Share

BARA PANTANG MENYERAH

Mereka bertiga akhirnya merebahkan tubuh mereka di pojokan musholacukup lama mereka berdiam, sama-sama menikmati nyamannya rebahan di lantai mushola. Hingga tanpa terasa Qiya benar-benar di hampiri rasa ngantuk, dan mulai menjelajahi alam bawah sadarnya. Sarah menoleh ke arah Qiya lalu mendengus sebal ketika mendapati Qiya yang sudah tertidur dengan nyaman di sampingnya.

"Ca, liat tuh orang yang ngajak kesini buat curhat malah ngebo duluan sebelum ngomong apapun" ucap Sarah dengan sebal.

Rissa menoleh ke arah Qiya untuk memastikan ucapan Sarah benar atau tidak, ia ikut mendengus ketika mendengar nafas teratur Qiya. "parah tuh dia, padahal udah kepo banget gue pengen denger dia mau curhat apa,"

"Dahla, mending ikut tidur sebelum dzuhur."

......

Cukup lama mereka terlelap, akhirnya Rissa terbangun lebih dulu ketika mendengar suara adzan. Ia melihat kedua sahabatnya yang masih terlelap bahkan sedikit terdengar dengkuran halus dari mulut Qiya. Rissa mengguncang tubuh temannya agar mereka bangun sebelum banyak orang datang ke mushola.

"Hudang ihh!! ges adzan tuh, dasar karebo!" (bangun ihh!! udah adzan dasar kebluk!) omel Rissa ketika kedua temannya tak kunjung bangun setelah ia guncang tubuh mereka dengan kasar.

"Bentar Caaa.. 5 menit lagi," lirih Qiya.

Sementara Sarah langsung bangun ketika mendengar omelan Rissa, "udaahh ca.. tinggalin aja yuk ni anak, biar dia wudhunya ngantri," ucap Sarah yang sudah paham dengan kelakuan sahabatnya itu.

Mendengar ucapan Sarah, sontak Qiya bangun dan membenarkan kerudungnya yang sedikit acak-acakan dengan ekspresi sebal,

"Jahat maneh duaan teh ihh" (jahat kalian berdua tuhucap Qiya.

Tanpa memperdulikan Qiya, Sarah dan Rissa beranjak ke tempat wudhu, yang langsung disusul oleh Qiya dengan wajah cemberut.

......

Setelah sholat mereka bertiga kembali ke kelas, namun rasanya tidak lengkap jika belum mampir ke kantin hanya untuk membeli es cekek. Dan setiap istirahat kedua geng Bara selalu berkumpul di kantin. Senang sekaligus malas, itu yang selalu Qiya rasakan. Senang karena di antara mereka pasti ada Fatur, dan malas karena Bara selalu saja mengajaknya bicara, walaupun Bara tau ucapannya tidak akan mendapat respond dari Qiya, sialnya laki-laki itu selalu mengatakan "kali ini belum di respond, tapi nanti pasti di respond kan?" Sungguh Qiya sangat malas.

Jika saja Fatur yang mengajaknya bicara sudah pasti akan langsung ia beri respond. Sayangnya laki-laki itu selalu memilih diam dan tidak peduli, ya sudalah.

Sesuai dugaan Qiya, Bara langsung menyapanya saat ia memasuki area kantin, Qiya hanya diam tanpa merespond apapun, menoleh pun tidak. Kalaupun Qiya menoleh itu pasti untuk melihat Fathur bukan untuk merespond sapaan Bara.

Setelah memesan es cekek, mereka bertiga duduk di bangku yang dekat dengan penjual es itu. "Qiyaaa... lo belum ceritaaaaa," rengek Rissa.

"Kaya bayi minta makan lo ngerengek begitu," ucap Qiya.

Rissa mendengus sebal, "lagian lo tadi bilang ke mushola mau curhat, lah malah ngebo,"

"Udahlaaa dia emang gak niat cerita Ris, biarin aja," timpal Sarah.

"Ah suka gitu.. tadi tuh kelewat adem, jadinya ketiduran" ucap Qiya sambil cengengesan.

"Nyinyinyiii," ledek Sarah dan Rissa berbarengan.

Qiya tertawa karena mereka sangat kompak meledeknya.

"Ya ampuunn manis banget teteh ketawanya" kata Bara yang tiba-tiba duduk di samping Qiya.

Sontak mereka menoleh menatap Bara, dan hanya Qiya yang mendengus tidak suka saat melihat orang yang duduk disampingnya. Mengganggu saja, pikir Qiya.

"Nanti pulang bareng ya, Qiyaaa" ajak Bara itu dengan lembut.

Qiya memutar bola matanya, sudah semakin malas ketika mendengar kalimat ajakan itu dari bibir Bara. Sekarang, ia hanya berharap agar es nya cepat jadi dan bisa kembali ke kelas.

"Mang es nya udah belum?" Tanya Qiya kepada penjual es cekek.

"Belum.. sabar Neng" jawab penjual es.

