Sesampainya di rumah sakit Raditya langsung keluar mobil dan berlari ke menuju kamar orang tercintanya, Serena dan Arga mengikutinya dari belakang. Saat sampai di kamar VIP nomor satu Raditya langsung masuk dan melihat beberapa perawatan hendak mencabut alat-alat yang menempel di tubuh ibunya langsung saja dia berkata dengan keras dan sedikit berteriak.
"Siapa yang mengijinkan kalian mencabut alat-alat itu," ucap Raditya.
"Perawat dan dokter yang mendengar suara teriak Raditya langsung gemetar dan takut,"
"Tuan, tu, tuan Raditya," ucap dokter Heru terbat-bata karena takut dengan amarah Raditya.
"KELUARRR," kata Raditya.
"Tapi...tuan," ucapan dokter Heru terpotong karena teriakan Raditya.
"SAYA BILANG KELUAR," sekali lagi raditya berteriak dengan mata memerah.
"Baik, Tuan," ucap Heru. Setelah dokter dan perawat keluar Raditya berjalan mendekat kearah tempat ibunya terbaring.
"Mah, bangun ini Raditya mah, Raditya kangen," ucap Raditya mengenggam tangan ibunya. Serena yang melihat Raditya menangis pun ikut menangis lalu melangkah masuk dan mengusap punggung Raditya.
"Tuan yang sabar, nyonya pasti bangun tuan berdoa saja semoga tuhan memberikan keajaiban," ucap Serena sambil menangis lalu menggenggam tangan nyonya Prasetyo.
"Nyonya sadarlah,lihatlah Putra yang kau kandung selama sembilan bulan merindukanmu, apakah nyonya tau dulu ada seorang kakek mengatakan bahwa apa bila anak laki-laki yang dewasa menangis itu tandanya dia tidak mau kehilangan orang sangat berharga dalam hidupnya, apakah nyonya tidak mau melihat putramu suatu saat nikah dan mempunyai anak, apakah nyonya tidak mau melihat kelahiran cucu-cucumu yang sangat lucu" kata serena sambil menangis,"
Tuttt,tutt,tut
Bunyi alat pendeteksi jantung mengagetkan Serena dan Radit yang sedang menunduk. Arga yang berada tidak jauh dari sana langsung berlari memanggil dokter. Setela beberapa saat dokter pun datang dan langsung memeriksa nyonya Prasetyo.
"Ini sungguh mujizat dan keajaiban tuan, jantung nyonya kembali berdetak dengan normal," ucap dokter Heru.
"Benarkah," ucap Raditya senang.
"Iya tuan, kalo begitu saya permisi," ucap dokter Heru.
"Tuann lihatlah nyonya membuka matanya, nyonya sudah bangun ini sunggu keajaiban tuhan," ucap Serena sambil melompat seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru.
"Mamah, ini radit mah, radit kangen mama cepat sembuh," ucap Radit.
"Hauss," kata nyonya Prasetyo pelan. Secepat kilat serena mengambil air yang ada di meja dekat Radit.
"Ini nyonya minumlah pelan-pelan,"ucap Serena sambil membantu nyonya Prasetyo minum air. Radit dan arga yang melihat ketulusan Serena pun merasa kagum dan senang.
"Radit mana cucu mama yang sangat lucu itu, apakah kamu tidak membawanya," ucap nyonya Prasetyo sontak membuat arga dan Radit melongo.
"Mah cucu yang mana, Radit belum menikah apalagi punya anak," jawab Radit.
"Tapi tadi mama dengar seorang mengatakan cucu-cucu yang sangat lucu," ucap nyonya Prasetyo.
"Iya nyonya apakah nyonya mau lihat cucu yang sangat lucu dan mengemaskan," ucap Serena yang asal ngomong.
"Iya mama pengen cucu, apakah kalian sudah menikah," ucap nyonya Prasetyo tersenyum bahagia.
"Iya, Nyo, hahhhh, saya bukan istri," belum sempat Serena menyelesaikan ucapanya Radit langsung memotongnya.
"Iya, Mah satu minggu lagi Radit akan menikah dan memberikan cucu yang sangat lucu," ucap Radit karena tak tega kepada sang mama yang sangat bahagia mendengar kata cucu.
"Benarkah, Radit mama senang dengarnya akhirnya sebentar lagi mama punya cucu dan menantu sangat cantik, sini sayang mama pengen peluk menantu mama," ucap nyonya Prasetyo bahagia. Serena pun mendekat dan memeluk nyonya Prasetyo.
