Share

6. Berkunjung

Pagi hari ini cuaca kurang mendukung, tidak hanya mendung namun hujan lumayan lebat di pagi hari jam 6 ini, membuat seorang gadis mendesah kesal karena ia sedang malas untuk menerobos hujan guna mencapai sekolah untuk menimba ilmu.

Seorang pria paruh baya yang melihat anaknya terus mendengus segera menghampiri sang gadis, "Teh berangkatnya ayah anterin aja ya? Ga ada penolakan!" ujarnya yang kemudian terkekeh.

"Ayah mah bukan nanya tapi maksa!" balas sang gadis terkekeh geli.

"TEH BINTANG! PINJEMIN PIJA PENCIL WALNA YA! PUNYA PIJA ABIS," teriak sang adik dari dapur karena takut sang kakak segera pergi.

"FIZA JANGAN TERIAK-TERIAK IH! AMBIL DI KAMAR TETEH AJA!" balas sang Bunda sambil teriak pula, membuat ayah dan Bintang tekekeh geli.

"pamit dulu ya sama Bunda, ayah ambil mobil dulu di garasi."

Bintang bergegas berpamitan pada bunda untuk berangkat sekolah, meskipun sempat melarang berangkat di tengah hujan lebat sperti ini, namun yang namanya Bintang itu bebal kalo sudah menginginkan sesuatu. Akhirnya bunda hanya berpesan agar hati-hati saja.

.

.

.

.

Sampai disekolah Bintang mendengus kesal karena ternyata disekolah tidak hujan sama sekali, hanya mendung saja. Tau seperti ini Bintang akan nekat membawa motor saja! Namun sayang hanya kekesalan yang ia dapat. Selepas sang ayah kembali ia melangkah menuju kelas, dan sepertinya ada sesuatu yang belum ia ketahui, karena kelas nampak menegang.

"lu ngotak ga sih? Sepatu gue cuma dikit warna birunya sat!" bentak Anggun pada seorang gadis yang Bintang ketahui anak OSIS. Bintang seketika mendengus kesal jika ini berhubungan dengan organisasi yang cukup ia benci.

"HEH! mau dikit kek mau banyak kek lu udah ngelanggar aturan! Siniin sepatu lo!" balas anak OSIS itu.

"lo!!!! Ka-" belum sempat syami membalas, Bintang sudah melakukan aksinya dengan melewati anak OSIS dan sengaja menyeggol bahunya hingga membuat dia terdorong dan hampir jatuh.

"anjing!" umpatnya.

"Manusia!" balas Bintang ketus.

"ga usah sok deh lo!"

"keluar!" balas Bintang dingin dengan sorot tajam. Semua orang tahu semenyeramkan apa Bintang ketika marah apalagi menyangkut sahabat-sahabatnya.

"kasihin dulu sepatu tu temen lo! Baru gue keluar!" pinta Rida.

"lepas sepatu lo! Baru gue kasih sepatu temen gue!" balas Bintang membuat beberapa orang disana terperangah karena jarang sekali Bintang mau banyak bicara.

"mak-"

"Sepatu lo ada warna pink nya!"

"ish.. Awas aja ya lo!" dengus Rida dan keluar bersama kedua teman OSIS nya karena malu.

"WOOWWWWWW!!!!" teriak anak-anak pasukan heboh. Termasuk anak kelas OTKP 2 yang merasa bangga dengan keberanian Bintang. Selalu terpukau walau mereka sudah beberapa kali melihat Bintang melakukan itu.

"TEMEN GUE NIH!" teriak Ranti heboh.

"hah? Lu mah ngakuinnya kalo gini doang ti! Bengek emang," balas Syami ngakak.

"Thank's Bi, padahal gue pen ngatain tu anak tadi!" ujar Anggun yang dibalas gelengan dan senyum kecil Bintang.

"nggun, padahal tadi lu jambak aja tu anak! Nangis kejer paling!" balas Lili sambil duduk di atas meja.

"komuknya bikin ngakak njir mereka," ucap Aryani puas.

"Katanya pengurus OSIS tapi ga ada akhlak!" dengus Lia yang dibalas sorakan oleh para sahabatnya.

Asik membahas hal yang baru saja terjadi tiba-tiba kelas menjadi hening membuat Bintang yang memang sedang menundukan kepalanya membuka games di hp nya langsung mendongkak dan tersentak melihat siapa yang berdiri dihadapannya.

"Pagi Bi," sapa seorang pemuda yang merupakan kakak kelas Bintang.

"pergi!" ketus Bintang.

"Bi-" belum sempat Yasa berucap, Bintang sudah membentaknya dan mengalah kembali.

"PERGI!" bentak Bintang membuat kelas semakin hening, bintang kembali menunduk dan bermain games kembali sedangkan para sahabatnya yang tahu bibit permasalahan Bintang dan seniornya itu hanya menahan nafas karena takut perang terjadi.

