Di sebuah gedung yang menjulang tinggi, terdapat seorang pria tampan duduk di kursinya dan di depannya berdiri seorang pria yang ingin melaporkan sesuatu yang penting.
"Bagaimana, apakah kamu sudah menemukan mereka," tanya pria tersebut yang di ketahui bernama Raditya Prasetyo seorang pria penguasa baik dunia bisnis maupun kegelapan.
"Semua sudah di tangkap bos dan sekarang mereka sedang di ruangan bawah tanah di markas," ucap pria di depannya.
"Baik setengah jam lagi saya akan kesana," ucap Raditya tanpa mengurangi wajah datarnya.
"Baik, Boss, saya permisi," ucap pria yang di ketahui bernama Joni anak buah sekaligus tangan kanan Raditya.
Setelah anak buahnya pergi Raditya segera melepon sekertaris sekaligus sahabatnya.
"Hallo Arga tolong keruangan saya sekarang," ucap Radit. Tidak sampai lima menit Arga sudah sampai di ruangan Raditya Prasetyo.
"Ada apa, Pak," tanya Arga.
"Apa jadwal saya hari ini, Ga?" tanya Raditya.
"Lima menit lagi kita ada meeting dengan klien dari perusahaan Wiguna pak, di kafe dekat kantor," ucap Arga.
"Hanya itu," tanya Raditya.
"Iya hanya itu," ucap Arga.
"Baik, setelah meeting dengan mereka kita langsung ke markas," ucap Radit.
"Apakah mereka sudah di tangkap?" tanya Arga.
" Iya mereka sudah di markas sekarang," ucap Raditya.
Raditya dan Arga berjalan keluar kantor semua karyawan menunduk saat sang bos melewati mereka. Raditya dan Arga memasuki mobil mewah elimitedition yang hanya satu di dunia dan itu di miliki oleh Raditya seorang. Setelah lima menit di perjalanan Raditya dan Arga kini memasuki sebuah kafe tempat mereka mengadakan pertemuan dengan perusahaan Wiguna.
Raditya dan Arga masuk kesebuah ruangan VIP, disana sudah ada Surya Wiguna dan seorang sekertaris seksi menyambut kedatangan sang penguasa yang terkenal baik dalam maupun luar negeri.
"Selamat datang pak Raditya Prasetyo dan arga, suatu kehormatan bagi orang kecil seperti saya bertemu langsung dengan pak Raditya Prasetyo," ucap Surya membungkuk badannya di ikuti sekertaris seksinya yang dari tadi selalu mencuri pandang kepada Raditya.
"Lansung saja," ucap Raditya dengan dinginnya.
"Baik pak Raditya," ucap Surya.
Tiga puluh menit membicarakan kerja sama antara perusahaan RP crop dan perusahaan Wiguna grup kini Raditya dan Arga lansung melesat pergi ke markas. Sesampainya di markas Raditya dan Arga disambut oleh ribuan anak buah dari Black Devil.
"Selamat datang di markas king," ucap semua anak buah BD secara bersamaan membungkuk sedikit badannya.
"Dimana mereka?" tanya Raditya
"Mereka di ruangan bawah tanah king," ucap joni
Raditya langsung melangkah ke ruang bawah tanah di ikuti oleh Arga dan joni, sampai di ruangan bawah tanah tempat penyiksaan para penghianat maupun orang yang berani mengganggunya. Terlihat di sana sekitar lima orang terikat dalam keadaan pingsan.
"Bangunkan tikus kecil itu," ucap Raditya. Joni langsung menyuruh beberapa anak buahnya untuk membangunkan tikus kecil yang di sebut sang king. Setelah lima orang itu sadar Raditya berjalan kedepannya dan duduk di kursi miliknya
"Siapa yang menyuruh kalian," tanya Raditya
"Apa maksudnya," tanya salah satu dari mereka.
"Cepat katakan siapa yang menyuruh kalian untuk menabrak nyonya besar Prasetyo," tanya Joni.
"Hhhh kami tidak akan mengatakannya," jawab salah satu dari mereka.
"Baiklah, Joni habisi seluruh keluarga mereka tanpa sisa," perintah Raditya.
"Jangan, tolong jangan bunuh keluarga saya," ucap salah satu dari mereka yang bernama Adi.
"Baiklah cepat katakan siapa yang menyuruh kalian," tanya Joni.
"Baiklah, yang menyuruh kami adalah nyonya Helen Bramana," ucap Adi.
Raditya mengepalkan tangannya mendengar nama wanita yang sudah berani mencelakai ibunya, ayah Helen Bramana adalah perempuan yang sudah menyakiti ibunya, perempuan itu selingkuhan ayahnya Danu Bramana.