Qiya menghela napas pelan. Kemudian ia mengeluarkan ponsel nya agar bisa pura-pura sibuk di hadapan Bara, malas sekali jika harus merespond cowok ini.

"Mau gak Qiya?? Pulangnya kapan? Jam 2?" Tanya Bara dengan semangat, ia tetap tidak mau menyerah.

Qiya diam seolah tidak ada yang berbicara dengannya. Melihat kejadian itu, kedua teman Qiya merasa tidak enak kepada Bara, akhirnya Rissa menjawab, "kayaknya Qiya pulang jam 2 kak, itupun kalo gurunya masuk pelajaran terakhir."

Bara tersenyum, "oke.. gue tunggu didepan ya yang deket warung.. atau mau di tungguin depan kelas?" Tawar Bara.

"Dih apaan ngga! Gausah" tolak Qiya.

Bara tersenyum akhirnya Qiya menjawabnya, "berarti di deket warung depan? Oke"

Qiya menghela napas lelas, "kak Bara gak usah! Qiya pulang sama Kak Yasir ajaaa," tolak Qiya.

"Sip lah kalo setuju, gue tunggu deket warung depan" setelah mengucapkan kalimat itu, Bara langsung beranjak pergi kembali ke meja teman-temannya.

"Astagfirullah ya allah, innalillahi," ucap Qiya prustasi, bisa-bisanya ia ketemu cowok sekeras Bara. Semangat banget deketinnya. Mana gak nyerah-nyerah, udah di tolak udah di cuekin tetep aja gak nyerah. Sabar banget emang.

.........

Pulang sekolah, Qiya jalan keluar bersama Sarah. Rissa pulangnya beda arah jadi dia bareng sama yang lain. Hari ini panas banget, Kerudung Qiya juga udah gatau gimana bentuknya, beda sama Sarah yang selalu rapi dan cantik. Heran sih, kenapa Bara milih deketin Qiya yang kucel daripada deketin temennya ini si Sarah yang perfect, cantik banget.

"Qiy, kak Bara nungguin di depan warung. Cie ciee" goda Sarah.

Qiya mendengus, sudah gerah, mendengar godaan Sarah jadi makin gerah, kesel juga. "Apaan sih! Gue heran deh Sar, lo kan cakep tuh, kenapa kak Bara malah deketin gue bukannya deketin lo yang cakep gini. Cogan kadang gaada otak emang"

Sarah tertawa, "aduh baper gue di bilang cakep sama yang manis, hahah. Bentar deh, apa kata lo? Cogan? Cie ciee udah ngakuin nih kalo kak Bara ganteng?"

Qiya mengerutkan dahinya "kapan gue bilang kak Bara jelek?"

"Iyadeh iyaa.. tapi itu berarti lo mau dong sama kak Bara sebenernya. Kan kata lo dia ganteng," ucap Sarah.

Qiya menoleh dengan ekspresi yang sulit di artikan, "gak gitu juga Sar!!! Belum tentu gue bilang ganteng berarti mau, enak ajaaa"

"Yaaa kiraiinn."

"Kalo cogannya kaya kak Fathur sihhh gak usah di deketin juga gue mau. Langsung ngajak jadian juga mau gue mah, asal kak Fathur ajaa."

Sontak Sarah terkejut mendengar ucapan Qiya, banyak sekali kalimat yang ingin ia lontarkan kepada temannya ini, tapi tidak bisa di ucapkan sekarang, karena mereka sudah sampai di warung depan, dan sudah ada Bara tentunya yang menunggu Qiya sejak tadi.

"Sampe rumah gue bikin grup! Pokonya ceritain!!! Awas aja kalo kaga jadi lagi" ancam Sarah sebelum mereka berpisah.

"Iya iyaa. Sono balik" ucap Qiya.

Setelah itu ia berjalan sedikit menjauh dari warung, tepatnya untuk menghindari Bara. Qiya mengeluarkan ponselnya berniat menghubungi Yasir.

Tiba-tiba Bara berdiri di hadapannya, "kenapa kesini? Mau kemana dulu? Gue udah nungguin nih" ucap Bara.

Qiya mendongak menatap Bara, hal itu membuat Bara tersenyum lebar. "Gue pulang sama kak Yasir, kan tadi gue udah bilang di kantin," jelas Qiya.

"Orang si Yasir udah pulang dari jam 1 tadi,"

"Yaudah tinggal di chat pasti kesini ngejemput" ucap Qiya kukuh menolak Bara.

"Sama gue aja langsung, kalo si Yasir harus nunggu dulu" rayu Bara pantang menyerah.

Qiya menghela napas "yaudh deh iya, kak Bara tuh bawel banget gak paham penolakan apa gimana?" Omel Qiya.

Bara malah tertawa mendengar ocehan Qiya, bukannya apa kesannya malah lucu bukan kesel.

"Gajelas! Malah ketawa" desis Qiya. Akhirnya Qiya pulang di antar Bara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status