Kelas kembali seperti semula, namun baru semenit kelas dibuat heboh dan sebagian temannya memekik tertahan, sebuah kotak makan berwarna biru tersimpan dihadapan Bintang, sontak Bintang langsung mendongkak dan bersiap kembali mengeluarkan umpatannya, Namun...

"LO?" teriak Bintang membuat sebagian teman kelasnya menganga karena melihat ekspresi baru dari wajah Bintang. Sadar akan kelakuannya Bintang mengedarkan pandangannya dan segera kembali mengubah wajahnya menjadi datar.

Tatapan para sahabatnya seketika melirik menggoda, geli dan meminta penjelasan.

"Selamat pagi bibiKu," sapa Darga dengan cengiran khasnya. Telinga teman-teman Bintang mengangap bahwa kata 'Bibiku' itu maksudnya 'Bibi Ku' padahal itu diambil dari dari kata Noubiku.

Suara pekikan tertahan membuat Bintang ketar ketir sendiri, padahal ia tak melakukan hal hal aneh, tapi ini Darga! Orang yang sedang hangat hangatnya dibicarakan disekolahnya.

"lo ngapain ke sini?" tanya Bintang datar tanpa menjawab sapaan Darga.

"Balas dulu sapaan aku Bi," balas Darga sambil tersenyum manis membuat sebagian kaum hawa di kelas Bintang memekik tertahan dan gereget.

"Pagi! Mau ngapain?" ketus Bintang.

"aku bikin nasgor tadi pagi, khusus buat kamu! Dimakan ya! Aku yang bikin loh! Udah itu aja," jelas Darga sambil tersenyum dan mengelus puncak kepala Bintang membuat jantung Bintang bergemuruh seketika, teman - teman Bintang sudah berteriak heboh karena tingkah Darga sampai sebuah suara membuat Darga pamit kembali ke sekolahnya.

"GA! AYO BALIK! SUDAH MAU BEL INI RUPANYA!" teriak Hans dari pintu yang dibalas acungan jempol dari Darga.

"aku pamit ya! Sampai ketemu nanti pulang sekolah!" pamit Darga dan langsung berlari bersama Hans membuat keduanya menjadi bahan ghibahan pagi karena berkunjung ke sekolah tetangga.

Bintang masih syok dengan tingkah Darga, maksudnya Darga apaan? Ko ga paham? Ya Bintang bingung! Ini Darga salah minum obat apa gimana? Baru kenal seminggu loh dia sama Darga! Aish.

Pasukan segera berkumpul di meja Bintang dan mengajukan banyak pertanyaan pada Bintang, sumpah telinga Bintang rasanya ingin pecah saja! Mana malu, Bintang harus gimana ini? Segera Bintang menjatuhkan kepalanya pada lipatan tangannya tanpa memperdulikan pertanyaan dan godaan teman temannya.

Namun ia segera mendongkak dan mengambil kotak makan Darga karena pasti para sahabatnya akan mengambilnya, kemudian melanjutkan menenggelamkan wajahnya ke lipatan tangannya diatas meja tanpa memperdulikan protesan sahabat-sahabatnya.

.

.

.

.

"BADASSSSSSS!!!!" teriak Hans heboh.

"ko aku jadi malu ya hans!" balas Darga sambil mengusap wajahnya frustasi.

"bahhhhh ngegas kau rupanya Ga! Tak sangka saya! hahahahahaha," ujar Hans ngakak, membuat teman-teman kelasnya melirik ke bangku Darga.

"Hust kalo ngomong ga usah pake Toa kenapa ih!" Ketus Darga gereget.

"Ya habisnya tingkah kau itu bikin gereget ga!" balas Hans menggebu.

"Gereget matamu! Aku malu loh ini Hans!"

"Ya resiko lah! Sapa suruh kau nekat kasih kotak makan ke anak sebelah," jelas Hans.

"ya karena aku terlanjur suka sama dia," gumam Darga tanpa terdengar oleh Hans.

Pekikan anak perempuan dijajaran bangku depan membuat Darga dan Hans menoleh ke depan, beberapa anak perempuan melirik ke arah Hans dan Darga membuat keduanya penasaran, hingga sebuah suara membuat keduanya paham.

"WHAT? DARGA SAMA HANS MAIN KE SMK WIDYA KUSUMAH?" Pekik Tata refleks.

"aish dasar lambe turah! Belun ada sejam udah nyebar aja gosipnya!" dengus Hans tak percaya dengan tingkah kang gosip itu, gerak cepat ternyata.

