Besoknya, Yasir pergi sekolah lebih pagi, bareng Qiya tentunya. Ia mengantar Qiya sampai warung depan, lalu pergi ke tempat nongkrong biasa, warung belakang sekolah.
Sampai di warung belakang, ia duduk di samping Bara yang sibuk dengan game online di ponselnya. "Heh!! Deketin si Qiya lagi gue pites lo kaya kutu, ngapaiiinnn anter-anter si Qiya balik kemarin maneh??" ancam Yasir dengan candaan.
Bara terkekeh dengan pandangan yang tetap mengarah ke layar ponsel, "tenang Cil, gak akan di sakitin kok" jawab Bara.
"Boong tah si Bara, biasa ngarayu supaya di restuan eta teh Cil.." ucap Riza mengompori.
Bara mengantongi ponselnya lalu menepuk bahu Yasir dengan tenang, "moal eeehh, percaya ka urang," (gak akan, percaya sama gue) kata Bara kepada Yasir berharap agar Yasir mau mempercayainya.
"Gak! Moal percaya urang," (gak akan percaya gue) ucap Yasir.
Bara mendengus, susah sekali meyakinkan Yasir kalau dia gak akan menyakiti Qiya. Bara beneran terpesona sama Qiya, mana mungkin disakiti. Tapi, bukankah semua cowok awalnya memang begitu? Nantinya ya sama saja.
"Kuy kelas, pelajaran Bu Ihat nihhh. Qiya mulu bahasannya," ajak Heri.
.......
Qiya merebahkan kepalanya di meja kantin, menunggu pesanannya. Perutnya sudah lapar sejak tadi. Rissa menatap Qiya dengan malas, "rebahan mulu kepala lo Qiy."
"Ya iyalah, kalo udah hobbi susah, Ris. Hahaha" jawab Qiya.
Sarah mendengus, "malu atuh sama kak Fatur tuh," yaa mereka berdua sudah tau, semalam Qiya bercerita via w******p
Qiya sontak menegakkan tubuhnya, lalu menoleh menatap meja pojok yang biasa di tempati Fatur dan teman-temannya. Rissa dan Sarah tertawa melihat ekspresi Qiya. Sekarang mereka tau kenapa Qiya sering terlihat pucat seperti mau pinsan, alasannya adalah Fatur. Qiya suka sakit mendadak melihat kakak kelasnya itu, jangankan melihat, sepertinya mendengar namanya saja Qiya suka degdeggan.
"Udah kali liatinnya, makanan lo dingin tuh," kata Sarah.
Qiya menoleh melihat makanan yang sudah tersaji di hadapannya. Langsung saja ia lahap, karena sudah tidak bisa lagi menahan lapar di perutnya, terlebih tenaganya juga terasa habis karena melihat Fatur, rasanya tulang-tulang di tubuh Qiya melembek. Oke alay, tapi begitulah..
"Kak Bara kegeeran deh, senyam senyum mulu. Padahal si Qiya liatinnya kak Fatur, kesian asli" ucap Rissa setelah menghabiskan batagornya.
Qiya acuh mendengar nama itu, bukannya benci, hanya tidak suka saja dengan cara Bara mendekatinya. Bukan tipe Qiya. Cewek memang begitu, gak suka dikejar, tapi suka dengan yang cuek. Katanya, yang cuek lebih menarik.
Setelah menghabiskan makanannya, Qiya bersama temannya tidak langsung kembali ke kelas, mereka santai-santai di kanting sambil gibah, biasaa cewek kalo belum gibah bibirnya suka sariawan, begitu kata Qiya.
Lagi nyaman-nyaman ngobrol, tiba-tiba ada Bara yang duduk di samping Qiya, seperti biasa Qiya sudah paham apa maksud Bara, pasti dia ingin mengajaknya pulang bersama dengan cara memaksa, sungguh kali ini Qiya sudah sangat bosan mendengar ajakan Bara.
"Apa kak? Mau nawarin pulang bareng? Gak bisa, gue mau kerja kelompok dulu sampe subuh!" Ucap Qiya sebelum Bara melontarkan ajakannya.
Bara tertawa, "siapa jugaa yang mau ngajak pulang bareng, gak boleh emang gue duduk disini? Kosong juga" kata Bara. Sebenarnya itu kalimat pembelaan diri, Bara merasa malu karena sudah tertolaj padahal belum mengucapkan apa-apa.
Qiya mendengus, "yaudah boleh," lalu ia beranjak meninggalkan tempat duduknya untuk kembali ke kelas. "Gue duluan ya kak" pamit Qiya.
