Share

2. Pemilik diary putih

Lewat satu jam pasukan berdiam diri dikelas sambil wifi an dan ghibah, akhirnya semuanya memutuskan untuk pulang dengan motor masing-masing, kecuali si mungil yang yang memang hari ini tidak membawa kendaraan.

"Bi, ikut gue aja kuy lah. Gue anterin," ucap Anggun pada Noura. Para sahabat Noura memang memanggil Bintang, dan orang orang terdekatnya memanggil seperti itu.

"ga usah!" 2 kata itu adalah hal yang tak bisa dibantah. Mau memaksapun jika ia sudah berkata tidak pasti tidak.

"ok dah, tiati dijalannya ye!" balas anggun.

Bintang hanya mengangguk sambil memasang earphone ditelinganya untuk menemani Noura disepanjang jalan menuju rumahnya. Fakta Rumah Noura yang paling jauh memang membuat ia malas untuk merepotkan orang lain termasuk sahabatnya.

"Bi kita tungguin aja dulu dah sampe ada angkot, tar diculik lagi. Pasti pada ngiranya lu tuh anak esempe."

"Syami syami, orang si Bibi pake rok abu. Pasti pada tau lah dia anak SMA atau SMK!" balas Aryani.

"eheh iya ya, lagian yang nyulik mikir dua kali, lebih sadis wajahnya Bintang dari pada penculiknya!" balas Syami yang dihadiah dengusan oleh Bintang dan tawa renyah Aryani.

"pulang!" ucap Bintang Singkat, padat dan jelas.

Jelas itu bukan pengusiran, namun perintah. Para sahabat Bintang memang sudah paham betul tabiat dan sifat salah satu sahabatnya ini.

"yaudah deh, tiati ya! Kasih kabar terus! Kalo ada apa-apa telpon salah satu dari kita, kalo udah sampe rumah kabarin kita!" jelas Aryani dengan posesif.

"hm," balas Bintang sambil mulai menyalakan lagu dari ponselnya melalu headsetnya.

Syami yang melihat itu mendengus akan kebiasaan Bintang, keduanya pun melambaikan tangan kepada Bintang yang dibalas anggukan kecil, tak lama motor yang ditumpangi kedua sahabat Bintang maju ke arah yang berbeda dengan arah rumahnya.

Lantunan lagu lawas yang Bintang dengar membuat ia tak terasa sampai halte pemberhentian angkot dan bus. Setelah melirik kiri kanan ia pun membuka tas dipunggungnya dan mengeluarkan dompet kecil yang selalu ia bawa karena berisi beberapa data pentingnya. Setelah mengambil uang untuk ongkos dan menyimpannya disaku rok ia memasukan kembali dompetnya dan memasang kembali tasnya ke punggung.

Selagi menunggu angkot tujuan rumahnya yang terbilang sedikit itu ia bersenandung pelan sambil menggerakan kedua kaki nya, tanpa ia sadari seseorang dari sebrang memperhatikannya dengan senyum tipis dibibir tipisnya, motor matic hitam yang ia duduki menemaninya dan bersiap hendak menghampiri Bintang.  Sedikit lebih lama menunggu jalan tidak terlalu ramai akhirnya ia bisa membawa motornya menyebrangi jalan, namun sampai dihalte perempuan mungil yang ia lihat barusan sudah tidak ada karena naik angkot.

Hela nafas pelan terdengar, ia hendak melanjutkan perjalanan menuju rumah namun sesuatu dari tempat duduk si mungil tadi terdapat sebuah benda yang ia yakini itu sebuah buku diary putih. Motor matic hitamnya ia matikan dan menghampiri benda yang ia perkirakan milik gadis mungil tadi.

Diangkatnya buku putih bersih itu, terlihat dipojok bawah terdapat dua buah kata yang iya yakini nama si pemilik buku, karena jelas itu ukiran dari sebuah pena, bukan tercetak langsung dibuku.

"Noura Bintang," gumamnya pelan, kemudian senyum menawannya tercetak jelas hingga membuat mata kecilnya semakin menyipit.

"sampai bertemu kembali dengan Darga Anggara dilain waktu pemilik diary putih!" ucap seseorang bernama Darga Anggara itu.

Darga memasukan buku diary putih itu ke dalam tasnya, kemudian bergegas menaiki matic hitam kesayangannya untuk pulang ke rumah.

***

Kamar bernuansa biru yang biasanya terlihat rapi kini malah terlihat sebaliknya, 15 menit yang lalu sang pemilik mencari sesuatu dari dalam tasnya, namun benda yang ia cari tak telihat, sehingga ia mencarinya disetiap sudut kamar dan membuat kekacauan yang jarang ia lakukan.

Setelah lama mencari dan malah letih yang ia dapat, akhirnya ia mendudukan diri diujung ranjangnya dan memejamkan mata guna meminimalisir kecemasan yang ia rasakan. Setelah ia agak tenang ia memutuskan bertanya pada para sahabatnya, siapa tahu ada yang melihatnya kan tadi disekolah.

Pasukan tak bersayap ✨

Noubi

Ad yg lht bku pth?

Aryaniputra

Yang mana bi? Buku pelajaran bukan?

Lilicans

Yang mana beb?

Noubi

Diary

Syammm

Ga liat deh bi 🤔

Anggun

Awas jatoh dijalan bi

Lilicans

Nah iya tuh, tadi dijalan ngeluarin sesuatu ga dari tas? Takutnya jatuh.