"Sayang nama kamu siapa," tanya nyonya Prasetyo.
"Serena Narayana nyonya," jawab Serena.
"Jangan panggil nyonya dong sayang, panggil mamah aja sama kayak Radit sebentar lagi kan kalian menika,h" ucap nyonya Prasetyo.
" Iya, Nyo, ehh mamah," ucap Serena.
"Pokoknya nanti setelah mama keluar dari rumah sakit kita harus shopping, rasanya udah lama nggak habisin uang Radit, hihih,i" ucap nyonya Prasetyo.
"Mah mending uangnya di tabung buat bayar rumah sakit, nanti belanjanya lain kali aja, yang penting sekarang mamah haus cepat sembuh," ucapan Serena membuat ketiga orang yang mendengarnya tertawa.
"Sayang harta suami kamu nggak bakalan habis tuju turunan," ucap nyonya Pras.
"Benarkah, apakah tuan Radit pencuri harta Karun atau orang yang menjual ginjal seperti yang saya nonton di tv," ucap Serena polos. Hufhhhh, hahahaha. Akhirnya tawa ketiga orang itu meledak mendengar perkataan Serena.
"Sayang mana mungkin dia keejanyk begitu, nanti kalo Radit begitu biar mama yang kasih racun dia duluan lalu menjual ginjalnya," ucap nyonya Prasetyo bercanda.
"Nona mana mungkin Raditya Prasetyo orang terkaya di dunia ini memiliki pekerjaan seperti itu," ucap Arga terkekeh. Ekhemmm
"Saya tidak berniat untuk melakukan itu, saya tidak mau wajah tampan ini kotor," ucap Radit sedikit narsis.
"Tampan dari mananya, wajah seram kayak penjahat gitu,," gumam Serena yang masih bisa di dengar oleh Radit, Argo dan nyonya Prasetyo.
"Lihatlah dit ketampanan kamu sudah turun level," ucap Arga yang mendapatkan tatapan melotot dari Radit.
"Tuan sepertinya saya sudah lapar," ucap Serena dengan polos.
"Ya ampun sayang kamu belum makan, lihatlah wajahmu tampak pucat sekali," ucap nyonya Prasetyo kwartir.
"Iya, Mah, Serena belum makan dari kemarin," ucap Serena yang menahan sakit di uluh hatinya dan kepalanya sedikit pusing.
"Arga," belum sempat Radit berbicara Serena sudah jatuh pingsan. Bukkkk.
"Serena, Serena sayang bangun," ucap nyonya Prasetyo kwartir.
"Arga tolong panggil dokter," suruh Radit. Secepat kilat Arga keluar dan memanggil dokter
"Tuan sepertinya lambung tinggi nona Serena kambuh lagi, tolong berikan makanan yang bergizi," ucap dokter itu lalu melangkah keluar dari kamar tersebut.
"Ya ampun Serena kenapa bisa lambungnya kambuh," ucap nyonya Prasetyo kwartir.
"Radit juga nggak tau, Mah," jawab Radit.
"Kamu gimana sih dit kenapa calon istri sendiri tidak tau keadaannya," ucap nyonya Prasetyo.
"Mah sebenarnya Radit baru kenal dengan Serena tadi siang pas mau kesini di pertengahan jalan mobil kami hampir menabraknya, lalu dia mengatakan bahwa dia tidak mau menikah dengan pria hidung belang, mungkin saja dia kabur mah," kata Radit menjelaskan yang sebenarnya.
"Ya ampun kasihan sekali Serena, untung kalian yang bertemu dengan dia,coba kalo orang lain ngga jadi dong jadi mantu mama," cerocos nyonya Prasetyo.
"Iya, Mah, dan mama tau orang yang mengatakan akan mempunyai cucu yang lucu adalah Serena," ucap Radit menjelaskan semuanya.
"Pokoknya yah, mama nggak mau tahu kamu harus cepat menikahi serena, kalo nggak bisa jadi serena menikah dengan orang lain," ancam nyonya Prasetyo.
"Itu nggak akan terjadi, Mah" ucap Radit cepat. Entah mengapa ia tidak rela jika serena menikah dengan orang lain. Meskipun dia tidak tau dengan dirinya sendiri yang tiba-tiba mau menikah dengan Serena, namun semenjak ketemu Serena ada getaran aneh dalam dirinya.
