Share

PERASAAN QIYA

"Hai Qiyaa..." sapa Bara saat melihat Qiya melewatinya di kantin.

Qiya menoleh melihat siapa yang manyapanya, memangnya nama Qiya dikenal banyak orang? Ia rasa tidak. Bagaimana bisa cowok itu tau namanya padahal ia murid baru Ah sudahlah, Qiya tidak peduli. Ia melenggang melewati seseorang yang menyapanya itu, tanpa membalas sapaannya. Bodo amat, bahkan jika Qiya dikenal sombong.

"Gue bilang apa, adek gue tuh gak gampang" ujar Yasir dengan songong. Ia menyunggingkan senyum menyebalkannya. Dan hal itu berhasil membuat Bara mendengus kesal.

Aji menepuk-nepuk bahu Bara berniat menenangkannya tapi tetap saja, setelah itu Aji tertawa puas karena melihat temannya yang selalu menjadi idaman para cewek itu di abaikan oleh satu murid baru. "Sabar, masih permulaan" kata Aji, "tapi kalo permulaan aja udah gini, gimana nantinya? Ahhahah" lanjut Aji meledek.

Di tempat lain. Di meja ujung kantin, Qiya sedang menikmati makanannya bersama dua orang temannya, yaitu Rissa dan Sarah. Ya, teman SDnya itu sekarang kembali menjadi teman dekatnya di SMA, mereka satu kelas.

Qiya sama sekali tidak memperdulikan sapaan cowok tadi, rupanya cowok itu teman Yasir, kakaknya. Qiya baru mengetahuinya saat ia melihat kakaknya itu duduk satu meja bersama cowok itu. Yang menarik perhatiannya saat ini bukanlah tentang kakaknya dan cowok yang menyapanya tadi. Tetapi perhatiannya tertuju kepada cowok yang duduk diam dengan ponsel ditangannya, sepertinya cowok itu selalu sibuk dengan game. Dan Qiya lihat dia tetap tidak melupakan teman-teman disekitarnya, karena sesekali ia menyahuti candaan orang disekitarnya, walau hanya dengan senyum dan tawa ringan khasnya.

Yasir memergoki Qiya yang tengah menatap Fatur, Yasir tersenyum kepada Qiya yang dibalas pelototan darinya, jangan salah mata Qiya itu belo dan sayu bayangkan betapa seramnya pelototan dari matanya. Qiya tau jika senyuman dari kakaknya berarti ledekan, karena Yasir menunjukan senyum menyebalkan ala badboy. Hanya kakaknya yang tahu tentang segala perasaannya untuk saat ini.

"Lo melototin siapa sih? Ngeri gue liatnya," tanya Sarah.

Qiya menggeleng pelan, lalu kembali melanjutkan acara makannya. Setelah selesai ia mendongak menatap kedua temannya. "Lo liat gak itu tuh gerombolan cowok yang di pojok kantin itu," otomatis Sarah dan Rissa menoleh melihat ke arah meja yang di kerubungi 6 cowok.

"Oohh itu yang tadi nyapa lo terus lo cuekin?" Tanya Rissa seakan paham apa yang akan Qiya bahas.

Qiya mengerucutkan bibirnya sebal, "bukan itu ish.."

"Lagian ya, lo bisa-bisanya nyuekin kak Bara. Hebaaattt" kata Rissa sambil tepuk tangan.

"Lo tau gak sih? Kak Bara itu anggota geng cogan di sekolah ini,.."

"Lah terus? Kenapa?" Tanya Qiya memotong ucapan Rissa.

Sarah menyeruput es teh nya, lalu menyahut "sok tau banget lo, Ca."

"Ish, seriusan. Emang kalian beneran gak tau ya? Padahal gue hampir tiap hari denger murid-murid cewek ngomongin mereka."

"Udah ah, ke kelas yuk. Disini dosa, banyak bahan gibah," ajak Qiya sambil beranjak pergi.

Rissa dan Sarah mengikuti Qiya meninggalkan area kantin. Saat melewati geng hits yang tadi Rissa ceritakan, Qiya melirik sebentar ke arah Fatur yang masih menunduk pokus ke layar ponselnya. Ia tidak menyadari kalau Bara memperhatikannya dengan senyuman manis yang tersungging di bibirnya. Sebelum Bara bangkit dan menggoda Qiya, Yasir sudah lebih dulu berkata, "diem lo Bar, gak akan gue kasih contekan Matematika kalo lo nyapa adek gue lagi," ancamnya.

Bara diam, jahat sekali Yasir mengancamnya dengan contekan. "Galak amat lo!" Teman-temannya yang lain tertawa puas melihat ekspresi Bara yang terlihat kesal. Yasir tak menanggapi Bara, ia bangkit dan mengejar Qiya.

"Qiyaa!!!"

Gadis itu berhenti melangkah saat mendengar panggilan di belakangnya. Rupanya, Yasir sedang berlari kecil mengejarnya. "Apaan?"