***

Bel pulang yang dinanti nanti oleh para siswa siswi sudah berbunyi, namun tak sesuai yang kelas 11 OTKP 2 harapkan, ketika anak-anak bersiap untuk pulang, pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah atau yang sering disebut OSIS malah membuat kekacauan dikelas Bintang. Sepertinya Rida dan teman-temannya tidak puas karena belum mendapat kan targetnya. 5 orang pengurus OSIS datang 3 diantaranya perempuan dan sisanya laki-laki.

Beberapa siswa yang memang sudah tak ingin berurusan dengan OSIS segera pergi setelah pamit pada anak kelas lainnya, tersisa Bintang dan para sahabatnya serta beberapa siswa yang siap melawan jika anak OSIS berulah.

"Mau apa lagi ya? Kelas udah beres, kita semua mau pulang!" Tanya Gani sebagai ketua kelas.

"kita ga ada urusan sama lo!" balas Annisa salah satu pengurus OSIS.

"urusan anak kelas ini urusan gue juga! Gue ketua kelasnya," jelas Gani dengan sorot tajam membuat Lili dan syami menggigit kuku dengan kuteks hitamnya karena gereget dengan sikap tanggung jawabnya Gani sang ketua kelas.

"ok, kita cuma dapat laporan kalo siswa kelas ini ada yang melanggar aturan dengan memakai sepatu tidak sesuai aturan hari ini," jelas Yasa, ketua OSIS.

"iya gue pake sepatu hitam yang ada corak warna birunya! Tapi dikit ko, kata bu Yash gapapa karena dikit! Tapi kenapa anak buah lo ngotot banget ya?" balas Anggun dengan nada sinis.

"halah! Pasti boong! Tetep aja kan sepatunya ada coraknya!" ucap cowok jangkung bernama  Revo.

"Diem sat! Lu cowok tapi bacotnya kek cewek!" balas Lia ngegas membuat Revo menatapnya tajam namun di acuh kan oleh Lia.

Yasa menghela nafas karena ia gegabah main langsung datang saja tanpa meminta informasi lengkap dari yang lainnya. Corak yang dipakai anggun memang tidak berlebihan, dan ia malah gegabah.

"Sorry karena info yang gue dapet ga lengkap, lo aman ko pake sepatu itu." Ujar Yasa.

"see? Kalian cuma melebih lebihkan tanpa bercermin! Sepatu kalian yang harusnya dirazia!" balas Aryani sambil melenggang pergi untuk ke ruangan Paskibra yang diikuti oleh anak lainnya ke luar kelas.

"Lain kali didik anggota lo biar tau aturan!"  Ujar Gani sambil berlalu.

Yasa menatap tajam anggota Organisasinya, "sepatu kalian simpan di ruang OSIS hari ini juga!" ucap Yasa final tanpa memperdulikan protes ke empat anggotanya.

Belum sempat keluar dari kelas, ia melihat Bintang yang sedang membereskan alat tulisnya yang ditemani oleh Lili dan Syami, karena sahabatnya yang lain sedang ada urusan. Yasa melangkah mendekati Bintang, namun belum sempat berucap seseorang yang asing di mata Yasa duduk dibangku depan Bintang dan berbincang dengan Bintang, terlihat Syami dan Lili yang melempar godaan pada pemuda asing itu.

Ah Yasa baru ingat, seragam yang dipakai pemuda itu adalah seragam SMA pancasila, sekolah tetangga, tapi kenapa ia berani sekali berkunjung ke sini? Memang tidak ada riwayat permusuhan, tapi ko berani sendiri ke sini?. Yasa terlanjur kesal akhirnya bergegas keluar.

***

Darga  berjalan dengan percaya diri menyusuri lorong sekolah SMK Widkum (Widya Kusumah) tanpa menghiraukan tatapan memuja dan tatapan aneh disekitarnya. Ya kali ini dia sendiri nekat datang ke sekolah Bintang karena Hans sedang ada urusan Ekskulnya.

Terlihat hanya ada beberapa orang dikelas Bintang, termasuk Bintang dan kedua sahabatnya yang sedang membereskan alat tulisnya, di depan kelas ada beberapa orang yang terlihat protes pada seorang laki-laki, namun bukan itu tujuan Darga, jadi ia melangkah menuju Bintang dan duduk di bangku kosong depan Bintang. Syami dan Lili yang duduk di meja mendadak gemas melihat Darga yang tiba-tiba datang dengan senyuman dan cengiran khasnya.

"Halo Assalamualaikum Noubiku?" sapa Darga.

"Waalaikumsalam," jawab Syami dan Lili bersamaan. Berbeda dengan Bintang yang malah mendelik tajam kemudian mengeluarkan kotak makan Biru yang sudah kosong dan bersih karena sudah di cuci tadi ketika jam istirahat.

"makasih!" ucap Bintang singkat namun mampu membuat kedua sahabatnya menggoda Bintang dan Darga.

"Awww mau dong dikasih makanan spesial juga!"