"Laaahh.. ditinggal? Qiyaaa!!! Gue mau ngobrol loh ini!!!! Woyyy!!!" Teriak Bara memanggil Qiya yang berjalan menjauhi area kantin.
"Suliiiittt suliittt" gumamnya dengan lesu.
.......
Qiya sampai dirumah tepat waktu, ia tidak ada jadwal kerja kelompon hari ini, tadi itu hanya alasan bohong untuk menolak Bara. Saat memasuki area rumah, Qiya melihat dua motor terparkir di garasi. Qiya mengenal jelas motor siapa itu. Motor putih itu milih Bara, dan yang hitam motornya Fatur. Semoga mereka bermain di kamar kak Yasir, batin Qiya.
"Assalamu... a la i kum" Qiya menghela nafas ketika melihat Yasir dan teman temannya yang sedang bersantai diruang tamu. Bara langsung menegakkan tubuhnya saat melihat Qiya datang, tak lupa juga senyum manis yang langsung tercipta di wajahnya.
Qiya melihat Fatur yang sedang rebahan di sofa panjang sendirian, matanya terpejam dengan satu tangan yang diletakan di atas dahinya. Qiya tak kuasa menagan degup jantungnya saat melihat Fatur tertidur seperti itu. Cepat-cepat ia melangkah untuk meninggalkan ruang tamu. Tapi suara Bara menghentikan langkahnya,
"Katanya kerja kelompok Qiya?" Tanya Bara.
"Terserah gue, kerja kelompok atau ngga" jawab Qiya jutek, lalu melangkah memasuki kamarnya.
Hari minggu ini, Qiya ada acara reuni bersama teman-teman SMP nya. Ia begitu semangat hari ini, terbukti dengan Qiya yang langsung mandi setelah membereskan kamarnya, biasanya Qiya mandi jam 12 siang sekalian sholat dzuhur, atau bahkan sekalian sore saat mau sholat ashar. Ya begitulah memang pemalas tingkat akut."Lah udah rapi lo, mau kemana?" Tanya Yasir saat melihat adiknya di dapur dengan keadaan rapi dan wangi."Biasalaaahh" jawab Qiya asal."Biasanya lo kan rebahan, ngapain serapi ini? Dasar centil" ledek Yasir.Qiya melotot, "enak aja lo! Gue mau reuni!"Yasir hanya mengangguk-anggukan kepalanya.......
"Besok gue pindah sekolah Qiy,"kata Irham ketika perjalanan pulang mengantar Qiya. Benar-benar, Qiya tak habis pikir, mereka baru saja sekolah satu semester tapi Irham sudah akan pindah sekolah. Dasar bandel pikir Qiya. Ia merasa kasihan kepada bunda Irham, saat pertama masuk SMP Irham itu murid baik-baik, tidak bandel seperti sekarang. Itu semua berawal dari kelas 2 SMP, saat ia mulai bergaul dengan teman yang bandel, suka ikut tauran, datang telat, pulang telat dsb. Bundanya jadi kerepotan dengan tingkah Irham yang berubah bandel karena salah gaul.......Hari senin ini, Qiya datang sekolah lumayan siang. Jangan khawatir, ia tidak akan terlambat upacara, di sekolah Qiya upacaranya siang, ya gitu udah pada tau kan. Jam 07.40 Qiya baru sampai di sekolah. Ia berjalan santai melewati ruang Tata Usaha. Ia melihat ada seorang
Bara merebahkan tubuhnya di kasur Yasir, merasa ngantuk dan ingin tidur sebentar. Temannya yang lain juga sibuk sendiri walaupun tetap ngobrol dengan topik random."Cil adek lo jutek banget,aingcape mikirin cara deketinnya. Di chat jugataradibales Cil" curhat Bara kepada Yasir."Atudaaa ngegasteuingdeketinnyamaneh mahBar. Santai napa santai," timpal Riza.Bara bangun kemudian duduk di tengah kasur Yasir. "Emang gitu?""Udah laahh Bar, berenti aja deketin adek gue. Lo bukan tipenya," ucap Yasir.Bara mendengus, "dukungatuhCil, dukuunggg !! Soal tipemahgue terob
