Share

8. Tragedi tangga

Bel di SMA pancasila menggema menandakan waktu pulang telah tiba, semua murid dengan cepat membereskan alat tulis guna cepat pulang, namun ada juga yang tengah bersiap untuk mengikuti kegiatan tambahan.

Darga dan Hans merupakan salah satu dari opsi pertama, keduanya tengah bersiap untuk pergi dari sekolah, namun kegiatan keduanya terhenti ketika dua orang perempuan menghampiri kedunya dengan sesuatu ditangannya.

Darga hanya mengerutkan keningnya kemudian melanjutkan kegiatannya yang tinggal memakai ranselnya kemudian bersiap meninggalkan kelas bersama Hans. Langkahnya terhenti ketika salah satu perempuan itu berujar.

"Darga? Bisa bicara sebentar?" tanya salah satu perempuan tersebut.

"boleh mau biacara apa?" tanya Darga ketika sudah berhadapan dengan perempuan itu.

"aku bisa nebeng ke kamu? Soalnya aku ga dijemput."

Hans tertawa kecil kemudian melangkah mendekati kedua perempuan itu.

"Dinar Dinar, kau pikir kita orang bisa kau kibuli hah? Kita orang tau kalau sohib kau ni si  Acha bawa motor, udah gitu rumah kalian bersebrangan. Dahlah Ga ayoo!"

Dinar mendengus kesal karena rencana ingin pulang bersama Darga gagal total gara gara Hans. Sedangkan Acha hanya memutar matanya malas dengan rencana sahabatnya ini.

"udah gue bilangin kan! Kalo mau ngibulin orang nyari orang yang bego bukan kek mereka, hadeuh!"

Tanpa menunggu Dinar, Acha pun segera melangkah pergi dari kelas 12 IPA 1 menuju parkiran untuk segera pulang, tak lama Dinar pun mengikuti langkah Acha.

Sedangkan Darga dan Hans sudah nangkring di depan sekolah SMK Widya kusumah untuk menunggu Bintang dan kawan-kawannya belajar bersama. Dan ya pada akhirnya rencana belajar yang diinginkan Darga hanya berdua dengan Bintang pupus sudah karena Hans dan para sahabat Bintang ingin belajar bersama juga.

Setelah menunggu sekitar 10 menit terlihat dari parkiran beberapa motor yang keduanya kenali sudah melaju pelan menuju arah gerbang, Darga dan Hans segera menghidupkan motornya.

Namun terlihat motor yang dikendarai Lia dan Bintang diberhentikan oleh seseorang, terlihat seperti sedang bertengkar karena Bintang turun dengan wajah merah menahan amarah, tak bisa tinggal diam Darga pun menerobos masuk ke area sekolah Bintang meskipun menjadi pusat perhatian karena seragamnya.

"Bacot lu setan!" umpatan terdengar dari Lili membuat Darga semakin bergegas sampai.

Dan ya sesampainya didekat Bintang, Darga buru-buru turun menghampiri mereka.

"sorry ada apaan nih?" tanya Darga membuat beberapa orang bersama Bintang menoleh ke arahnya.

Tampaknya sahabat Bintang hanya tersisa Lili, karena yang lainnya sudah menghampiri Hans tanpa tau kondisi kedua sahabatnya ini.

"lo siapa hah? Ga usah ikut campur!" sentak seorang perempuan.

"urusan Bintang urusan gue juga, kalian juga cowok tapi beraninya ke cewek doang, ga malu?"  balas Darga membuat salah satu laki-laki dari orang orang yang berdebat dengan Bintang menggeram marah.

"ga usah sok deh lu! Inget lu ada di wilayah siapa!" geram Revo, ya yang menghampiri Bintang dan Lili adalah pengurus OSIS yang beberapa waktu lalu bersitegang dengan Bintang dan kawan-kawan.

"Eh ga usah bacot lu motor! Cowok tapi kek bences njir, besok besok ganti aja pake rok sono!" bentak Lili kesal.

"Eh cewek gila sekata kata lu anjir ganti nama gue!" bentak Revo tak terima.

"Yang gila tuh elu anjir! Cowok belagu ga punya akhlak emang, NAJISIN!" jerit Lili kembali, dan kali ini telinga semuanya sakit karena jeritan Lili, apalagi Bintang dan Darga yang ada disampingnya.

"DASAR SETAN KUTEKS!"

"ANJING LU NGOMONG APA HAH? BILANG SEKALI LAGI! GUE SANTET LU ANJIR!"

Dan ini mengapa jadi Lili dan Revo yang bertengkar?

"STOP WOY!" Bentak Annisa pusing.

"ayo Li, ga guna ngomong sama mereka yang ga punya otak!"

