Share

MENDADAK SAKIT

Malam minggu ini seperti biasa, Qiya hanya diam di dalam kamarnya tanpa berniat pergi main seperti remaja lainnya. Nasib jomblo memang begitu. Jika bukan karena oppa oppa korea idolanya, entah akan segabut apa Qiya setiap hari.

Ketika sedang asik menonton acara variety show korea yang menampilkan boygrup idolanya, Qiya di ganggu dengan suara dentingan dari ponselnya, pertanda satu pesan masuk di aplikasi W******p.

0812******** :

Haii

Me :

Ya?

0812******** :

Ini Qiya kan?

Me :

Ya.

Kak Bara :

Gue Bara. Save ya😁

Me :

Oh.

Kak Bara :

Keyboard lo gak bisa

dipake buat ngetik banyak?

(Read)

Qiya malas menanggapi pesan-pesan unfaedah dari cowok bernama Bara itu. Ia tidak suka jika sedang fangirl-an lalu kegiatannya di ganggu oleh orang lain. Ia kesal dengan hal itu. Bahkan bukan satu atau dua cowok yang ia putusin dengan alasan "gue risih setiap lo ganggu waktu gue nonton korea, kita putus aja."

Qiya tidak akan berpikir dua kali untuk memutuskan hubungan dengan cowok yang sekali saja membuatnya tak nyaman. Qiya tidak akan ambil pusing tentang hal itu, toh ia tidak punya perasaan apapun dengan para mantannya. Perasaannya hanya untuk Fatur. Maka dari itu, semua yang Qiya benci jika menyangkut Fatur, ia tidak akan masalah. Tapi selama 2tahun ia mencari tau tentang Fatur, tidak pernah ada hal yang membuatnya benci kepada cowok itu. Semuanya, ia suka tentang Fatur. Ya.. memang sebucin itu Qiya kepada Fatur.

Tanpa sadar, Yasir sedari tadi berdiri di ambang pintu kamar Qiya dengan melipat kedua tangannya di depan dada. "Qiya, pergi keluar yuk!" Ajaknya.

Tanpa menolehkan kepalanya dari layar laptop, Qiya menjawab "males ah,"

"Gue beliin lo recheese deh, temenin gue tapi" sogok Yasir dengan nada sedikit terpaksa.

Qiya beranjak dengan ekspresi bahagianya, "oke kuy!" Ia meraih sweeter peach dari gantungan dan tak lupa juga mengantongi ponsel dan beberapa lembar uang yang ia ambil dari dalam dompet.

"Gercep amat lo kalo mau dibeliin recheese" sindir Yasir kemudian pergi keluar dari kamar Qiya disusul oleh pemilik kamar itu.

Mereka pergi dengan menggunakan motor matic Yasir, sekitar 15 menit perjalanan karena macet akhirnya mereka sampai di alun-alun kota. Yasir memarkirkan motornya lalu pergi meninggalkan Qiya.

"Tungguin napa!" Teriak Qiya.

Qiya diam di samping kakaknya yang duduk di salah satu bangku disana. Mata Yasir pokus kepada layar ponselnya yang menampilkan ruang chat pribadi. Sepertinya Yasir ada janji bertemu seseorang disini. "Lo mau ngapain sih? Mau ketemu siapa?" Tanya Qiya yang mulai bosan.

"Temen gue, bentar dong lo gak sabar amat."

Qiya mendengus kesal, ia hanya bersabar menemani kakaknya itu. Tak lama Qiya melihat seseorang berjalan menghampirinya dengan menggunakan jaket pink. Tangannya membawa paper bag besar. Entah apa isinya. Sinar bulan menerangi wajahnya yang putih, Qiya menerka-nerka. Siapa cewek itu? Sepertinya ia kenal. Qiya menyesal tidak memakai kacamata, matanya jadi tidak bisa melihat dengan jelas dari jarak jauh.

Semakin dekat ia melihat sosok itu, senyumnya merekah, "Teh berbie!!" Seru Qiya setelah menyadari siapa cewek itu.

Berbie adalah panggilan akrab dari Qiya kepada kakak kelas satu tingkatnya, yaitu Fani. Fani melambaikan tangannya ke arah Qiya, dan Qiya pun melakukan hal yang sama. Yasir berdiri lalu sedikit berjalan menghampiri Fani. Yasir tersenyum manis menyapa Fani. Terlihat sekali seperti remaja alay yang sedang kasmaran. Lalu Fani dengan tingkah malu-malunya mencoba tetap cuek lalu memberikan paper bag yang ia bawa kepada Yasir.

"Ciee ciee!!" Goda Qiya kepada pasangan tanpa status itu.

Ya, Fani adalah gebetan Yasir sejak mereka bertemu pada masa orientasi di SMA. Qiya mengenal Fani karena beberapa kali Yasir mengajaknya untuk bertemu dengan Fani. Mereka juga sering bertukar pesan. Fani dan Qiya sama-sama cewek gila yang tidak terlalu memperlihatkan kegilaan mereka kepada banyak orang.