Siang ini Bara kumpul di warung belakang bersama teman-temannya yang lain seperti biasa. Mereka tidak kembali ke sekolah sejak bel istirahat pertama tadi, yaa mereka berencana bolos dan nongkrong di warung itu.Disana bukan hanya Bara dan teman-temannya, tapi ada juga kakak kelas 3 dan adik kelas 1 yang mulai tau tempat kabur kakak kelasnya, lebih tepatnya mereka mau jadi penerus kakak kelasnya jadi murid bandel.Seperti Irham, ia memang sudah bandel sejak SMP kelas 2. Dan sekarang ia di ajak bolos oleh Rendi ke warung belakang, tentu saja ia menyetujuinya tanpa banyak tanya.Sampai di warung belakang, Rendi memperkenalkan Irham kepada kakak kelas dan teman seangkatannya disana. Cowok kalau kumpul, udah gak pernah mempermasalahkan umur walaupun tetap menghargai kakak kelas. Mereka kump
Tak terasa seminggu lagi ulangan semester dan seminggu setelahnyaclassmeeting. Qiya dan teman sekelasnya telat berdiskusi siapa yang akan ikut lomba mewakili kelas mereka.Qiya tidak ada niat mengikuti lomba apapun, malas. Menurutnya mending nonton saja dan mendukung teman-temannya, terutama Rissa dan Rena yang mengikuti lomba cerdas cermat. Awalnya Rissa menolak mengikuti lomba itu, ia merasa tidak cukup ilmu untuk mengikuti lomba cerdas cermat, berbeda dengan Rena yang memang pintar."Belajar lo dua minggu lagi ngadu otak," suruh Qiya kepada Rissa.Sekarang mereka sedang beristirahat di kantin, selesai menghabiskan makanannya mereka tidak berniat langsung kembali ke kelas, melainkan nongkrong dulu di kantin sambil bercanda.
"Eehh anak kelas lo ada yang cakep tuh Ham, siapa namanya?" Tanya Riza. Sekarang mereka sedang berkumpul di warung belakang.Irham menyesap rokoknya dengan santai lalu balik bertanya, "yang mana dulu nihh??""Itu loh, yang suka sama si Qiya,"Mendengar nama Qiya di sebut sontak Bara menoleh menatap Riza dengan sinis, "kalo nanya yang ada nama si Qiyanya keaingajaatuhRiz, ampun ihka babaturan teh.""Bacot!" Balas Riza.Irham diam tidak peduli dengan Bara yang marah-marah karena temannya bertanya tentang teman Qiya kepadanya. Ya wajar aja padahal Riza nanya ke Irham, toh ia satu kelas dengan Qiya pasti tau siapa teman dekat Qiya.
Ulangan semester telah dilaksanakan dari dua hari yang lalu. Baru dua hari tapi Qiya sudah ingin muntah dengan kertas-kertas soal. Qiya rasa ia benar-benar salah masuk jurusan, ia selalu mendapat soal yang berisi angka-angka, serius Qiya tidak suka menghitung. Ilmu yang diajarkan oleh guru selama satu semester ini juga tidak banyak yang masuk ke otaknya yaa salah Qiya juga, soalnya kalo belajar suka gak pokus dan tidur.Hari ini ulangan pelajaran Biologi dan dua pelajaran lain, lumayan gak ketemu angka, besok baru hitung-hitungan soalnya Matematika Minat, padahal tidak ada yang minat. Qiya bisa sedikit bernapas lega hari ini. Walaupun tetap bikin pusing saat liat soal, banyak bahasa latin di soal Biologi yang bacanya saja Qiya tidak bisa. Salah apa Qiya sampai bisa nyasar ke jurusan Ipa? Sulit sekali ya ampun."Ren, liat LJK lo dong" pi
Hari pertamaclassmeetingini Qiya datang bersama Yasir jam 9. Qiya pikir acaranya sudah mulai, ternyata belum. Teman kelas Qiya sebagian tidak datang ke sekolah, padahal Qiya rasa acara ini akan rame sampai beberapa hari kedepan. Semoga ekspetasi Qiya tentangclassmeetingini benar, semoga tidak membosankan.Hari ini lomba cerdas cermat, pidato dan lomba futsal, yang bermain hari ini di lomba futsal hanya dua grup. Grup kelas 10 ips2 dan 11 ipa1 . Qiya hanya berniat menonton lomba cerdas cermat untuk mendukung Rissa dan Rena. Ia duduk di dalam aula baris paling depan bagian menonton.Rissa, Rena dan Ferra sudah siap di tempat peserta lomba. 5 menit lagi lomba dimulai. Ternyata duduk dan menonton cerdas cermat cukup membosankan, jika bukan karena Rissa dan Rena, rasanya Qiya ingin pulang saja.