Suara keras musik terdengar sejak satu jam yang lalu, samar tawa orang-orang terdengar di luar, satu persatu orang mulai berdatangan ikut memeriahkan pesta yang berlangsung.
Jari-jari Rosea bergerak cepat di atas keyboard tengah mengerjakan pekerjaannya, sesekali Rosea mengumpat kesal karena imajinasinya menghilang dan hancur karena keramaian pesta orang-orang di luar sana.
Jari Rosea menekan keyboard dengan sedikit keras, kakinya mendorong ke lantai menggerakan kursi yang di dudukinya untuk mendekati jendela. Rosea menyibak gorden dan melihat langsung ke arah rumah di sebelahnya yang kini kian ramai di penuhi oleh banyak orang.
Setengah jam yang lalu Rosea masih bisa sabar mendengarkan keramaian pesta, namun sekarang dia benar-benar sangat terganggu karena tidak bisa berkonsentrasi bekerja.
Rosea melihat ke arah jarum jam yang kini masih menunjukan pukul sepuluh malam. Ini tidak bisa di biarkan sama sekali, jika pekerjaan Rosea malam ini belum selesai karena gangguan pesta tetangganya, maka besok dia tidak bisa mengirimkan.
Rosea langsung beranjak dari duduknya dan pergi mengambil handpone untuk menelpon keamanan atas ke tidak nyamanannya dengan pesta yang di selenggarakan tetangganya.
***
Rosea mengerang frustasi, jam di dinding sudah menunjukan pukul sebelas malam, tumpukan pekerjaannya masih belum terselesaikan juga.
Satu jam setelah dia menelpon keamanan komplek, nyatanya pesta di rumah tetangganya masih sama berisiknya seperti sebelumnya. Meski sempat ada mobil keamanan yang datang ke rumah tetangga Rosea itu, namun tidak berapa lama mobil itu kembali pergi tanpa melakukan tindakan apapun yang berguna.
“Sialan!” Teriak Rosea dengan gebrakan keras di meja kerjanya.
Kesabaran Rosea sudah habis, dia tidak bisa diam lagi apalagi menunggu pesta berakhir.
Rosea langsung beranjak dari duduknya dan tanpa pikir panjang dia segera pergi keluar dari kamarnya, kaki Rosea bergerak cepat melangkah tanpa mempedulikan penampilannya yang sedikit berantakan.
Rosea berlari keluar dari pintu depan rumahnya memakai sandal jepit hitam kesayangnnya dan pakaian tidur tipisnya, bahkan di kepalanya terpasang bando berbulu karakter kelinci.
Suara bising musik semakin terdengar keras begitu Rosea di luar rumah.
Rosea terbelalak kaget melihat seberapa banyak kendaraan yang terparkir di depan rumah tetangganya hingga sampai membeludak ke luar dan terparkir di tanah kosong, bahkan ada beberapa sopir yang tertidur nyenyak di dalam mobil sambil menunggu majikan mereka selesai berpesta.
Dengan cepat Rosea berlari melewati banyak kendaraan dan berdiri di teras rumah tetangganya itu. Kaki Rosea berjinjit, lalu menekan bel terus menerus sampai pintu di depannya terbuka.
Seorang wanita berpakaian sexy membuka pintu, wanita itu sedikit mengerutkan hidungnya melihat penampilan Rosea yang sama sekali tidak menunjukan akan ikut bergabung dalam pesta.
“Mencari siapa?” tanya wanita itu.
“Pemilik rumah ini. Saya ingin bicara.”
“Oh, tunggu sebentar.” Wanita itu kembali menutup pintu untuk memanggil si pemilik rumah.
Tidak berapa lama pintu kembali terbuka. Seorang pria berdiri di ambang pintu mengenakan kaos hitam polos terlihat sangat muda, wajahnya sedikit kemerahan dan tercium kuat bau alcohol yang menyengat di sekitar dirinya.
“Anda siapa?” Tanya Atlanta dengan keadaan setengah mabuk.
“Tetangga sebelah” Rosea langsung menunjuk ke arah rumahnya, “Aku ingin bertemu pemilik rumah ini.”
“Aku pemilik rumah ini. Ada apa? Ingin ikut pesta?” Tanya Atlanta dengan senyuman menawannya menunjukan keramahan.
“Ohh.. Anda pemiliknya?” Seringai Rosea dengan tatapan tajamnya menyiratkan sebuah permusuhan.
“Ya, aku pemiliknya. Ada yang bisa aku bantu, tetangga?” Tanya Atlanta lagi dengan tangan terulur mengajak bersalaman. Diam-diam Atlanta juga dengan memperhatikan penampilan tetangganya itu yang kini terlihat sederhana dan acak-acakan.