Ucapan Bintang sukses membuat beberapa anak OSIS itu meradang, namun terlihat Yasa yang berjalan menuju parkiran membuat mereka kalang kabut dan berlari ke tempat yang jauh dari Yasa. Karena jika Yasa tau pastilah mereka kena amukan sang ketua OSIS.

"HUUUU DASAR BENCES!" Teriak Lili membuat beberapa orang melirik ke arahnya.

"yaudah ayoo, Biku sama aku ya Li, kamu sendiri aja!" pinta Darga.

"eh?" respon Bintang yang kaget.

"wokeh, gue duluan yaaa!"

Akhirnya semuanya menuju cafe Angkasa guna belajar bersama.

Tak membutuhkan waktu lama semuanya sudah berkumpul dimeja paling pojok agar bisa fokus belajar tanpa harus melihat orang berlalu lalang melewati meja mereka, dua meja yang digabungkan menjadi satu membuat semuanya bisa duduk bersama tanpa terpisah.

"njir pusing juga ya ngerjain matematika doang," gumam Syami sambil menggaruk pelan kepalanya.

"itu belum seberapa lah, kalian ni kan anak esemka, lah kita yang esema lebih ruwet matenya," balas Hans yang duduk tepat di samping Syami.

"MIPA pula dih," dengus Darga dengan logat yang sering Hans gunakan.

"kalo mau ngebacot mulu pergi aja lu pada," gerutu Anggun membuat beberapa orang mendelik karena ucapan Anggun yang kasar.

"mulutnya makan cabe mulu bund mohon di maklum," timpal Ranti sambil terkekeh padahal tadinya fokus mengerjakan.

"cabeeeeeeeeeee cabe dicabein." nada Teromg dicabein milik Sibad pun menjadi pilihan Aryani.

"Eh masa tadi si Asyu Motor tuh ya nyegat gue sama Bibi dong. Untung babang Darga nyamperin, kalo ngga si kang bacot udah gue cakar. Gpp kutek gue abis juga asal puas bikin wajah ancur dia makin ancur," jelas Lili sambil memakan kentang gorengnya dengar garang membuat Hans bergidik ngeri melihatnya, ok ghibah dimulai.

"lahhh ngelawak lu, muka ganteng gitu lu bilang ancur, ancur gitu juga mantan lu kali Li," balas Syami geli.

"Hah???" Kompak semua kaget karena perihal ini tidak ada yang tau ya kecuali Syami dan Bintang.

"ups, sorry!" ucap Syami sambil menutup mulutnya kaget.

"EH ANJING MASA?" balas Anggun kaget namun sontak membuat beberapa pengunjung mendelik karena ucapan kasarnya.

"Wah Li lu kamvret amat sih kaga ngasih tau kita kita. Pantesan lu benci setengah mampus sama si Revo," ujar Ranti.

"ebuset kaga usah sebut nama juga kali!" sewot Lia.

"Gila sih, diem diem lu ngegaet anak Isis njir." Aryani ngakak melihat ekspresi Lia yang garang.

"OSIS bund," balas Hans yang mendapat kekehan dari yang lainnya.

"mantan sehari doang," ucap Bintang sambil mengerjakan soalnya.

Darga yang berada disamping Bintang mengerutkan dahinya kemudian bertanya, "lah kenapa cuma sehari?"

"jadian sama Revo cuma karna Dare, besoknya diputusin." sontak semuanya ngakak kecuali Lili.

"HAHAHA makanya si Revo ngegas mulu ke si Lia, dendam tu anak!" penjelasan Syami membuat semuanya paham mengapa sikap Revo tidak ada manis-manisnya kepada Lia.

"eh kalian orang tau tak anak sekolah kami yang namanya Dinar?" tanya Hans.

"yang dandanannya kaya mau kondangan bukan sih?" tanya Malia.

"yang pake bajunya kaya lonteh!" ucapan Anggun membuat beberapa orang meringis. Ngeri juga bahasanya Anggun tuh.

"Huum, masa ngejar-ngejar mulu si Darga. Dah dikata si Darga punya gebetan, g percaya dih."

"Darga punya cewek?" tanya Bintang refleks dan menghentikan kegiatannya.

Sahabatnya pun saling pandang dengan respon Bintang, dan terlihat sedikit sendu dimatanya. Apa mereka salah lihat?.

"eng-" belum sempat Darga membalas namun Hans sudah mendahuluinya.

"otw punya Bi, masih proses ya kan Ga!"

"heh jangan manggil bi bi bi.. Enak aja dih!" Darga malah fokus ke kata 'Bi' dari mulut Hans dan tentunya Hans mendapat sedikit gamparan di kepalanya dari Darga.

"kaya manggil pacar ye Ga?" tanya Aryani iseng.

"Iya, jadi kalo cowok aku aja yang manggil Bintang Bi," dengus Darga dan belum ada yang sadar kalo Bintang menunduk menahan rasa tidak enak dibenaknya. Entah kenapa.

