruh baya itu segera melajukan mobilnya menuju perusahaan Leonardo berada. Beberapa kali Adam melihat ke belakang dan memperhatikan kemurungan Prince yang terlihat kecewa akan sesuatu.

“Prince, apa ada sesuatu yang mengganggu kamu?” tanya Adam perhatian.

Belum sempat Prince menjawab, tanpa sengaja dia melihat Rosea yang kini berdiri di belokan jalan. Prince terpekik senang bukan main karena bisa kembali bertemu teman berbicaranya.

 “Adam berhenti di sana!” Prince menunjuk ke arah Rosea. “Berhenti di sana Adam!” pinta Prince lebih tegas.

Adam segera menepikan mobilnya di samping Rosea.

“Tunggu di sini. Kamu jangan ikut keluar,” pinta Prince lagi sebelum memutuskan keluar melompat turun dari mobil dan berlari menemui Rosea.

Rosea yang hendak menyebrang langsung mengurungkan niatnya melihat Prince yang berlari ke arahnya dan tersenyum lebar membawa kotak makanan.

“Hay Prince,” sapa Rosea dengan akrab.

Prince tersenyum terlihat senang karena Rosea mengingat namanya. 

Begitu Rosea sudah berada di hadapannya, Prince langsung memberikan kotak makanan yang di bawanya kepada Rosea.

 Dengan ragu Rosea menerimanya, “Apa ini?”

Prince menarik napasnya dalam-dalam tampak gugup, “Itu untuk Sea,” jawab Prince dengan suara yang mengecil.

“Benarkah?” Rosea tersenyum lebar terlihat terkesan karena ada anak kecil yang baik kepadanya.

Rosea terdiam bingung begitu dia sudah membuka kotak makanan di tangannya, di dalam kotak itu terdapat macaron bersama permen jelly berwarna merah muda.

“Untuk apa kamu memberikannya kepadaku?” Rosea bertanya.

Kesenangan di wajah Prince berubah karena khawatir Rosea tidak menyukai apa yang sudah dia berikan.

Alis Prince sedikit menurun, tangan mungilnya saling berpegangan di tempatkan di dada. “Kamu bilang, kamu suka makanan warna merah muda,” jawab Prince dengan polos.

Rosea tercengang kaget, kini dia teringat percakaan mereka kemarin. Tapi kemarin Rosea hanya menjawab asal-asalan secara spontan, Rosea tidak menyangka jika Prince akan menangkapnya dengan serius.

Rosea mendengus geli merutuki dirinya sendiri karena sudah berbicara sembarangan pada anak kecil.

“Oh iya kemarin aku lagi suka makanan berwarna merah muda. Terima kasih, aku sangat menghargainya,”  celoteh Rosea dengan senyuman lebarnya meredakan kecanggungan interaksi di antara mereka.

 “Kenapa kemarin?  Apa sekarang sudah tidak suka?” tanya Prince khawatir.

“Aku masih menyukainya sampai besok.”

“Kenapa?” Prince semakin di buat penasaran.

“Kalau kamu makan makanan yang sama setiap hari, kamu akan bosan,” jelas Rosea.

Prince menutup mulut dan sedikit tertawa karena apa yang Rosea jawab sangat mirip dengan apa yang di rasakannya. Prince selalu bosan dengan menu sarapan pagi yang harus dia makan setiap kali menginap di rumah neneknya karena menghidangkan menu makanan yang sama.

“Ingatan kamu sangat bagus Prince, aku sendiri lupa apa yang sudah aku katakan kemarin. Kamu luar biasa,” puji Rosea spontan.

Wajah mungil Prince bersemu merah malu, anak itu menatap dengan mata berbinar terlihat senang mendengar pujian yang di katakan Rosea kepadanya.

“Sea akan ke mana?” Tanya Prince dengan kepala semakin mendongkak menatap wanita itu.

“Aku akan pergi makan siang.”

“Sea bisa memakan itu,” tunjuk Prince pada kotak makanan yang sudah dia berikan.

Rosea tersenyum menatap Prince penuh penilaian. Sikap Prince terlalu aneh bagi Rosea, anak itu terlalu cepat dan mudah bergaul kepada orang asing seperti dirinya, apalagi Rosea adalah wanita yang sudah dewasa.

Interaksi antara Prince dan Rosea tidak luput dari perhatian Adam yang duduk di dalam mobil, pria itu memperhatikan Prince yang menjadi lebih banyak bicara dengan Rosea. Adam ingin keluar dan memastikan bahwa wanita yang bersama Prince adalah wanita baik-baik, namun dia harus menahan diri.

Prince selalu marah dan menangis dengan keras bila Adam tidak mendengarkan titahnya.

Di dalam mobil, Adam memilih memotret wajah Rosea dan segera melaporkannya kepada Leonardo.

To Be Continued..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status