Share

Antara amanah dan masa lalu.

 "Jadi gimana? Nak lyodra mau terima lamaran reyhan?" Ujar Margin basa basi. Sebenarnya margin tidak setuju reyhan melamar putri kesayangan maxime tersebut. Ia bahkan berharap kalau lyodra menolak lamaran reyhan putra sulungnya, pasalnya margin bakalan jodohin reyhan dengan putri dari temannya yang bernama wati. Sengaja ia datang dari Jombang untuk mampir kerumah wati yang berada di Jakarta.

 "Mmm---" Gumam lyodra wajahnya yang cantik alami berubah pucat pasi, ia sangat sangat gugup. Dihadapannya, reyhan menatap Lyodra seolah menanti jawaban pasti.

 "Maaf bu, lyo--" Maxime tersenyum manis kearah lyodra, namun sedetik kemudian ekspresinya berubah seolah marah. Seolah menuntut janji oleh putrinya itu. Pasalnya pernah berjanji untuk kali ini saja menuruti kata kata papanya.

 "Lyo, mau menerima lamaran rey." Dengan mantap lyodra mengatakan itu di hadapan kedua belah keluarga, Margin yang kebetulan sedang meneguk air mineralnya  tersedak mendengar jawaban tak terduga dari lyodra. Reyhan mengulum senyum kearah lyodra, lalu menepuk nepuk halus punggung bundanya yang sedang tersedak.

 "Alhamdulillah" ucap Maxime dan linda bahagia. Walaupun sebenarnya Linda ragu dengan keputusan lyodra, yang seolah ditekan oleh maxime.

 "Bu margin ngak papa?" Tutur maxime khawatir.

 "I'm fine max." Semua orang menatap tak percaya kearah margin, kecuali Maxime ia tampak salah tingkah kali ini.

 "Ow, maksud saya, saya ngak papa pak, bu." Ralat margin seraya tertunduk, menghindari tatapan semua orang.

**

 Hari ini keluarga Inggit sastrowati atau kerap dipanggil wati di lingkungannya, akan kedatangan tamu dari luar kota.

 "Ra. Hari ini kamu libur dulu bantu ibu dirumah." Paksa wati ke putri sulung dari lima bersaudra. Padahal putrinya itu sudah siap untuk berangkat kerja.

 "Tapi bu, hari ini lea dan widya sedang ambil cuti bu. Jadi rara harus gantiin mereka." Terang rara ke ibu tirinya. Ya, Wati adalah ibu tiri rara. Orangnya terkenal satu kampung, ia kerap kali mengumbar hartanya. Padahal harta itu tinggalan dari orang tua Rara dan Fira, adik kandung rara. Namun saat ini ia sedikit berubah setelah Bagas suaminya mengalami kecelakaan dan mengakibatkan kelumpuhan permanen pada kedua kakinya.

 "Bukannya temen kamu itu anak bosnya? Tinggal bilang aja cuti sehari ada keperluan mendadak." Ketus wati.

 "Baik bu." Jawab rara patuh. Ia bergegas menghubungi lyodra untuk ijin cuti hari ini.

Tok! Tok! Tok!

 "Assalamualaikum.." 

 "Walaikum salam." Ucap Wati sambil bergegas keluar.

 "Inggitt! Teriak tamu dari luar." Keduanya saling melepas rindu, berpelukan.

 "Margin, ya ampun. Sehat kamu gin? Tanya wati kepada Margin teman waktu Sma dulu. Dahulu sempat kehilangan kontak, kini keduanya dipertemukan kembali lewat aplikasi perkenalan berlogo F.

 "Yaudah masuk dulu yuk, sini sini." Wati melepaskan pelukannya kemudian menyuruhnya duduk.

 "Sendirian aja? Mana anaknya?" Tanya wati diliputi rasa penasaran.

 "Lagi cari Masjid, katanya mau salat dulu."

 "Ya ampun, udah ganteng sholeh lagi." Tutur watik sembari menoel lengan margin. Keduanya begitu dekat, awalnya sudah puluhan tahun keduanya tidak bertemu. 6 bulan belakangan keduanya telah berkirim kabar lewat aplikasi chat bewarna hijau dan sempat menjodohkan kedua putra putrinya itu.

