Share

11. Bergadang

Darga sampai dirumahnya pukul 07.29, segera ia memasukan motornya ke garasi dan langsung masuk menyapa sang Ibunda yang sedang duduk anteng menonton salah satu sinetron Indonesia beserta Papa nya yang sedang bermanja ria dengan tiduran di paha sang Istri.

"uhuk keselek angin," canda Darga sambil mendudukan bokongnya disofa samping kedua orang tuanya.

"ga keselek sianida sekalian aja Ga?" tanya sang Papa sambil mendengus pelan.

"meninggoy kali dih," balas Darga cemberut.

"datang tuh ya bilang salam Nak bukannya malah usil," ujar Anna memberitahu Darga.

"ya maaf atuh kanjeng Ratu," balas Darga sambil terkekeh.

Gibran yang melihat anaknya tidak juga beranjak dari sana, ia langsung mengkode anaknya itu supaya Darga segera naik ke kamarnya agar ia bisa melanjutkan kegiatan mesranya bersama sang Istri.

Darga yang sengaja pura-pura tak paham dengan kode Papanya hanya mengernyitkan keningnya kemudian tiduran disofa samping. Melihat tingkah menyebalkan Darga, Gibran pun bangkit dari tidurannya dan menarik kaki Darga membuat ia terjatuh ke lantai, pekikan Anna dan Darga tak Gibran hiraukan. Ia malah lanjut kembali rebahan dipaha sang Istri.

Sedangkan Anna yang masih kaget belum bereaksi apa-apa. Darga yang kesal pun akhirnya pergi ke kamarnya. Sungguh, Papa macam apa papa nya ini? Kenapa kejam sekali.

"Astagfirullah Mas, Darganya mana?" panik Anna yang langsung berdiri membuat suaminya terjatuh ke lantai dengan keras. Malang sekali Bapak Gibran ini.

"Maaaaaa, aish sakit ni!" dengus Gibran.

"Bodo amat, Mama mau nyusul Darga! Takutnya ada yang sakit," jelas Anna sambil berlalu meninggalkan suaminya yang masih rebahan di lantai.

"astaga punya Istri begini amat," cibir Gibran sambil berdiri dan kembali rebahan. Mulutnya tak tinggal diam, sibuk menyalah sang anak atas kelakuan Istrinya yang lebih menyayangi anaknya.

Gibran ini kalo cemburu tak pandang orang, anaknya pun dicemburui, dasar posesif.

***

Hari minggu merupakan hari bermalas-malasan bagi siswa-siswi yang mageran, berbeda dengan Darga yang dipaksa kerja rodi oleh baginda rajanya, Bapak Gibran.

Setelah solat subuh Darga dipaksa turun untuk berolahraga terlebih dahulu dengan jooging bersama keliling komplek. Setelahnya Darga dipaksa berkebun oleh sang Papa.

Kebun kecil dibelakang rumah sudah dicangkul Darga sejak pagi, keringat pun sudah membanjiri tubuh Darga, sedangkan sang Papa menjadi mandor dadakan agar Darga terus bekerja. Sungguh kejam.

"Ga?? Sini makan dulu," teriak Anna dari gazebo yang diduduki Gibran.

"Babu! Ni isi bensin dulu!" teriak Gibran dengan jahil membuat Darga membanting cangkulnya.

"heh! Itu cangkul kenapa dilempar-lemapar? Mau disentil ginjalnya?" teriak Gibran.

Pemandangan ini sudah tak aneh bagi Anna, tak Papa tak Anak sama saja kelakuannya membuat ia selalu pusing. Kalo tidak ada salah satunya malah sepi sekali, giliran kumpul malah bikin sakit kepala. Benar-benar harus perbanyak stok sabar tante Anna ini.

"bensin bensin dih, dikata Darga tuh si hitam apa?" dengus Darga sambil meminum minuman yang dibawakan Anna.

"sama-sama Gasssspooollll ini," balas Gibran sambil terkekeh.

"hilih dasar bapak Gibran!"

"udah-udah, ribut terus kalian ini! Pusing ni mama!" gerutu Anna membuat keduanya terdiam dan khidmat memakan camilan.