Rosea langsung menerima uluran tangan Atlanta dengan kuat dan langsung melepaskannya tidak lebih dari dua detik.
Rosea menarik napasnya dalam-dalam, lalu dia menunjuk Atlanta dan berkata, “Tidak perlu basa basi. Aku datang karena mau bilang agar kamu mengecilkan suara musik pesta kamu. Kamu harus ingat! Sekarang kamu punya tetangga. Musik kamu sangat menganggu kenyamanan aku yang sedang bekerja. Jika kamu tidak dengar apa yang aku minta, aku tidak hanya akan menelpon keamanan, namun juga polisi. Kamu paham? Aku tunggu atas kerjasama kamu, aku beri waktu setengah jam. Sampai jumpa.”
Rosea langsung berbalik dan pergi meninggalkan Atlanta yang masih terdiam di tempatnya, pria itu hanya tersenyum miring melihat Rosea yang melangkah cepat pergi meninggalkan rumah Atlanta.
Dengan tenang Atlanta menutup pintu rumahnya lagi untuk melanjutkan pestanya yang sempat terhenti. Atlanta tidak peduli sama sekali dengan omelan kecil tetangga barunya.
Bagi Atlanta, pesta tetap pesta. Dalam keadaan apapun, pesta harus berjalan.
***
Setengah jam telah berlalu, keadaan masih sama dan tidak ada ada perubahan apapun. Semua peringatan Rosea, semua itu di anggap angin berlalu oleh tetangganya yang kini masih berpesta.
Dua gelas kopi sudah Rosea habiskan malam ini, pekerjaan yang menumpuk masih menantinya untuk segera di selesaikan dan di periksa.
Kepala Rosea terasa berdenyut pusing menahan kesal, tubuhnya mulai lelah membutuhkan istirahat namun dia tidak bisa segera naik ke ranjangnya karena pekerjaan yang belum selesai.
Tidak ada pilihan lain, Rosea harus benar-benar menghentikan keramaian pesta tetangganya agar berkonsentrasi bekerja dan segera istirahat.
Dengan penuh keyakinan, Rosea akhirnya mengambil handponenya untuk menghubungi pihak berwajib. Rosea tidak peduli dan tidak mentoleransi lagi meski jika nanti dia dan tetangganya tidak akan akur.
Panggilan yang di buat Rosea rupanya di tanggapi dengan cukup cepat karena setengah jam setelah menelpon, dua buah mobil polisi datang dan berhenti di depan rumah tetangganya.
Rosea berdiri di balik jendela dan mengintip melalui gorden untuk memastikan apakah kali ini pestanya akan berakhir atau tidak sama sekali.
Tiga orang polisi masuk ke dalam rumah dan di sambut oleh Atlanta di teras, mereka berbicara beberapa saat, Atlanta sempat melihat ke arah rumah Rosea dan menunjuknya sambil berbicara.
Orang-orang yang tengah berpesta di lakukan pemeriksaan oleh anggota kepolisian, hingga akhirnya ada satu orang perempuan dan dua orang pria di gelandang masuk ke dalam mobil polisi.
Pesta yang meriah akhirnya berhenti, satu persatu orang mulai pergi meninggalkan rumah Atlanta, begitu pula dengan polisi yang membawa teman Atlanta.
Kini, Atlanta berdecak pinggang sendirian di depan rumahnya yang berantakan tanpa ada orang dan keramaian lagi, pria itu terlihat kesal karena kesenangannya yang sering dan terbiasa di lakukan, untuk pertama kalinya di kacaukan.
Atlanta mendongkakan kepalanya, dan tanpa sengaja dia melihat ke arah jendela kamar Rosea. Dengan sengaja Rosea langsung membuka gorden jendela kamarnya lebih banyak, wanita itu bersedekap dengan senyuman puasnya karena merasa menang.
Namun alih-alih marah karena pestanya di hentikan karena laporan yang di buat tetangganya, tiba-tiba Atlanta membalasnya dengan senyuman menawannya.
Rosea langsung menjauhkan wajahnya memasang wajah cemberut. “Sinting,” hardik Rosea seraya menutup jendela lagi. Rosea kembali ke meja kerjanya, melanjutkan pekerjaannya yang banyak tertunda.
To Be Continued..