 

 "Siapa bu?" Rara keluar sambil menggendong Jovan anak dari hasil pernikahan Bagas ayah Rara dan wati. Usianya baru berusia 4 tahun, Jovan anaknya menggemaskan namun sayang ia didiagnosa menderita penyakit autis. 

 "Lhoo.. ternyata ini anak kamu Ingg." Pekik margin tak percaya.

 "Iya, kok beda sama yang di foto. Bukannya yang kamu kirim kemaren pake hijab anaknya?"

 "Beda gimana si Gin, Ini juga kalau dirumah ya ngak pake hijab, ya kan Ra." Pandangannya kini lurus menatap kearah rara, seolah menuntutnya mengangguk. 

 "Tapi kemaren waktu aku ke kafenya max, bukannya rara ngak pake hijab ya? Tanya margin seolah menuntut kebenaran dari Inggit.

 "Bentar, bentar jadi kemaren kamu ke Arabella kafe? Bukannya kamu tidak setuju reyhan dengan anaknya pak maxime? Lalu, bagaimana dengan perjodohan reyhan dengan rara?" Inggit justru mencerca beberapa pertanyaan kepada margin.

 "Ini maksudnya apa si bu?" Rara terkejut dengan statmant wati barusan, ia semakin merasa binggung dengan apa yang terjadi sekarang dihadapannya. Wati berdiri lalu pura pura mengajak rara masuk kedalam.

 "Bentar ya say." Lanjut Inggit ke sahabat lamanya. Margin mengangguk sembari memainkan ponselnya.

 "Kamu itu jangan kebanyakan nanya, sekarang ke belakang buatin minum buat ibu dan bu margin, lalu kesini pake pashminamu yang sering kamu pakai buat ngaji." Perintah wati, lalu merebut Jovan dari gendongan rara.

 "Awas jangan sampai lupa kerudungnya! Kalau bisa nanti make up, biar reyhan mau melirikmu." Paksa Wati lagi, Rasanya rara ingin menolak namun ia tak berani. Rara pernah sekali menolak permintaan ibunya tapi itu justru petaka bagi ayahnya, karena wati mengancam akan meninggalkan Bagas dan menjual aset beharga milik keluarga bagas.

 **

 "Bunda, Ini tu salah! Kita ngak bisa seenaknya mainin hati banyak orang." Reyhan memberi sedikit pencerahan dengan bundanya.

 "Tapi rey, bunda sebenarnya tidak setuju kamu menikah dengan lyodra. Lagian sekarang bunda tanya ke kamu, Apa kamu mencintai lyodra?" Tanya margin ke putra sulungnya. Reyhan terlihat gelisah namun matanya sedikit berkaca kaca.

 "Untuk saat ini belum bund, tapi amanah tetap harus dijaga. Ini bentuk cinta rey terhadap papa bund, tolonglah sedikit mengerti." Ucapnya sambil bergetar, lalu pergi meninggalkan margin seorang diri dirumah. Sebenarnya reyhan tidak ingin berdebat atau berselisih paham dengan bundanya. Reyhan hanya ingin menjaga amanah dari Alm papanya agar tak sia sia ilmu yang ia dapat selama di Arab saudi.

Margin kesal dengan sikap putranya barusan, apalagi sepulang dari rumahnya Inggit ia terus terusan kefikiran soal rara, Rara nampak seperti gadis yang penurut meskipun inggit telah sedikit berbohong kalau putrinya itu telah berhijab. Sedangkan penilaian margin soal lyodra ia masih kosong, margin sama sekali tak menyukai gadis milenial seperti lyodra, Ia hanya sekedar menghargai maxime, selaku orang yang pernah ada dalam kenangan pahitnya di masa lalu.

 "Jadi kamu pilih siapa? Aku, atau Lim?" Ucap pria gagah berdarah campuran Belanda-Indonesia.

 "Kalau kamu benar mencintai saya, Tolong terimalah Lim, masa depan kamu akan cerah bersamanya."

 "Terima dia lupakan aku."

Memori itu selalu berputar putar dalam ingatan Margin, setiap kali ia bertemu maxime hatinya selalu terluka. Hatinya tak pernah baik baik saja bila pria di masa lalunya itu hadir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status