Share

Lamaran ala tahu bulat

Senin sibuk, maxime hari ini ada jadwal keluar kota untuk launching kafe barunya. Otomatis kafe yang berada di Jakarta di ambil alih sementara oleh lyodra, namun sepertinya gadis maxime itu terlalu sibuk buat rebahan. Hingga ia tidak mengetahui akan ada kejutan menantinya.

 "Mah, papah pergi dulu. Jangan lupa nanti pas papah jemput mamah harus udah ready" bisik maxime, linda mengangguk lalu mencium takzim punggung telapak tangan maxime.

 "Hati-hati dijalan pah, dah." Ucap linda, seraya melambaikan tangan kearah mobil yang ditumpangi maxime beserta drivernya.

 **

Notifikasi berbunyi dari layar ponsel lyodra 

Rara Bawel :

Hari ini gue sama sintya masuk pagi, lo datang kan?

Dengan malas lyodra membaca pesan tersebut, lalu ia ingat hari ini  lyo harus datang ke kafe menggantikan papanya. Kafe yang dimiliki keluarga lyodra cukup besar, mempunyai 20 karyawan terdiri dari laki-laki dan perempuan, namun yang sangat lyodra keluhkan, di cabang Jakarta papanya sengaja tidak merekrut jabatan buat Manager, beda dengan cabang kafe di kota kota lain. 

 Lyodra menghela nafas kasar.

Iya dateng.

Tapi agak siangan. Balas lyodra lagi

Rara Bawel:

 Kebiasaan!

**

Lyodra sudah cantik dengan dress bermotif bunga daisy selutut. Suasana hatinya sedang senang tapi sayang hari ini orangtuanya akan memberi kejutan yang tidak akan disangkanya.

 "Umm, udah cantik mirip Cassandra lee. Hihi.." lyodra tertawa kecil melihat penampilannya sendiri di depan cermin. ia merasa bahwa ia cantik bak idolanya.

 "Kalau menurut mamah si lyo itu mirip pemain fifthy shades yang cewek." Tutur linda. Lyodra terkelonjak kaget dengan kedatangan mamanya tiba tiba.

 "Ih, mamah ngagetin aja." Linda menanggapinya dengan tersenyum kecil.

 "Pasti malu ya lagi bicara sendiri didepan cermin?" Goda linda gemas dengan putrinya.

 "Tadi mamah bilang lyo mirip siapa, pemain fifthy shades?" Tanyanya binggung, tapi lyodra sesekali mengingat pemain wanita yang dimaksud oleh mamanya barusan. 

 "Iya, eh nggak lupakan." Linda merutuki pernyataan tadi secara spontan. Putrinya pasti bertanya tanya siapa yang dimaksud mamanya, Linda memutuskan untuk meninggalkan kamar putrinya tersebut, untuk bersiap diri. 

 

 "Aduh kecoplosan" batinnya.

 

Dijalan lyodra masih terngiang ngiang dengan ucapan linda barusan, Astaga baru ingat. Bukannya film itu yang beradegan menantang dan diperankan oleh pemeran utama Jamie Dornan dan Dakota Jonhson.

 "MAMAA!!" teriaknya dalam mobil.

 

 Pukul 14:00 tepat, lyodra telah sampai di kafe keluarganya bernama ARABELLA Kafe, berbagai menu masakan western tersedia adapun menu sajian ala italia seperti pasta dan kawan kawannya.

 "Pagi kak." Seluruh karyawan berbaris menyambut kedatangan lyodra, selaku anak pemilik kafe disitu.

 "Ya, pagi. Oke lanjut bekerja semua" ujar lyodra tegas. Ketika semuanya akan membubarkan diri. Lyodra berteriak.

 "Kecuali Rara dan Sintya." Keduanya kompak saling lempar pandang.

 "Tunggu apalagi, kalian berdua ke ruangan saya." Lyodra menghardik, namun sedikit menahan geli. Rara, sintya mengekor di belakang lyodra.

 "Apaan si sok yes banget!" Gerutu sintya setelah sampai di ruangan yang biasa ditempati maxime kala berada disitu.

 "Gue sok yes ya? Oke silahkan pulang lalu bawa Cv lampiran lamaran kerja dan segera taruh di meja saya." Balas lyodra tak kalah sengit, tapi becanda.

 "HAHAHHAA.. Rasain lo sint, nurut aja ngapa." Rara terkekeh kala melihat wajah sintya memerah kala diminta membawa Cv lamaran kerja oleh lyodra, ya walaupun bercanda tapi sukses membuat sintya terdiam dan nurut oleh lyodra.

 "Iye maapin gue ye BOSS." Terang sintya terpaksa.

 "Bilang bosnya ngak ikhlas banget, POTONG GAJI." Goda lyodra lagi ke sintya, dan lagi lagi sintya dibuat kesal oleh ulah lyodra.

 "Brisik lo, udah lo manggil gue kesini mau gue ngapain?" Sewot sintya. Lyodra memberikan catatan ke sintya dan menyuruhnya untuk belanja.

 "Lo yang bayar ya, jangan lupa ayam penyetnya pedes. Pokoknya harus ayam penyet yang berada di depan asrama Polisi itu." Tunjuk rara kearah barat jarak 300 meter dari arah kafenya.