"ya masa manggil ntang? Kentang kah?" balas Hans yang membuat orang tertawa.

"ya manggil lengkap aja jan dipenggal-penggal!" sewot Darga.

"Kapan beresnya njir ni soal kalo lu pada ngebacot mulu?" dengus Anggun sambil metap kertas yang baru diisi beberapa soal.

Semuanya hanya merespon dengan cengiran menyebalkan kecuali Bintang yang sejak tadi menunduk.

"Bi kenapa?" tanya Aryani ketika sadar Bintang menunduk tanpa mengerjakan soal. Sontak semua mata tertuju pada Bintang.

"eh kenawhy bi? Lu sakit? Apa gimana?" tanya Syami rusuh.

"bi-" ucapan Darga terhenti ketika Bintang menjawabnya dengan santai.

"gapapa, gue pulang ya!" tak menghirau ucapan para sahabatnya Bintang bergegas pergi keluar cafe, yang pastinya pesanan Bintang akan dibayar oleh mereka.

"Gue kejar Biku dulu, Hans bayarin ya!"

Darga mengejar Bintang yang berjalan menyusuri pinggir jalan raya. Hari mulai sore dan sudah dipastikan tidak akan ada angkot menuju arah rumahnya. Lantas apa yang harus Bintang lakukan? Dan sepertinya menelpon sang ayah pun tidak bisa karena ketika membuka ponselnya layarnya masih mati.

"gimana pulangnya ya?" gumam Bintang sambil mengetuk kepalanya dengan ponsel.

"jangan gitu Bi, nanti jidatnya merah," ujar Darga sambil menahan tangan Bintang. Sontak Bintang menepis tangan Darga.

"ngapain kesini?" tanya Bintang galak. Persis ketika pertama kali Darga berbincang dengan Bintang.

"ih ko galak lagi? Padahal tadi udah jinak," balas Darga sambil terkekeh pelan.

"ga lucu! Sana pergi! Gue mau pulang," ujar Bintang tanpa menatap Darga membuatnya geli.

"kamu marah? Gara-gara kata Hans tadi?" tanya Darga lembut.

"apaan sih? Ngga lah. Ngapain?"

"tapi mukanya bete gitu," balas Darga masih mempertahankan senyum manisnya.

"muka gue emang bawaan lahir gini! Sana minggir!" dengus Bintang.

"aku emang lagi deket sama cewek. Dan yang Hans ucapin itu bener," jelas Darga walau Bintang tak peduli.

"bodo amat, sana ming-"

"dan cewek itu kamu."

"gir," lanjut Bintang pelan.

Bintang terdiam entah mengapa namun rasanya bahagia ketika mendengar ucapan Darga, apa Bintang mulai suka sama Darga? Ya allah gimana sih ko bingung.

Tak banyak bicara Darga pun menggenggam tangan mungil Bintang kemudian membawanya kembali ke parkiran cafe guna mengambil motornya. Tanpa disuruh pun Bintang langsung naik ke boncengan Darga, dan pulang mengantarkan Bintang.

***

Angin malam terasa begitu dingin hari ini, balkon kamar Darga masih terbuka dan sang pemilik masih setia memetik senar gitar yang berada di pangkuannya, suara lembut mengalun pelan namun terdengar jelas ditengah hening malam.

Matanya tertutup membayangkan wajah manis sang pemilik hati, terpaan angin malam malah membuat ia semakin bersemangat membayangkan senyum manis dari salah satu siswi SMK widya kusumah itu.

"kau begitu sempurna."

"dimataku kau begitu indah," pejaman matanya mulai terbuka.

"kau membuat diriku, akan slalu memujamu," senyum manis Darga semakin lebar kala mengingat tingkah menggemaskan Bintang.

"disetiap langkahku, ku kan slalu memikirkan dirimu."

"tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cinta mu," senyumnya sedikir memudar kala ia mengingat belum bisa menyentuh hati Bintang.

"kau adalah darahku,

Kau adalah jantungku,

Kau adalah hidupku, lengkapi diriku

Oh sayang engkau begitu, sempurna."

Tepukan tangan dari seseorang yang berada dipintu balkon sanggup membuat Darga terlonjak dan tak sadar melepas gitarnya sehingga membuat kakinya tertimpa oleh gitar itu.

"Awhhh..." rintih Darga memegang kakinya, bahkan gitar kesayangannya jatuh pun tidak ia hiraukan karena untuk saat ini kakinya lebih penting.

"aduh maaf Ga, bunda ga tau bakalan bikin kanu kaget," seru Anna ibunda Darga yang kaget melihat kekagetan Darga.

"aish Bunda ih, nimpa kaki Aga kan jadinya," ucap Darga pelan.

"maaf sayangnya Bunda," ucap Anna sambil memapah Darga ke dalam kamarnya.