Syukurlah akhirnya keduanya terdiam lama, namun mata keduanya masih saling mengejek membuat Anna tersenyum geli, setelah memakan camilan bersama akhirnya Darga dibantu Anna dan Gibran menyelesaikan berkebunnya.

.

.

.

.

Rembulan bersinar terang malam ini, bintang bertabur indah dilangit malam menandakan cuaca cerah membuat dinginnya bertambah. Namun dingin malam kali ini tak mengusik Darga yang anteng berdiam diri di balkon kamarnya dengan ponsel ditelinganya.

Untuk kali ini sang penelponnya adalah gadis yang tengah tersenyum disebrang sana, bukan Darga yang menelpon. Wajah Darga tidak tersenyum dan malah mendengus berkali-kali.

"huum."

"iya!"

"maaf ya mau tidur, jadi aku matiin! Assalamualaikum," tutup Darga tak menghiraukan balasan sang penelpon.

Setelah dua menit menutup telpon dan Darga asik memandang langit yang bertabur bintang, ponselnya kembali berdering dan Darga tak menghiraukannya. Namun karena kesal, setelah tiga kali berdering akhirnya Darga mengangkatnya.

"kenapa lagi Dinar?!" sentak Darga kesal.

"Dinar?" tanya sipenelpon dengan pelan.

"Hah?" respon Darga kaget mendengar suara familiar sipenelpon.

Sontak saja Darga langsung melihat nama yang tertera diponselnya, melihat nama yang terpampang jelas dilayar ponselnya mrmvuat ia gugup, seperti ketahuan selingkuh?.

"ah maaf BiKu, kirain temen sekolah aku," jelas Darga dengan gugup.

"Oh, yaudah!" balas Bintang kemudian sambungan terputus.

"lah!" kaget Darga yang langsung melihat layar ponselnya. Dan benar saja sambungannya diputuskan oleh Bintang.

Darga yang gemas pun menelpon kembali Bintang, nada sambung ke 3 diangkat oleh Bintang. Namun nadanya membuat Darga kaget karena ngegas.

"Kenapa?!" Bentak Bintang dari sebrang sana.

"eh?! Kenapa ngegas Biku? Tadi kamu nelpon ada apa?" tanya Darga lembut.

"Ga jadi!" ketus Bintang membuat Darga menggaruk pelipisnya pelan.

"gapapa ga jadi juga bilang aja," ujar Darga.

"Ga jadi pokoknya! Telpon lagi aja sana pacar lo!"

Sambungan terputus kembali, namun kali ini wajah Darga berbinar, sontak ia melompat tak jelas karena kegirangan mendengar kalimat Bintang sebelumnya. Darga pikir Bintang cemburu kepada Dinar karena Darga kira Dinar yang menelpon. Kenapa sebahagia ini? Padahal belum tentu seperti itu, baiklah Darga berpositif  thingking saja kalo Bintang sedang cemburu.

Sedangkan ditempat Bintang, ia sedang menggerutu tak jelas karena kekesalannya kepada Darga, niat ingin ditemani mengerjakan tugas yang masih menumpuk, ini malah kesal dibuatnya. Siapa pula Dinar ini? Pacarnya Darga kah? Gebetannya kah? Atau siapa? Aish pusing kepala Bintang baru memikirkannya saja.

Akhirnya Bintang pun kembali melanjutkan kegiatan yang sebelumnya tertunda, membuat surat yang harus ditulis tangan dengan rapi, salah satu huruf saja ia harus kembali mengulang membuatnya. Kepala jurusannya mendidik agar anak-anak OTKP atau Otomatisasi Tata Kelola perkantoran itu disiplin dan rapi. Maka dari itu membuat surat saja harus ditulis tangan dengan rapi tanpa ada kesalahan sedikitpun.

Asik memikirkan kata-kata yang pas untuk surat balasan penawaran barang, Bintang dikejutkan dengan nada panggilan ponselnya yang tepat disampingnya. Ternyata bukan telpon, melainkan video call dari Darga, karena masih kesal ia pun tak mengangkatnya. Namun ia kembali berpikir, untuk apa ia kesal? Ia bukan siapa-siapanya Dargakan? Lantas kenapa? Dasar Bintang! Masa iya cemburu?.