Sejak Qiya kenal Fani, dan mengetahui semua tentang Fani dan Yasir, ia mulai merasa kesal kepada Yasir yang sampai sekarang tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Bagaimana jika Fani memilih bersama cowok lain? Nyesel baru tau rasa.

Satu fakta yang Qiya tau, Fani adalah mantan Fatur. Pertama kali Qiya tau tentang itu, perasaan minder langsung meliputi hati Qiya. Bagaimana tidak, mengetahui seorang Fani adalah mantan Fatur membuatnya down. Fani itu gadis cantik yang cuek, pintar, menarik, baik hati, mempunyai kulit putih bersih. Tidak sedikit lelaki yang mengidamkan Fani.

Qiya minder mengetahui hal itu. Secara tidak langsung Qiya tau, bagaimana tipe cewek Fatur. Dan itu jauh sekali dengan Qiya yang pecicilan, kpopers, tidak pintar, tidak menjaga image, bodo amatan, dan segala macamnya. Kalo soal fisik jangan ditanya Qiya lebih minder dari apa yang kalian bayangkan. Memang, banyak lelaki yang mendekati Qiya, banyak juga jumlah mantan Qiya. Tapi itu tidak pernah bisa membuatnya jadi percaya diri untuk bisa sebanding dengan Fatur yang menurutnya terlalu masya allah.

"Sombong banget Qiya! Jarang main ke rumah" ucap Fani.

"Kemarin-kemarin kan sibuk ujian terus disambung sibuk masuk SMA, mana sempet main?" Jawab Qiya.

"Sok sibuk banget lo!" Ledek Fani.

"Emang gue sibuk! Emangnya Teh Berbie, main mulu atau gak rebahan, gak ada kegiatan banget. Males!" Balas Qiya. Lalu mereka berdua tertawa dan menghiraukan Yasir yang diam dengan ekspresi kesal karena dia abaikan.

"Abis ini kalian mau kemana?" Tanya Fani.

"Gue mau ditlaktir ...." sebelum Qiya selesai dengan ucapannya, matanya menangkap sosok Fatur yang melambaikan tangan ke arah Yasir. Hal itu berhasil membuat Qiya gugup dan diam seperti patung. Jangan lupakan dengan pipi Qiya yang mulai memerah, untung saja lampu disana sedikit redup jadi warna pipinya tidak terlalu terlihat.

Tangannya mulai dingin karena menahan rasa gugup, jantungnya terus berdetak cepat. Beberapa kali ia menghembuskan nafas kasar, semoga Fani tidak menyadari bahasa tubuh Qiya yang berubah.

"Cil!!!" Panggil Fatur. Bahkan hanya mendengar satu kata yang keluar dari mulut lelaki itu bisa membuat Qiya merinding padahal tidak ada hawa horor yang ia rasakan. "Lo disini? Darimana?" Tanya Fatur setelah menyapa Yasir dengan salaman ala cowok.

"Dari rumah lah, abis ketemu si Fani, lo ngapain sendirian?" Tanya Yasir.

Fatur mengangguk lalu mengangkat keresek putih yang ia bawa di tangan kanannya, "disuruh beli makanan. Kapan nih kalian official?" Yasir tertawa tanpa menjawab pertanyaan Fatur.

"Apaan sih lo! Gue duluan ya, bye!" Pamit Fani dengan menepuk bahu Qiya.

Qiya hanya bisa tersenyum sambil menunduk memandang batu kerikil yang ia injak. Qiya menggesekan sandalnya dengan kerikil itu mencoba menetralisir rasa gugupnya. Semoga Fatur tidak menyadari itu.

"Yaudah deh Tur, gue juga mau tlatir adek gue nih, ikut gak?" Ajak Yasir.

Demi apapun, Qiya ingin menjambak bibir kakaknya itu sampai lepas dari tempatnya. Enak sekali asal mengajak Fatur seperti itu. Tidak tau apa kalau jantung Qiya sudah berdetak tidak beraturan. Niat ngebunuh gue ini mah, sialan. Umpat Qiya dalam hatinya.

Qiya menyenggol pelan tangan Yasir dengan sikunya, semoga Yasir paham dengan kode yang ia berikan. Sungguh, saat ini Qiya benar-benar ingin segera pergi dari hadapan Fatur. Berlama-lama dengan kondisi ini tidak baik bagi kesehatannya, terutama dibagian jantung dan hati.

"Ohh.. makasih deh, gue pulang aja ditungguin Bunda," tolak Fatur yang disyukuri Qiya.

Akhirnya Qiya bisa bernapas lega mendengar jawaban Fatur. Walaupun rasa gugup masih tetap mengenyelimuti perasaannya. "Gue duluan" pamit Fatur yang akhirnya pergi.

Setelah jarak Fatur yang sudah menjauh, Yasir akhirnya mengeluarkan tawanya yang sedari tadi ia tahan.  "Gila!!! Lo gugup banget ya? Hahahahahh.... kasian deh lo!"

Qiya mencubit tangan Yasir dengan sangat keras guna menyalurkan rasa kesal yang teramat Qiya rasakan. "Sialan banget ya lo! Gue pinsan disini juga lo yang repot gila!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status