Rissa tak percaya ketika melihat Yasir menghampiri Qiya. Ia belum tau bahwa status Qiya adalah adik Yasir. Dipikirannya hanya ada kalimat Famous amat si Qiya, baru anak baru udah dikenal kakak kalas, 2 lagi. Itulah isi pikiran Rissa saat ini. Sarah mengusap wajah Rissa yang bengong melihat Yasir, ingin sekali ia tertawa keras karena melihat ekspresi Rissa yang sangat lucu, ia tahu bahwa Rissa terkejut mendapati kakak kelasnya menghampiri Qiya.

"Kalo si Bara macem-macem sama lo, bilang ke gue, kayaknya cewek kelas sepuluh ipa2 yang dibahas Bara itu beneran lo," ucap Yasir ketika sudah berdiri di hadapan Qiya. Qiya mengerutkan dahinya bingung.

"Lo gak gue izinin deket sama temen-temen gue, kalo cuma kenal dan akrab gak papa, tapi kalo lebih, gak boleh." Yasir langsung mengerti apa yang ada dipikiran Qiya.

"Bodo amat, gue gak peduli sama Bara temen lo itu," jawab Qiya cuek.

Yasir menatap Qiya tak percaya, benar-benar adiknya ini, sekarang makin cuek sama cowok, kecuali Fatur kayaknya.

Satu tahun lalu Yasir mengetahui fakta bahwa adiknya ini menyukai Fatur. Entah darimana ia mengenal Fatur, yang pasti saat itu Yasir benar-benar terkejut. Hal yang paling mengejutkan dari perasaan Qiya adalah ia sudah sejak kelas 2 SMP menyukai Fatur. Jika dihitung sudah hampir 2 tahun hingga sekarang Qiya memendam perasaannya. Sebertahan itu Qiya dengan perasaanya yang terpendam?

"Terserah lo," ucap Yasir lalu pergi meninggalkan adiknya.

.....

Pulang sekolah, seperti biasa Qiya menunggu Yasir di depan gerbang sekolah. Qiya sudah mengirim pesan kepada Yasir, memberitahunya bahwa Qiya menunggu seperti biasa. Namun tak ada balasan oke dari Yasir, padahal kakaknya itu sudah membaca pesannya. Mungkin, Yasir berpikir untuk tidak perlu membalas pesannya.

Qiya sibuk dengan ponselnya guna menghindari rasa bosan ketika menunggu kakaknya. Tak lama dari itu, ia mendapati Yasir di sebrang jalan, sesegera mungkin Qiya menghampirinya dan pulang.

"Emang.... lo sama temen-teman lo itu geng hits ya disekolah? Kok gue gak tau kalo lo itu termasuk cowok-cowok idaman para siswi kaya di novel yang sering gue baca,"

"Atau jangan-jangan, lo juga bersikap dingin ya kalo disekolah? Biar jadi cool boy atau lo tipe yang rusuh biar kaya troublemaker boy" tanya Qiya.

"Entahlah, gue termasuk yang mana gue gak tau. Yang pasti semua siswi gak bisa menolak pesona gue," jawab Yasir dengan sombong.

Qiya berdecih ketika mendengar jawaban kakaknya yang sangat menyebalkan, "gue menolak pesona lo!"

"Itu sih lo nya aja yang burem,"

Qiya mencubit pinggang Yasir, "gue pake kacamata ini! Udah gak burem!" Mata Qiya memang minus, itu sebabnya Qiya menjadi cewek berkacamata sejak satu bulan lalu.

"Tetep aja, tipe lo kan kayak si korea-korea itu, makanya lo gak suka yang lokal kaya gue,"

Qiya tersenyum ketika Yasir membahas Korea. Memang benar, Qiya hanya mencintai lelaki Korea yang mukanya mulus dan bening kaya pangeran, bagi Qiya melihat idol kpop itu suatu kebahagiaan. Jadi ia tidak usah cape-cape patah hati karena menyukai lelaki lokal yang ada disekitarnya. Hal itu juga menjadi alasan Qiya mengapa ia tidak pernah serius ketika menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Baginya, mereka hanya bisa menyakiti. Maka dari itu, untuk menghindari hal itu Qiya memilih mencintai Idol Kpop dan tidak pernah menganggap serius sebuah hubungan.

"Ehh tapi... lo suka si Fatur deh, lo tetep menyukai cowok lokal," lanjut Yasir ketika teringat perasaan adiknya terhadap Fatur.

Senyum Qiya semakin mengembang ketika mendengar nama itu. Jantungnya berpacu cepat, selalu seperti itu ketika ia mendengar atau melihat segala hal tentang Fatur. Qiya salah tingkah, dan tanpa ia sadari pipinya mulai memerah. Qiya bingung harus merespond dengan cara apa.

"Tarik nafas.. cieeee yang langsung melting," ledek Yasir yang sudah paham seperti apa respond Qiya ketika membahas Fatur.

"Sialan lo! Gue degdeggan ini, sakit mendadak."

"Iya.. gue udah tau, lo selalu kaya gitu kalo bahas tentang si Fatur."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status