"martabak kali ah," balas Syami ngakak.

"Yang spesial itu perempuan yang sedang ku Perjuangkan saat ini," ujar Darga yang disambut pekikan heboh dari Syami dan Lili. Namun, Bintang hanya mendengus saja tanpa memperdulikan Darga. Setelahnya Bintang bergegas pergi keluar untuk pulang.

"Eh eh.. BibiKu bentar! Ko ninggalin sih? Duluan ya," gerutu Darga tak lupa berpamitan kepada Lili dan Syami sehingga membuat keduanya terpekik senang karena ulah Darga yang hanya pamitan, lebay memang.

Darga berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan Bintang, ia tahu Bintang tidak membawa kendaraan karena tadi pagi ia sempat melihat Bintang diantar oleh Ayahnya, jadi ini kesempatan untuk Darga.

"Belajar matematikanya di cafe biasa Bi?" tanya Darga memecah keheningan.

"mmm... Di rumah gue aja!" putus Bintang membuat Darga hampir saja memekik senang.

"Ok, Biku!!"

Bintang berjalan menuju halte membuat Darga mengerutkan keningnya, "kenapa ke halte?" tanya Darga heran.

"gue harus ke sekolah lo hah?" Balas Bintang dengan nada sinis namun raut wajahnya masih sedatar biasanya.

Darga yang sadar akan kebodohannya karena masih meninggalkan motor kesayangannya diparkiran sekolahnya hanya menggaruk tengkuknya, lantas ia segera pamit untuk mengambil motornya dan menyuruh Bintang menunggu sebentar.

Hanya membutuhkan beberapa menit, motor Darga pun sampai didepan halte membuat beberapa siswa kedua sekolah itu melirik ke arah Darga dan Bintang yang naik ke boncengan Darga tanpa memperdulikan tatapan orang lain.

Tak ada perbincangan sama sekali, hanya sesekali Darga berdehem pelan karena canggung, ia bingung harus membahas topik apa, jadi ia lebih memutuskan untuk diam saja.

Tak terasa dua puluh menit berlalu dan motor Darga sampai didepan pagar rumah Bintang, Bintang turun dari Motor Darga kemudian membuka pagarnya agar Darga bisa masuk ke halaman rumahnya.

Rumah berlantai satu namun cukup luas itu terlihat asri dan rindang karena terdapat beberapa pohon yang mulai tinggi, tapi itu tidak membuat rumah keluarga Bintang terlihat menyeramkan, justru malah terlihat indah.

"Assalamualaikum," salam Bintang sambil membuka sepatunya kemudian menjinjingnya dan menyimpannya di rak sepatu dekat pot bunga di pojok kanan rumah, Darga pun mengikuti Bintang.

"waalaikumsalam," jawab seorang perempuan berumur 40-an namun terlihat masih muda yang sambil membuka pintu untuk Bintang.

"loh tumben cepet Teh?" tanya Nur.

"iya bu, sama temen," balas Bintang sambil mengecup punggung tangan Ibunya.

"sore tante," sapa Darga sambil mengecup punggung tangan Nur.

"wah ayo masuk masuk!" ajak Nur sambil membuka pintunya lebar-lebar.

"teteh ganti pakaian dulu ya, baru lanjut! Ibu ambil minum sama cemilan dulu," ujar Nur sambil mempersilahkan Darga untuk duduk di ruang tamu.

Lima menit kemudian Nur kembali dengan minuman dan cemilan yang diikuti seorang anak laki-laki yang menggemaskan sambil membawa pisang yang sedang dimakannya.

"diminum ya nak, eh namanya siapa?" tanya Nur sambil duduk di kursi sebrang Darga.

"Darga tante," balas Darga sopan.

"nak Darga temannya teteh atau pacarnya?" tanya Nur lagi penasaran.

"eh? Teman tante, tapi kalo diijinin mau juga jadi pacarnya hehehe."

"hahaha lucu kamu, fokus belajar aja dulu ah! Tapi kalo emang suka ya pepet aja hahaha," ucapan Nur membuat Darga senang bukan main, walaupun bercanda untuk Darga sih bodo amat, ia menganggap ini lampu hijau.

"hehe siap tante," balas Darga.

"ibu! Fiza mau main ya sama Rangga," ujar Afriza pada Nur sambil memakan Pisang di tangannya.

"mandi dulu gih baru main," balas Nur sambil mengusap sayang kepala Afriza.

Tak lama anak kecil itu bergegas ke kamarnya untuk mandi.

"bu, itu fiza mandiin dulu! Teteh mau belajar soalnya," ujar Bintang yang baru saja datang dari kamarnya.

"iya teh, belajar yang bener ya kalian! Ibu pamit ke belakang dulu." anggukan keduanya tanda persetujuan ucapan Nur sedangkan Bintang dan Darga mulai belajar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status