"Habisi mereka," perintah Raditya sambil berjalan keluar ruangan.
"Baik king," jawab Joni.
Di dalam mobil Raditya melamun mengingat kejadian dua hari lalu di mana orang yang paling ia cintai terluka di depan matanya sendiri dan sekarang masih belum sadarkan diri dari koma. Betapa sakit dan terluknya Raditya melihat satu-satunya orang yang paling berharga di dalam hidupnya terbaring lemah di brankar rumah sakit dengan keadaan yang sangat memburuk.
Apalagi ibunya baru sembuh dari depresi enam bulan lalu akibat perbuatan ayahnya bayangkan saja selama 16 tahun sang ibunda depresi dan mengalami gangguan jiwa baru enam bulan lalu dia sembuh sedikit-dikit tapi tidak lama kemudian ibunda kembali pada keadaan yang lebih buruk lagi, hidupnya tergantung pada alat-alat rumah sakit.
Drtt,drttttt, Deringan ponsel yang begitu keras menyadarkan lamunan Raditya.
"Halo tuan Raditya, kabar buruk tuan jantung nyonya tiba-tiba berhenti berdetak," ucap dokter yang mengurus ibunya.
"Bagaimana bisa lakukan sesuatu? aku akan segera ke sana," ucap Raditya tanpa sadar air matanya jatuh begitu saja mendengar kabar ibunya tercinta tidak lagi bernapas.
"Arga cepat kita ke rumahnya sakit mama nggak boleh pergi hanya ia yang aku punya," ucap Raditya panik.
"Baik, Dit," Arga langsung menambah kecepatan tinggi mobil namun di pertengahan jalan Arga hampir saja menabrak seorang gadis yang berlari di tengah jalan.
Ckittttttt,,,, Arga langsung menginjak rem mobil secara serentak.
"Ada apa Arga mengapa rem mendadak?" tanya Raditya
"Maaf, Dit di depan ada perempuan yang tiba-tiba lewat," ucap Arga
"Cepat," belum sempat Raditya menyelesaikan ucapannya tiba-tiba seorang gadis sudah masuk kedalam mobil dan duduk di sampingnya.
"Ayo, Pak cepat jalankan mobilnya nanti saya ketangkap sama anak buah papa saya," ucap gadis tersebut bernama Serena.
"Kamu keluar," ucap Raditya dengan nada tinggi sehingga mengagetkan Serena.
"Tuan tolong saya, saya tidak mau menikah dengan pria hidung belang itu," mohon Serena.
"Itu bukan urusan saya, cepat keluar dari mobil saya," ucap Raditya emosi.
"Tuan apapun aku lakukan asalkan tuan mau nenolong saya sekali ini saja," mohon Serena. Raditya yang melihat itupun akhirnya mau menampung Serena di dalam mobilnya selain itu juga karena ia buru-buru.
"Arga jalankan mobilnya," ucap Raditya. Di dalam mobil Serena terus menangis, Arga yang melihat itupun bertanya.
"Nona kenapa anda menangis terus," tanya Arga. Mendengar itupun Serena mendongak kepalanya yang dari tadi menunduk terus dan bertanya kepada Arga dengan terisak. Hiks, hiks, hiks.
"Tuan apakah aku tidak bisa bahagia hidup di dunia walaupun hanya sedikit saja?" tanya Serena.
"Kenapa bertanya seperti itu?" tanya Arga.
"Dari kecil aku pikir akan hidup bahagia, tapi nyatanya itu hanyalah sebuah mimpi, dari kecil aku di perlakukan layaknya seorang babu oleh keluarga sendiri, di paksa membanting tulang untuk bekerja membantu biaya ekonomi keluarga sedangkan kakaku selalu di manjakan dan setiap kesalahan yang mereka buat selalu di lampiaskan kepada saya, semua itu aku terima dengan lapang dada, tapi kenyataan pahit yang baru kemarin aku dengar membuat pertahananku runtuh seketika.
Bayangkan saja orang yang ku anggap orang tua dan kakak kandung sendiri mengatakan bahwa aku bukan anak kandung mereka, aku hanyalah anak adopsi dari panti asuhan, apakah dunia ini tidak mengijinkan aku bahagia walaupun sedikit?" ucap Serena menceritakan pahitnya kehidupan yang ia jalani selama ini, entah mengapa iya percaya bahwa Arga dan Raditya adalah orang yang baik dan setelah menceritakan semuanya Serena merasa lega.
"Kamu berhak bahagia," ucap Raditya singkat yang membuat Arga dan Serena menoleh.