Pagi-pagi sekali Rosea sudah terbangun, wanita itu menghabiskan waktunya untuk melakukan olahraga di pagi sebelum memulai aktivitasnya yang lain.Rosea menekan layar treadmill mempercepat langkahnya menjadi berlari.Suara ceburan terdengar di sebelah tembok pagar rumah Rosea. Jarak rumahnya dengan rumah tetangga sebelah hanya terpisah oleh dua buah pagar yang saling berdampingan, karena itu Rosea bisa mendengar suara berisik pesta semalam.Jika mengingat kejadian pesta semalam, Rosea kini tersenyum geli mengingat bagaimana pesta yang meriah berakhir dengan kedatangan polisi, setengah jam setelah itu tetangganya memanggil banyak tukang bersih-bersih untuk merapikan rumahnya di pagi buta.Suara ceburan air terdengar lagi menandakan tetangga Rosea tengah berenang.Setelah lama Rosea bergerak, dia memutuskan turun dari treadmill untuk minum dan mengusap peluh keringat yang membasahi wajahnya. “Hallo tetangga.”“Uhuk” Rosea tersedak kaget melihat kehadiran Atlanta yang kini muncul tiba-t
Terik panas matahari siang itu terasa sedikit lebih menyengat dari biasanya, Prince duduk di bangku tempat pertemuannya dengan Rosea hari kemarin. Tangan Prince memeluk sebuah kotak makanan berisi macaron merah muda yang dia sengaja siapkan untuk Rosea.Kepala Prince bergerak ke sana kemari menunggu kedatangan Rosea yang belum dia lihat kehadirannya sejak tadi.“Prince” Adam datang untuk menjemput Prince. “Waktunya pulang.”“Sebentar Adam.”“Kenapa?”“Aku menunggu kenalanku.”Kening Adam mengerut, siapa kenalan Prince? Tidak seperti biasanya Prince memiliki perhatian kepada orang lain. Batin Adam bertanya-tanya. “Sudah waktunya pulang, satu jam lagi kamu ada les bahasa Prancis. Sekarang, ayah kamu ingin mengajak makan siang bersama,” Adam mengingatkan.Prince tertunduk sedih mendengarnya, dengan terpaksa dia segera beranjak dan pergi mengikuti Adam yang menuntunya pergi masuk ke dalam mobil.Adam segera menutup pintu dan berlari pergi menyusul masuk, pria paruh baya itu segera melaju
Rosea memeluk kotak makanan yang di berikan oleh Prince, ada sepercik kesenangan yang menyentuh hatinya memikirkan Prince dengan tulus menyiapkan makanan berwarna merah muda untuknya.“Aku akan mengembalikan kotak makananmu lagi nanti. Aku akan membalasnya, kamu suka makanan apa?” tanya Rosea.Mata Prince berbinar senang, “Aku suka makanan laut dan kue keju. Jadi, mulai besok kita akan saling bergantian memberikan makanan?” tanyanya dengan polos. Prince berpikir saling membalas makanan layaknya surat menyurat.Prince tidak tahu jika Rosea akan membalas kebaikan Prince hanya sebagai formalitas saja. Perhatian Rosea beralih ke sisi, melihat Adam yang keluar dari mobil.Rosea menatap jam di tangannya dan menyadari bahwa dia sudah lebih dari tiga menit bicara dengan Prince.Rosea segera berdiri, “Om” sapa Rosea dengan canggung. “Maaf saya tidak bermaksud mengganggu perjalanan Anda dengan putera Anda,” tambah Rosea lagi langsung menjelaskan.Adam memasang wajah datar tidak bersahabat. “S
Rosea menarik napasnya dalam-dalam, wanita itu terlihat kaget melihat sosok pria yang sudah dipanggil ‘ayah’ oleh Prince. Wajah Rosea memerah karena terpesona, namun di detik selanjutnya wajahnya berubah pucat seakan seluruh darah di tubuhnya membeku ketika tidak sengaja pandangan mata mereka bertubrukan. Mendadak saja rasa percaya percaya diri dan keberanian Rosea hilang di bawah tatapan tajam milik Leonardo yang secara terang-terangan penuh penilaian. Bibir Rosea mengatup rapat, lidahnya terasa kelu tidak memiliki keberanian untuk menyapanya lebih dulu. Ada atmosfer yang begitu kuat Rosea rasakan ketika dia berhadapan dengan Leoardo. Sebuah perasaan terintimidasi, takut dan tertekan langsung Rosea rasakan dalam waktu bersamaan. “Ayah, ini temanku. Sea ini ayahku yang tadi kamu tanyakan,” Prince manarik tangan Rosea agar semakin mendekati ayahnya. Prince ingin Rosea memperkenalkan dirinya sendiri seperti saat Prince memperkenalkan diri di depan kelas. Rosea tertunduk malu kare