 "Kok jadi gue yang bayar si, lo kan bosnya." Rengek sintya, Lyodra memutar bola matanya malas.

 "Hari ini lo kan ulang tahun."

 "Kata siapa lohh?" Ujar sintya.

"Kata F* Hahaha.." Tawa rara dan lyodra serentak.

 "HAHAHA." Kini giliran sintya yang tertawa.

 "Sintingnya lo kenapa tawa?"

 "Itu bukan ulang tahun gue, Tapi ulang tahunnya Haidar" Lyodra dan rara kompal tepuk jidat. "Gue kira elo, bullshit ternyata ultahnya Haidar." 

 "Oh ya ra. Tolong buatin gue orange jus ya, Big BOSS haus nihh." Pekik lyodra.

 "Siapp!" Jawab rara patuh, seraya hormat.

 "Tuh.. Baru karyawan gue!" Sindir lyodra ke sintya.

 "Babu era moderenisasi, siapa lagi kalau bukan karyawan!" Ketus sintya.

 "HAHAHAA! Cie yang lagi curhat." Lyodra terkekeh mendengar ketusan sintya.

 "Nih beb." Rara menyodorkan orange jus kepada lyodra, namun tak sengaja kesenggol sintya dan tumpah ke dres yang digunakan lyodra.

 "ASTAGA SINTYAA!" Bentak lyodra ke sintya.

 "Ma--maaf" Ucap sintya sembari menahan tawa.

 "Tau ngak gue itu bakal ketemuan sama--"

 "Permisi kak lyodra." Suara ketukan dari luar. Rara berdiri lalu membukanya.

 "Ada apa?" Balas lyodra, tangannya sembari mengibas ngibaskan dresnya yang terkena tumpahan orange jus tadi.

 "Maaf kak, Pak maxime dan bu linda sudah ada di depan. Dan sekarang meminta kakak untuk menyusulnya di VIP room." Terang kasir bernama Lea.

 "Lo boong ya?" Tanyanya tak percaya.

 "Ngak kak, beneran. Papa mamanya ada didepan beserta tamunya pak maxime, kalau ngak salah namanya reyhan." Terang lea sembari menundukan kepala.

 Dengan malas ia menyusul orang tuanya ke VIP room, bahkan ia mengabaikan dresnya yang basah.

 "Ini ada apa sih pah? Katanya papa keluar kota, malah kesini bawa bawa.." ucapnya pelan mendekat kearah maxime. Kalimat terakhir terpotong karena tangan lyodra sengaja di senggol linda, kode agar dapat lebih sopan di depan calon mantu dan besannya.

 "Lyodra, duduk sini sebelah mamah." Tutur linda menuntun putrinya agar duduk bersebelahan dengannya.

 "Tapi mah, lyodra harus membelanjakan keperluan dapur mah." Rengek lyodra. Margin sekilas memandang lyodra dari atas sampai bawah, pandangannya kini terfokus pada bagian dresnya yang basah.

 " Itu kenapa dres kamu basah nak?" Tanya margin calon mertuanya.

 "Eh, tadi.." balas lyodra terbata bata

"Maaf ya, Bu margin, reyhan. Lyodra ini anaknya memang sedikit ceroboh tapi dia type anak pekerja keras." Bela linda ke lyodra dengan percaya diri. Lyodra tertunduk malu dengar penuturan mamanya barusan, nyatanya ia biasa di sebut, PACARAN paguyuban cewek ayu mageran.

 

 "Oh ya sayang. Kenalin ini bu margin mamanya reyhan, alias calon mertua kamu." Terang maxime. Lyodra kaget tak percaya,  ternyata papanya tidak main main soal perjodohan ini. Linda menyenggol lengan putrinya untuk segera memperkenalkan diri. Dengan sikap lyodra yang ogah ogahan begitu membuat margin tak enak hati.

 "Oh tidak papa, tidak perlu dipaksa bu linda. Mungkin nak lyodra masih malu karena belum terbiasa." Tutur margin merasa tidak enak. 

 "Maafkan putri kami ya bu, dia emang agak pemalu orangnya." Jawab linda berbohong lagi, padahal lyodra typikal cewek malu maluin bukan PEMALU.

 "Maaf bu, ini menunya." Beberapa karyawan menghampiri dan mencatat menu yang akan dipesan tamu bosnya. Salah satunya rara. 

 "Oh ya, Bu margin, reyhan. Silahkan pesan menu yang kalian mau, ngak usah sungkan." Terang maxime ramah. Rara dengan sopan memberikan buku menu kepada margin, entah mengapa Margin terus saja memandangi wajah rara.

 "Emm maaf, Bu. Jadi ibu mau pesan yang mana?" Ucap rara merasa tidak enak

 "Maaf yang mana bu? Jelas rara lagi.

 "Bun.." Tegur reyhan pelan. Sambil mengarahkan pandangan ke keluarga maxime yang hampir dibuat binggung dengan sikapnya barusan.

 "Maaf, pak bu. Terangnya merasa tidak enak.

 "Ibu mengenal karyawan kami tadi?" Tanya linda ramah.

 "Sekilas mirip seseorang." Balas margin ke calon besannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status