Pagi hari pun tiba, Serena membuka matannya, dia ingin bangun namun tiba-tiba merasa sedikit nyeri di tangannya yang terdapat infus. "Serena kamu sudah sadar," tanya Radit entah mengapa melihat Serena sadar hatinya sangat senang. "Haus," hanya itu yang keluar dari mulut Serena karena masih terlalu lemah untuk berbicara banyak. Dengan cepat Radit memberinya segelas air minum dan membantu Serena untuk bangun. "Terimakasih tuan," ucap Serena. "Iya, oh ya makan dulu tadi saya sudah beli bubur katanya dari kemarin kamu belum makan dan lambung tinggi kamu kambuh lagi," kata Radit sambil menyuapi bubur ke dalam mulut Serena. "Tuan saya bisa sendiri," ucap Serena tidak enak. "Tubuh kamu masih lemah jadi jangan terlalu bergerak,biar saya suap," ucap Radit. Mereka tidak menyadari bahwa di depan pintu kamar Serena, Arga dan nyonya Prasetyo menyaksikan semua tingkah laku mereka. "Lihatlah Arga, Radit ngomong panjang lebar sama, Serena," u
Di sebuah rumah yang tidak terlalu mewah terlihat beberapa orang berdiri di depan pagar dan sedang berbicara dengan seorang satpam. "Selamat siang ada yang bisa saya bantu," tanya Satpam tersebut. "Kami dari RP crop ingin bertemu dengan pemilik rumah ini," kata Arga yang juga berdiri disana. "RP crop, sebentar, Pak, saya kasih tuan rumah dulu," kata satpam tersebut lalu menelpon pemilik rumah. "Silakan masuk, Pak," ucap satpam tersebut lalu membuka gerbang. Beberapa orang itu masuk ke dalam rumah termasuk Arga dan Radi. "Selamat datang di rumah kecil ini tuan, suatu kehormatan bertemu langsung dengan sang raja bisnis," ucap Bambang (ayah angkat Serena). "Silakan duduk tuan," ucap Lastri ( ibu angkat Serena). Radit dan Arga pun duduk di ikuti 3 orang lainnya "Sebentar, Pak, Say panggilkan Alexa dulu," ucap lastri berbisik. "Iya, Bu jangan lupa suruh bibi buatkan minum terenak dan camilan," ucap Bambang b
Sesampainya di rumah Serena terkagum sampai matanya tak berkedip melihat rumah mewah di depannya. "Ayo masuk," ajak Radit. "Wah besar sekali kayak istana," ucap Serena tanpa sadar sehingga membuat orang di sekitarnya tersenyum. "Ayo sayang masuk," ucap nyonya Vivi. "Ah iya, Mah," ucap Serena sambil berjalan masuk. Sesampainya di dalam di terkaget karena pelayan di rumah terdeter berdiri dalam bentuk barisan untuk menyambut mereka. "Selamat datang nyonya, tuan dan nona Serena," ucap pelayan itu serempak, sebelumnya mereka tahu bahwa ada anggota baru di kediaman Pras. "Bibi Leni tolong antar kan Serena ke kamarnya di lantai tiga," ucap nyonya Vivi. "Baik nyonya, mari non Serena saya antar kan," kata bibi Leni. "Ah iya, Bi," kata Serena sambil mengikuti langkah bibi Leni. "Ini, Non, kamarnya saya tinggal dulu," kata Bu Leni setelah sampai di kamar Serena. "Iya, Bi terimakasih," kata Serena te
Sesampainya di butik Luna mereka langsung di sambut langsung Luna. "He Vivi," sapa Luna. "Heiii jeng apa kabar?" tanya Vivi. "Baik banget gimana keadaan kamu udah mendingan kan" tanya Luna sambil menggandeng tangan Vivi lalu duduk ruang kerjanya. "Udah mendingan kok, ohh iya ini calon menyukai saya Luna," kata Vivi lalu menarik tangan Serena untuk duduk di sampingnya. "Wow, Vi, si kutub Utara pintar banget cari bini, udah cantik nih, siapa namamu," tanya Luna. "Serena, Tante," jawab Serena tersenyum. "Nama yang cantik sama seperti orangnya kenalkan nama saya Luna mamanya Arga," kata Luna tersenyum lalu mengulurkan tangannya. "Iya Tante," kata Serena menyambut uluran tangan Luna. "Oh ya, si kulkas mana," tanya Luna. "Oh itu tadi katanya nunggu makan siang baru mampir ke sini," kata Vivi. "Cikk, si kulkas sudah menikah tapi anakku itu lemot banget pacar aja nggak ada," cerocos Luna. "Sudahl