Perjalanan pulang ke rumah Rosea membutuhkan waktu setengah jam, tapi entah mengapa Rosea merasa waktu kali ini berjalan terasa sangat lambat. Beberapa kali Rosea melihat ke jalanan, dia sudah tidak sabar untuk segera sampai rumah. Dari sudut matanya, Rosea diam-diam melihat Prince dan Leonardo yang kini tengah duduk di sampingnya. Kedua laki-laki itu duduk dengan posisi yang sama, satu kaki terangkat menumpang satu kaki lainnya, tubuh mereka berada dalam posisi tegak sempurna seperti seorang tuan muda yang sering kali Rosea lihat hanya di dunia komik saja. Tanpa sengaja pandangan Rosea bertubrukan dengan Leonardo melalui spion tengah mobil, tatapan mereka saling mengunci. Rosea langsung tersenyum masam karena lagi-lagi Leonardo menatap dirinya dengan penuh penilaian. Rosea tidak tahu apa yang sebenarnya ada di kepala Leonardo, apa yang di pikirkan pria itu tentang dirinya, tatapannya yang penuh penilaian sedikit menginjak harga diri Rosea yang sejak awal tidak pernah memiliki n
Rosea berdiri di depan cermin besar, wanita itu memutar tubuhnya memperhatikan penampilannya dari segala sisi. Malam ini Rosea mengenakan gaun tanpa lengan berwarna merah muda yang ketat dengan tinggi sejengkal di atas pahanya, rambutnya di biarkan terurai, wajahnya terpoles makeup dengan lipstick yang merah.Rosea membungkuk mengenakan sepatu heels tinggi yang masih bisa dia gunakan untuk menari.Malam ini Rosea ingin pergi berpesta mencari hiburan melepas penatnya bersama temannya.Dalam beberapa langkah Rosea mundur dan kembali memperhatikan penampilannya malam ini yang terlihat cukup berani dan cantik.Bibir merah Rosea menyunggingkan senyuman puas karena kini dia sudah percaya diri dengan penampilannya yang telihat kuat dan lebih menonjolkan sisi seksi juga dewasa di dalam dirinya.Dengan anggun Roesa membalikan tubuhnya dan mengambil tasnya, wanita itu melenggang pergi keluar dari kamarnya dan pergi menuruni tangga.Langkah Rosea terhenti begitu dia teringat sebuah kue yang ibun
Karina mengedarkan pandangannya melihat ke sekitar mencari-cari seseorang yang bisa dia ajak bersenang-senang. “Kamu sudah menemukan cowok yang cocok?”“Santailah Rin, kita baru duduk lima belas menit di sini,” jawab Rosea dalam bisikan.“Lebih cepat lebih bagus Sea, jika tidak cocok kamu bisa menggantinya dengan cepat.”Rosea tertawa dan berkata, “Astaga Rin, pria bukan sandal di mall yang bisa kamu lihat dan di pilih lalu di coba.”Bibir Karina mengerucut, wanita itu bersedekap menyilangkan tangannya. “Jangan naif Sea, sandal juga harus di pilih dengan baik agar pas di kaki. Apalagi pria, harus di pilih lebih teliti agar pas di hati. Malam ini pokoknya aku ingin pria yang kuat.”“Kamu bawa pengaman kan?”“Tentu aja Sea, itu wajib,” seru Karina dengan penuh semangat.Rosea kembali tertawa dan meneguk minumannya, pandangannya mengedar melihat ke sekitar mulai menyadari bahwa para pengunjung semakin banyak.“Aku harus merapikan penampilanku dulu di toilet sebelum menari, jangan ke mana
“Ada apa?” tanya Rosea dengan waspada. Atlanta menunjukan jarinya ke arah mata Rosea. “Ada sesuatu di sudut mata kamu.”Mata Rosea terbelalak kaget, wajahnya langsung merah malu karena sudut matanya terdapat kotoran mata. Bibir Rosea menekan kuat dan tangannya bergerak cepat mengusap sudut matanya beberapa kali. Rosea berusaha untuk bersikap biasa saja di depan Atlanta yang masih terus memperhatikannya.Atlanta semakin mencondongkan tubuhnya membuat wajah mereka berdekatan, Atlanta menangkap tangan Rosea dan menurunkannya, di usapnya sudut bawah mata Rosea dan meniupnya, membuat Rosea langsung memejamkan matanya.Dua bulu mata lentik panjang wanita itu terbang entah ke mana.“Dua bulu mata kamu jatuh.”Rosea membuka matanya dan bertemu dengan sepasang mata Atlanta yang kini tengah menatap lekat dirinya. Rosea tidak tahu arti dari tatapan pria itu, namun diamnya Atlanta dan tatapannya yang dalam berhasil membuat Rosea gugup. “Sea, kamu tidak butuh mascara di bulu mata yang secantik