Ketika Bintang akan mengetik untuk membalas sahabatnya ia langsung menghentikan gerakannya kala ia ingat bahwa tadi dihalte ia mengeluarkan dompet, apa mungkin terjatuh? Ah bagaimana jika ada yang menemukannya? Sungguh Bintang malah merasa pusing memikirkannya.

Noubi

Thnks.

Usai mengucapkan terima kasih Bintang menutup ponselnya dan bergegas bersih-bersih dan merapikan kembali kamarnya, karena jika sang Ibu tau ia mengacaukan kamarnya sendiri maka bersiaplah mendapat omelan hingga nanti malam.

Membutuhkan waktu satu jam untuk membenahi kembali kamarnya dan ia bersih-bersih, kini ia sudah memakai pakaian santai kaos putih dengan gambar doraemon dan celana selutut.

Ia keluar dari kamarnya dan mendapat sang Ibu sedang duduk menonton sinetron di televisi yang soundtracknya menjadi booming 'ku menangis membayangkan' itu lagi, pikir Bintang. Ia hendak mengambil minum ke dapur namun gerakannya terhenti kala pintu depan terbuka yang menampilkan sosok yang masih pria paruh baya yang nampak masih gagah, Ahmad Maulana  ayah dari Bintang.

"udah pulang Kak?" tanya Ayah sambil meletakan sepatunya dirak sepatu.

"iya," balas Bintang sambil mengecup punggung tangan Ayahnya, di susul Ibu nya juga.

"adek kemana bu?" tanya Ayah pada Nurhayati ibunya Bintang dan juga Istri pak Ahmad.

"main sama Rangga yah," balas ibu.

Bintang melanjutkan kegiatannya kemudian minun dengan tenang, setelahnya ia duduk dihalaman belakang yang disediakan khusus oleh Ayahnya untuk ia dan adiknya.

"Teteh!! Fiza dapat hadiah tadi!" seru seorang anak laki-laki berusia 7 tahun.

"apa?"

"ini," tunjuk Muhammad Afriza membuka tangannya, dan terlihat sebuah gangsing kecil ditangan mungilnya.

"dari mana?" tanya Bintang lagi tak habis pikir dengan kebiasaan adiknya yang suka jajan anak-anak menyebutnya 'kado-kadoan' dimana isinya itu mainan, bukannya jajan makanan malah jajan yang tidak penting, dasar bocah!.

"tadi beli kado-kadoan sama Rangga!" jelas sang Adik. Sudahlah, Bintang bosan memberi tahu adiknya ini. Akhirnya ia mengajak sang adik kedalam rumah karena waktu mulai memasuki maghrib, tak lupa ia beserta keluarga melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim.

***

Parkiran sekolah terlihat masih sepi, namun Bintang terlihat tak peduli, ia segera memarkirkan motornya diujung agar memudahkannya untuk mengeluarkan motor nantinya. Usai mancabut kunci motornya ia bergegas menuju halte guna mencari sesuatu yang menjadi kecemasannya sejak kemarin, namun sayang, sesampainya dihalte ia tak menemukan benda yang ia cari.

Hela nafas terdengar jelas, ia memutuskan untuk duduk sebentar dihalte guna menenangkan dirinya sendiri. Ia mengetuk jarinya pada kursi, namun tak ada sedikitpun yang mengingatkan ia tentang hari kemarin dengan buku diary putihnya. Ah sudah lah, mungkin ada dibawah meja kelasnya, ia mencoba berpositif thingking dengan mengangguk anggukan kepalanya pelan.

Ia berdiri kemudian hendak melangkah menuju gerbang sekolahnya, seseorang menahan tangannya serta refleks menepis tangan yang menahannya barusan membuat yang punya tangan terkaget. Setelah berbalik dan menemukan wajah asing dihadapannya kini ia mengangkat sebelah alisnya karena merasa tak mengenal orang didepannya ini.

"eh maaf, kamu Noura Bintang kan?" tanya pemuda dihadapannya. Bintang hanya mengangguk kecil namun tatapannya berubah tajam.

"oh iya kenalin, aku Darga anak sekolah sebelah," ujar Darga sambil menyodorkan tangannya namun tak kunjung mendapat balasan dari Bintang membuat ia malu dan menggaruk tengkuknya pelan. Lagian tanpa Darga beritahu pun Bintang tahu bahwa Darga  anak sekolah tetangga terlihat dari seragam khas berwarna abu kotak kotak di kemejanya.

"eh oh iya!! Ini aku mau ngembaliin buku diary kamu yang jatuh kemarin," jelas Darga sambil membuka tas di punggungnya dan menggoyangkan sebuah buku putih yang sejak kemarin Bintang cari. Mata Bintang seketika melotot kala melihat itu dan hendak mengambilnya, namun tak dapat karna Darga memundurkan bukunya membuat Bintang menggeram kesal.

"balikin!" ujar Bintang dengan penuh penekanan.

"nanti aku balikinnya, soalnya masih ada yang mau aku bicarain tapi sekarang aku ada keperluan dulu. Dihalte nanti pulang sekolah!" jelas Darga dengan senyum manisnya kemudian berlari ke sebrang untuk ke sekolahnya.

Tangan Bintang terkepal dengan sorot mata tajam, bahkan tak sedikit yang melihat perbincangan ia dan Darga membuat banyak siswa siswi yang melihat ke arahnya, namun dasarnya Bintang itu cuek jadi ya bodo amat.

Karena Darga sudah memberitahu nanti akan dikembalikan Bintang pun merasa tenang, kemudian ia melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolahnya untuk bersekolah.

• • • • •

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status