Bintang menggelengkan kepalanya dengan cepat karena pemikirannya yang aneh ini, ia baru mengenal Darga beberapa minggu, jadi tidak mungkin menyukainya. Bintang tak sadar, bahkan yang menyukai dalam sekali pandang pun banyak.

Karena tak ingin Darga berfikir aneh, Bintang akhirnya mengangkat VC dari Darga, yang pertama kali Bintang lihat adalah Darga yang sedang duduk dan tersenyum ke arah ponsel.

"Assalamualaikum BiKu," salam Darga yang masih mempertahankan senyum manisnya.

"ekhm, waalaikumsalam," balas Bintang dengan datar namun sebetulnya ia gugup karena Darga terus tersenyum melihat ke arahnya, oh atau lebih tepatnya ke ponselnya. Apakah ada yang lucu di ponsel Darga? Atau layar ponselnya?.

"tadi kenapa nelpon?" tanya Darga.

"ooh, ga jadi," balas Bintang sambil mengedarkan pandangannya ke arah lain karena merasa gugup.

"masa sih?" tanya Darga sambil terkekeh. Dan kekehan Darga kali ini malah membuat jantung Bintang berdetak dengan kencang, padahal Bintang sering melihat Darga seperti itu, namun mengapa kali ini berbeda rasanya?.

"ah-anu itu, ah gue lagi ngerjain PR!" balas Bintang gugup.

"memang kamu udah sehat betul?" tanya Darga serius.

"udah sehat ko, tinggal memar dikit sih," jawab Bintang dengan pelan diakhirnya.

"Yaudah lanjut gih, aku temenin," balas Darga peka.

Rasanya Bintang ingin tersenyum lebar dengan kepekaan Darga, namun ia tahan dan hanya menganggukan kepalanya, ponselnya Bintang simpan didepan tumpukan buku agar ponselnya bisa diposisi berdiri tepat menghadap ke arahnya.

Kertas yang awalnya dibiarkan kini ia pegang kembali dan bersiap melanjutkan pekerjaan rumahnya, sedangkan Darga menatap lekat ke arah Bintang yang fokus mengerjakan PR nya.

"kalo fokus gitu keliatan manis banget sih!" ujar Darga tak sadar, Bintang yang kaget pun tak sengaja mencoret kertas nya, sontak saja ia berteriak kesal karena sadar surat yang ia buat tak akan diterima oleh gurunya esok karena ada coretan.

"kenapa Bi? Ada apa?" tanya Darga kaget melihat wajah panik campur kesalnya Bintang.

"salah lagi kan jadinya!" dengus Bintang kesal.

"bikin lagi dong?" tanya Darga polos membuat Bintang mendelik.

Ingin sekali Bintang rasanya mencubit ginjal Darga, menyebalkan! Sudah tau harus membuat lagi, Darga dengan polosnya malah bertanya seperti itu.

Tak menjawab pertanyaan Darga, Bintang pun dengen segera mungkin kembali membuat suratnya, Darga pun tau jika kesalahan Bintang disebabkan oleh dirinya hanya bisa meringis tak enak.

"maaf BiKu," ujar Darga yang dibalas deheman oleh Bintang.

Akhirnya Bintang fokus ke tugasnya dan Darga fokus melihat wajah manis Bintang, mungkin untuk orang lain ini membosankan, namun untuk Darga ini adalah hal manis. Dasar bucin!

Sesekali Darga bertanya, apa yang Bintang buat, apa saja yang harus dibuat, dan banyak lagi, membuat Bintang semangat mengerjakan tugas karena ditemani.

Waktu telah menunjukan pukul 01.12 dini hari,  Bintang melihat layar ponselnya yang menampilkan Darga tertidur dikasurnya, sepertinya sengaja menyimpan ponsel didekat wajahnya. Dan kapan Darga pindah? Eh atau Bintang yang lupa jika Darga sudah ijin tadi?

Darga terlelap dengan damai, wajah tampannya membuat orang betah memandangnya termasuk Bintang yang dengan lekat memandang Darga yang terlelap.