Darga duduk ditepi ranjang sambil mengelus kakinya yang sakit, sedangkan Anna mengambil gitar di balkon kemudian menutup dan mengunci pintu agar Darga segera tidur. Cuaca hari ini dingin, ia hanya khawatir anak satu-sarunya itu sakit diesok hari.

"Aga tidur ya, udah malem mana dingin ginu."

"iya Bund, good night Bunda."

"too," balas Anna kemudian berjalan ke luar kamar dan membiarkan Darga tidur, padahal Darga malah kembali membawa ponselnya yang ada dinakas untuk menghubungi seseorang.

Terdengar nada sambung dari ponsel Darga, namun tak kunjung diangkat oleh seseorang disebrang sana. Percobaan kedua sama, ia mencoba untuk ketiga kalinya jika tidak diangkat ia akan tidur, namun nada sambung menjadi suara serak seseorang yang ia yakini sang penerima telepon telah terlelap sebelumnya. Darga merutuki dirinya, tak sadar sekarang sudah pukul 11.06 pastinya gadisnya itu telah terlelap. Darga bodoh!.

"maaf Biku, aku ga sadar udah malem. Tidur lagi aja ya," ujar Darga tak enak.

"hah?"

"Good night, assalamualaikum."

"eh!? Night too, waalaikumsalam."

Aish, Darga kenapa senang sekali mendengar balasan selamat malam dari Bintang? Rasanya ia ingin berteriak dan tersenyum terus. Ya semoga Darga bermimpi indah setelah mendengar suara Bintang.

Dengan segera Darga menyimpan ponselnya di nakas, kemudian ia kembali berbaring di ranjang dan menggulung selimut di badannya. Tak butuh waktu lama Darga pun terlelap dengan damai. Sedangkan disebrang sana, Bintang tampak kaget karena Darga hanya mengucapkan 'good night' dan kemudian menutup telponnya ketika Bintang membalas. Apa-apan Darga ini? Setelah mrmbangunkan Bintang dari tidur nyenyaknya ia malah kabur. Dasar menyebalkan!.

Bintang kembali berbaring, namun matanya tak bisa terpejam untuk tidur lagi, sekarang bahkan sudah mau pukul 1 pagi, dan Bintang masing membolak balikan badannya karena tak kunjung tidur.

"Aish mending sholat aja deh, mubajir kalo cuma baringan doang."

Tak menunggu waktu lama Bintang pun bergegas ke kamar mandi guna mengambil wudhu dan melaksanakan sepertiga malamnya.

Dengan khusyuk ia meminta dan merayu sang pencipta, bahkan air matanya mengalir deras memohon ampun kepada sang pencipta.

Satu jam sudah Bintang bersujud, ia kembali berbaring di ranjang. Kali ini tak lama mata indahnya terpejam dan terlelap hingga suara adzan berkumandang.

***

Pukul 06.32 ternyata belum membuat banyak pelajar menginjak sekolah, SMK widya kusumah baru menampakan beberapa murid yang berkeliaran. Masih terlalu sepi padahal bel masuk 30 menit lagi. Datang di waktu yang mepet adalah kebiasaan sebagian banyak pelajar.

Hentakan suara sepatu pentople dari kaki Bintang terdengar nyaring karena kesunyian sekitar, ketika menaiki tangga langkahnya ia pelan kan karena mendengar dua suara berbeda yang sedang berbincang, ketika sampai diujung atas tangga ia melongokkan sedikit kepalanya guna melihat orang-orang yang sedang berbincang ditempat sepi itu.

Punggung seorang laki-laki terlihat oleh Bintang namun ia tak tau siapa lawan bicara si pemilik punggung itu, namun samar-samar suaranya seperti ia kenali.

"plis lah sa, aku sayang banget sama kamu. Aku udah lakuin apa yang kamu mau tapi kenapa kamu masih aja ga anggap aku ada," jelas suara perempuan itu.

"bibir lo ngapain digituin? Mau gue abisin hah?" geram si pemilik punggung, dan Bintang yakini suara ini ia ketahui.

Adegan berikutnya membuat ia menutup mata dan mundur beberapa langkah karena kaget, namun sayang langkahnya yang tak sadar bahwa ada tangga dibelakangnya membuat ia nyaris tergelincir ke lantai dasar, untungnya seseorang menahan tubuhnya. Namun teriakan kekagetannya membuat beberapa orang dibawah langsung menghampiri Bintang.

"hampir saja, lo gapapa?" tanya seseorang yang menahan tubuh Bintang.

"Hah? Ah gapapa," balas Bintang tanpa melihat orang yang menolongnya. Namun, si penolong tersentak kaget melihat wajah dan mendengar  suara Bintang.

"Tuhan.. Dia ada disini ternyata."

Queen typo

Warning... Terdapat kata-kata kasar.

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status