Sesampainya di rumah sakit Raditya langsung keluar mobil dan berlari ke menuju kamar orang tercintanya, Serena dan Arga mengikutinya dari belakang. Saat sampai di kamar VIP nomor satu Raditya langsung masuk dan melihat beberapa perawatan hendak mencabut alat-alat yang menempel di tubuh ibunya langsung saja dia berkata dengan keras dan sedikit berteriak. "Siapa yang mengijinkan kalian mencabut alat-alat itu," ucap Raditya. "Perawat dan dokter yang mendengar suara teriak Raditya langsung gemetar dan takut," "Tuan, tu, tuan Raditya," ucap dokter Heru terbat-bata karena takut dengan amarah Raditya. "KELUARRR," kata Raditya. "Tapi...tuan," ucapan dokter Heru terpotong karena teriakan Raditya. "SAYA BILANG KELUAR," sekali lagi raditya berteriak dengan mata memerah. "Baik, Tuan," ucap Heru. Setelah dokter dan perawat keluar Raditya berjalan mendekat kearah tempat ibunya terbaring. "Mah, bangun ini Raditya mah, Raditya kangen,
Pagi hari pun tiba, Serena membuka matannya, dia ingin bangun namun tiba-tiba merasa sedikit nyeri di tangannya yang terdapat infus. "Serena kamu sudah sadar," tanya Radit entah mengapa melihat Serena sadar hatinya sangat senang. "Haus," hanya itu yang keluar dari mulut Serena karena masih terlalu lemah untuk berbicara banyak. Dengan cepat Radit memberinya segelas air minum dan membantu Serena untuk bangun. "Terimakasih tuan," ucap Serena. "Iya, oh ya makan dulu tadi saya sudah beli bubur katanya dari kemarin kamu belum makan dan lambung tinggi kamu kambuh lagi," kata Radit sambil menyuapi bubur ke dalam mulut Serena. "Tuan saya bisa sendiri," ucap Serena tidak enak. "Tubuh kamu masih lemah jadi jangan terlalu bergerak,biar saya suap," ucap Radit. Mereka tidak menyadari bahwa di depan pintu kamar Serena, Arga dan nyonya Prasetyo menyaksikan semua tingkah laku mereka. "Lihatlah Arga, Radit ngomong panjang lebar sama, Serena," u
Di sebuah rumah yang tidak terlalu mewah terlihat beberapa orang berdiri di depan pagar dan sedang berbicara dengan seorang satpam. "Selamat siang ada yang bisa saya bantu," tanya Satpam tersebut. "Kami dari RP crop ingin bertemu dengan pemilik rumah ini," kata Arga yang juga berdiri disana. "RP crop, sebentar, Pak, saya kasih tuan rumah dulu," kata satpam tersebut lalu menelpon pemilik rumah. "Silakan masuk, Pak," ucap satpam tersebut lalu membuka gerbang. Beberapa orang itu masuk ke dalam rumah termasuk Arga dan Radi. "Selamat datang di rumah kecil ini tuan, suatu kehormatan bertemu langsung dengan sang raja bisnis," ucap Bambang (ayah angkat Serena). "Silakan duduk tuan," ucap Lastri ( ibu angkat Serena). Radit dan Arga pun duduk di ikuti 3 orang lainnya "Sebentar, Pak, Say panggilkan Alexa dulu," ucap lastri berbisik. "Iya, Bu jangan lupa suruh bibi buatkan minum terenak dan camilan," ucap Bambang b
Sesampainya di rumah Serena terkagum sampai matanya tak berkedip melihat rumah mewah di depannya. "Ayo masuk," ajak Radit. "Wah besar sekali kayak istana," ucap Serena tanpa sadar sehingga membuat orang di sekitarnya tersenyum. "Ayo sayang masuk," ucap nyonya Vivi. "Ah iya, Mah," ucap Serena sambil berjalan masuk. Sesampainya di dalam di terkaget karena pelayan di rumah terdeter berdiri dalam bentuk barisan untuk menyambut mereka. "Selamat datang nyonya, tuan dan nona Serena," ucap pelayan itu serempak, sebelumnya mereka tahu bahwa ada anggota baru di kediaman Pras. "Bibi Leni tolong antar kan Serena ke kamarnya di lantai tiga," ucap nyonya Vivi. "Baik nyonya, mari non Serena saya antar kan," kata bibi Leni. "Ah iya, Bi," kata Serena sambil mengikuti langkah bibi Leni. "Ini, Non, kamarnya saya tinggal dulu," kata Bu Leni setelah sampai di kamar Serena. "Iya, Bi terimakasih," kata Serena te