Semua tugas sudah Bintang kerjakan, ia dengan pelan membereskan meja belajarnya, setelah rapi, Bintang kembali duduk dan mengambil ponselnya guna melihat Darga dengan jelas, dengan iseng Ia kembali menyimpan ponselnya didekat tumpukan bukunya agar ponselnya berdiri dan menghadap ke arahnya, kemudian ia menyimpan kepalanya diatas meja, tak sadar ia terkekeh dengan posisi seperti itu.

Lama kelamaan matanya terpejam, akhirnya ia terlelap dengan damai dimeja belajarnya ditemani Darga yang juga tidur disebrang sana lewat ponselnya yang masih tersambung. Dipastikan tubuh Bintang akan pegal dihari esok.

***

Kumandang Adzan sayup terdengar ditelinga Darga, matanya dengan pelan terbuka sambil mengucap hamdalah, kemudian Ia bangkit dari tidurnya dan bergegas turun untuk siap-siap ke mesjid. Namun langkahnya terhenti kala ia mengingat jika semalam ponselnya masih tersambung dengan Bintang, dengan tergesa ia mengambil ponselnya yang sudah bergeser dari tempat ia menyimpannya.

Dan Darga terkejut kala melihat Bintang masih dimeja belajarnya sedang tertidur dengan lengan sebagai bantalan. Apa Bintang ketiduran? Dengan tersenyum geli Darga men-screenshoot layar ponselnya untuk mengambil gambar Bintang yang sedang tertidur. Setelahnya ia memutuskan sambungan vc nya dan bergegas ke kamar mandi.

Pukul 06.49 Bintang sudah sampai disekolah tepatnya dikelasnya. Kelas sudah ramai dengan siswa-siswi yang sibuk melanjutkan tugasnya yang masih belum selesai, termasuk para sahabat Bintang yang ribut karena masih banyak yang belum mereka selesaikan.

Bintang tak menghiraukan kericuhan yang terjadi, ia masih pusing karena semalam bergadang dan parahnya tubuhnya sangat pegal karena tertidur dimeja belajar. Pundaknya terasa sakit ketika digerakan, jadi ia lebih memilih tidur terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai.

"BI????" teriak Aryani, dengan kaget?

"hmm?" balas Bintang yang masih memejamkan matanya.

"lu begadang ditemenin Darga?" Tanya Aryani dengan benar-benar kaget kali ini.

"Hah?"

Bagaimana bisa Aryani tau? Tidak mungkin mengada-ngada karena wajahnya serius membuat Bintang kikuk.

"Darga bikin SW njir! Foto lu lagi tidur, emang sih wajahnya ditutup, tapi gue hapal bener kamar lu kek gimana!" jelas Aryani dengan semangat kali ini.

"Wahhh anjir parah! Pantesan PR nya kelar semua," timpal Lili sambil menulis cepat.

"njir ditemenin cogan sih!" ujar Ranti sambil memberi garis pinggir dikertas HVS nya.

"apaan dah," balas Bintang gugup.

"Cieeeeeeeee" kompak para sahabat Bintang.

Wajah Bintang bersemu merah membuat semuanya semakin gencar menggodanya, karena malas berlanjut akhirnya Bintang berjalan cepat keluar kelas untuk ke toilet. Bisa semakin parah jika ia masih berdiam diri didekat para sahabatnya.

Tanpa sadar ia berpapasan dengan seseorang yang sejak tadi memandang ke arah Bintang, dan tangannya ditahan oleh orang itu, namun dengan refleks ia menghempaskan tangannya karena kaget.

Wajah yang semulanya merah karena godaan sahabatnya kini berubah datar dengan sorot mata yang tajam, senyum miring tercetak jelas diwajah Bintang.

"mau apa lo?" tanya Bintang dengan senyum miringnya.

"gue minta maaf," ujar orang itu pelan.

"ngomong yang tegas! Jangan kaya banci!" tegas Bintang dengan tajam.

"Noura... Gue minta maaf, sumpah gue ga sengaja waktu itu," jelasnya.

"bacot anjing!" bentak Bintang  kasar, kemudian melengos pergi meninggalkan orang itu.