Hari pernikahan kita telah tiba, di sebuah kamar besar Rena sedang di dandani oleh MUA." Nona anda sangat cantik sekali" kata MUA tersebut" Terimakasih mbak" kata Rena" Sama-sama nona, semuanya sudah selesai kami keluar dulu" kata MUA tersebut" Sayang kamu cantik sekali" kata Vivi" Terimakasih mah" kata Rena tersenyum" Iya sayang sama-sama" kata Vivi" Wow pengantin wanitanya cantik sekali" kata Luna yang baru masuk" Terimakasih tante" kata Rena" Iya sayang sama-sama" kata Luna" Sayang mama keluar sebentar ya mau lihat Radit" kata Vivi" Iya mah" kata rena****Di sebuah kamar yang tak kalah besar terlihat Radit sudah siap dengan jas pengantinnya." Sayang kamu sudah selesai" kata Vivi yang baru masuk" Iya maha" kata Radit' sebentar lagi kamu sudah jadi suami jadi jangan pernah menyakiti hati istrimu, wanita itu tipis seka
Serenatidak pernah menyangka bahwa ternyata pernikahan yang terjadi hanyalah pernikahannya kontrak. "Sayang kok ngelamun sih," kata Vivi yang sedari tadi melihat menantunya melamun. "Ahh nggak apa-apa mah," kata Rena. "Oh iya sayang nanti temani ibu ke rumah sakit yah buat kontrak kaki ibu ini," kata Vivi. "Iya mah, Serena siap-siap dulu yah," kata Rena lalu bangkit dari tempat duduknya menuju kamar untuk bersiap-siap, setelah itu ia turun lagi. "Sudah sayang," tanya Vivi. "Iya, Rena kita masuk," kata Vivi setelah sampai di rumah sakit. "Iya, Ma," kata Rena lalu melangkah masuk ke dalam rumah sakit. Setelah dari rumah sakit kini nyonya Vivi dan Rena sedang duduk di sebuah restoran mewah. "Oh iya sayang kapan kalian bulan madu," tanya Vivi. "Rena terserah kak Radit aja mah," kata Rena tersenyum. "Heiii, Vi," sapa Luna yang baru masuk restoran. "Luna ayo sini," kata Vivi melamba
Setelah sampai di kampus, Rena masuk ke kelas setelah di bertemu dengan rektor berkaitan dengan jurusan dan kelas yang dia pilih. "Hai mahasiswa baru ya," tanya seorang perempuan yang duduk di samping Rena. "Ah, iya," kata Rena tersenyum. "Kenalin aku Stella baru dua minggu masuk kampus ini," kata perempuan yang bernama stella sambil mengulurkan tangannya ke pada Rena. "Aku Rena," kata Rena menerima uluran tangan Stella sambil tersenyum. "Selamat pagi adik-adik," kata dosen yang baru masuk "Pagi, Pa," kata semua mahasiswa. Dua jam mengikuti pelajaran akhirnya kini waktu untuk beristirahat. "Rena kamu tinggal di mana?" tanya Stella "Aku tinggal bersama sua, ahh maksudnya aku tinggal sama majikan aku?" kata Rena yang hampir keceplosan bilang suami. "Ohhhh ya terus kamu di ijinin kerja," tanya Stella. "Iya asal kan pekerjaan rumah di kerjakan pagi hari biar pulang kampus langsung masak makan m
Sore harinya Rena sudah ada rumah, sepeese biasa dia membersihkan semua pekerja rumah dan memasak makan malam meskipun itu tidak akan pernah di sentuh oleh suaminya namun dia tetap melakukan itu berharap suatu saat suaminya mau mencicipi masakannya. "Mending mandi dulu deh sambil nunggu tuan Radit," kata Serena lalu berlalu ke kamar untuk membersihkan badannya tidak lama kemudian terdengar suara deru mobil yang masuk ke pekarangan rumah. Rena pun berlari membuka pintu depan. "Malam tuan, mau makan atau mandi dulu," tanya Rena tersenyum, namu orang yang di tanya tidak menjawabnya malah langsung berjalan menuju ke kamarnya. Rena yang melihat itupun menunduk kan kepalanya Setelah Radit benar-benar tidak keluar makan dari tadi Rena pun pergi menuju meja makan. "Ekhmmmmm," dehaman Radit membuat Rena kaget dan langsung berdiri dari meja makan. "Tuan Radit mau makan apa?" tanya Rena "Saya cuma mau bilang besok saya akan ke luar ko