Sesampainya di butik Luna mereka langsung di sambut langsung Luna. "He Vivi," sapa Luna. "Heiii jeng apa kabar?" tanya Vivi. "Baik banget gimana keadaan kamu udah mendingan kan" tanya Luna sambil menggandeng tangan Vivi lalu duduk ruang kerjanya. "Udah mendingan kok, ohh iya ini calon menyukai saya Luna," kata Vivi lalu menarik tangan Serena untuk duduk di sampingnya. "Wow, Vi, si kutub Utara pintar banget cari bini, udah cantik nih, siapa namamu," tanya Luna. "Serena, Tante," jawab Serena tersenyum. "Nama yang cantik sama seperti orangnya kenalkan nama saya Luna mamanya Arga," kata Luna tersenyum lalu mengulurkan tangannya. "Iya Tante," kata Serena menyambut uluran tangan Luna. "Oh ya, si kulkas mana," tanya Luna. "Oh itu tadi katanya nunggu makan siang baru mampir ke sini," kata Vivi. "Cikk, si kulkas sudah menikah tapi anakku itu lemot banget pacar aja nggak ada," cerocos Luna. "Sudahl
Hari pernikahan kita telah tiba, di sebuah kamar besar Rena sedang di dandani oleh MUA." Nona anda sangat cantik sekali" kata MUA tersebut" Terimakasih mbak" kata Rena" Sama-sama nona, semuanya sudah selesai kami keluar dulu" kata MUA tersebut" Sayang kamu cantik sekali" kata Vivi" Terimakasih mah" kata Rena tersenyum" Iya sayang sama-sama" kata Vivi" Wow pengantin wanitanya cantik sekali" kata Luna yang baru masuk" Terimakasih tante" kata Rena" Iya sayang sama-sama" kata Luna" Sayang mama keluar sebentar ya mau lihat Radit" kata Vivi" Iya mah" kata rena****Di sebuah kamar yang tak kalah besar terlihat Radit sudah siap dengan jas pengantinnya." Sayang kamu sudah selesai" kata Vivi yang baru masuk" Iya maha" kata Radit' sebentar lagi kamu sudah jadi suami jadi jangan pernah menyakiti hati istrimu, wanita itu tipis seka
Serenatidak pernah menyangka bahwa ternyata pernikahan yang terjadi hanyalah pernikahannya kontrak. "Sayang kok ngelamun sih," kata Vivi yang sedari tadi melihat menantunya melamun. "Ahh nggak apa-apa mah," kata Rena. "Oh iya sayang nanti temani ibu ke rumah sakit yah buat kontrak kaki ibu ini," kata Vivi. "Iya mah, Serena siap-siap dulu yah," kata Rena lalu bangkit dari tempat duduknya menuju kamar untuk bersiap-siap, setelah itu ia turun lagi. "Sudah sayang," tanya Vivi. "Iya, Rena kita masuk," kata Vivi setelah sampai di rumah sakit. "Iya, Ma," kata Rena lalu melangkah masuk ke dalam rumah sakit. Setelah dari rumah sakit kini nyonya Vivi dan Rena sedang duduk di sebuah restoran mewah. "Oh iya sayang kapan kalian bulan madu," tanya Vivi. "Rena terserah kak Radit aja mah," kata Rena tersenyum. "Heiii, Vi," sapa Luna yang baru masuk restoran. "Luna ayo sini," kata Vivi melamba
Setelah sampai di kampus, Rena masuk ke kelas setelah di bertemu dengan rektor berkaitan dengan jurusan dan kelas yang dia pilih. "Hai mahasiswa baru ya," tanya seorang perempuan yang duduk di samping Rena. "Ah, iya," kata Rena tersenyum. "Kenalin aku Stella baru dua minggu masuk kampus ini," kata perempuan yang bernama stella sambil mengulurkan tangannya ke pada Rena. "Aku Rena," kata Rena menerima uluran tangan Stella sambil tersenyum. "Selamat pagi adik-adik," kata dosen yang baru masuk "Pagi, Pa," kata semua mahasiswa. Dua jam mengikuti pelajaran akhirnya kini waktu untuk beristirahat. "Rena kamu tinggal di mana?" tanya Stella "Aku tinggal bersama sua, ahh maksudnya aku tinggal sama majikan aku?" kata Rena yang hampir keceplosan bilang suami. "Ohhhh ya terus kamu di ijinin kerja," tanya Stella. "Iya asal kan pekerjaan rumah di kerjakan pagi hari biar pulang kampus langsung masak makan m