Beberapa siswa yang melihat itu terkejut, Bintang yang jarang berinteraksi dengan orang lain kecuali para sahabatnya itu terlihat berbicara, yang lebih mengejutkannya ia berbicara kasar didepan banyak orang, berbeda jika dikelasnya, tapi ini diluar kelasnya. Menakjubkan, jangan ditiru!

Revo yang sejak tadi melihat perbicangan Bintang langsung menghampiri orang yang berbicara dengan Bintang. Dengan pelan menepuk pundaknya.

"sabar bro, nanti minta maaf lagi," ujar Revo.

"sumpah gue ga tau kalo bakalan bikin dia jatoh waktu itu."

Ya, orang yang berbicara dengan Bintang adalah Yasa, ia merasa bersalah karena tidak menolong Bintang dan malah membiarkannya ketika terjatuh. Ia terlalu syok saat itu.

"iye, nanti coba lagi! Kuy lah bentar lagi masuk kelas."

Akhirnya Yasa mengikuti langkah Revo menuju kelasnya, tanpa mereka sadari seseorang tersenyum pongah mendengar pembicaraan Yasa sejak awal.

"belum seru ya," ujar ia pelan, kemudian melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Bel pulang SMA pancasila menggema membuat siswa-siswinya bersorak senang karena bisa pulang dan menikmati tidur siang dirumah atau nongkrong bersama teman-temannya.

Koridor masih dipenuhi siswa-siswi yang hendak pulang membuat Darga dan Hans enggan keluar saat ini, menunggu beberapa menit agar koridor tak padat merayap. Hans asik menggoda Darga karena snap wahtsapp nya, namun yang digoda malah acuh seakan tidak terjadi apa-apa.

Sejak pagi pun anak kelas Darga kerap melirik ke Darga seolah Darga melakukan hal yang tak wajar, tapi dasar Darganya acuh, jadi tak ia hiraukan. Itung-itung jurus mengusir para betina yang ganjen, pikir Darga.

"permisi," ujar seseorang dari pintu kelas, kebetulan dikelas hanya tingga beberapa orang saja termasuk Darga dan Hans.

"Loh Rara? Ngapain?" tanya Hans.

"eh anu Kak, Rara mau ambil kotak makan Rara, mama udah nanyain," jelas Rara pelan sambil menunduk.

"ooh bentar," ujar Hans sambil membuka tasnya guna mengambil kotak makan milik Rara yang tempo lalu ia lupa kembalikan.

Rara mengangguk pelan sambil menatap wajah Hans, kenapa Rara bisa sangat suka Hans? Padahal Hans tak ada kalem-kalemnya, bobrok malah. Tapi ya namanya juga jatuh cinta, bisa bikin orang buta!

"Nih! Thanks ya, lain kali ga usah kirim lagi, kasian kamunya harus masak," jelas Hans secara pelan menolak, namun dasar Raranya yang polos malah berpikir jika Hans tidak ingin ia kecapean, baper!

"ih Kak Hans perhatian banget sih!" seru Rara membuat Darga bergidik ngeri, sudah ditolak secara halus malah baper.

"Hah?" Hans mengerjapkan matanya pelan karena terlalu kaget dengan respon Rara, Hans kira Rara akan sedih, namun diluar dugaan.

Darga dan Hans segera pamit, keduanya meringis pelan atas pemikiran Rara yang kelewat polos atau pura-pura bodoh? Ntahlah, hanya Rara dan Tuhan yang tau.

"Hans, BiKu kenapa ga balas SW ku ya?" tanya Darga pelan sambil memakai helmnya.

"ya mana ku tau lah! Tapi ada liat sw kau Bibi tuh?" Tanya Hans sambil menstater motornya.

"nah itu! Dia liat SW ku, tapi ga ada komentar apapun, apa dia marah ya?"

Hans membuka kaca helmnya lalu memandang ke arah Darga dengan usil, "kalo kau mau tau jawabannya, kita ke SMK widkum sekarang," ujar Hans sambil menutup helmnya dan menjalankan motornya ke arah yang baru saja ia sebutkan.

Darga yang melihat Hans sudah melesat srgeta juga ia menarik gas nya dan menyusul Hans ke sekolah sebelah untuk bertemu dengan Bintang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status